Gadis itu meninggalkan warung makan dan segera berlari pulang dengan jalan memutar, ia tak mau mengambil resiko ia akan di culik diam – diam saat ia melewati lahan kosong parkiran. Sambil membawa beberapa camilan ia mengetuk pintu dan mengucap salam sebelum masuk.
"Sayaaaang, kemana saja kamu nak?! Kenapa lama sekali baru pulang?!'' Tegur ibunya menyongsong Shakira dengan wajah panik.
"Aaahh maaf ma, tadi keenakan ngobrol di pasar malam hehe... Ini, Shaki bawa camilan nih buat mama. Tadi dapat bonus lumayan dari Bu Rosa dan tante Diana. Mereka baik – baik ya ma. Yuk makan.'' Jawab Shakira sedikit berbohong untuk menghilangkan kepanikan ibunya.
"Heeemm ya sudah kalau begitu. Mama kan deg – degan Shaki kenapa - napa, mana tadi nggak bawa hape kan?''
"Oh iya, ya kirain Shaki kan cuma sebentar ini.''
Shakira membuka roti bakar coklat keju yang masih menguarkan asap panas dan wewangian makanan itu.
"Heeemm enaknyaaa...'' Natarina menghirup aroma makanan itu sambil duduk di hadapan putrinya.
"Eeemm mama... Tuan Rudolph itu siapa? Kok mama bisa punya customer itu? Baru kali ini kan mama nyuci baju dia?'' Shakira mulai bertanya sambil menggigit sepotong roti. Gadis itu berbicara sesantai mungkin agar ibunya tak mencurigai apa yang sudah dialaminya.
"Oh itu, mama juga nggak tahu. Itu penyewa rumah bu Yasmin buat 1 bulan, katanya ada yang harus diurusnya di sekitar sini, apa gitu mama juga nggak paham. Jadi selama tinggal disini, bu Yasmin meminta mama untuk mengurus loundrinya.'' Jawab Natarina menatap Shakira dengan tatapan 'ada apa?' sambil mengunyah sepotong roti. Shakira menggeleng sambil mengangkat bahu.
"Nggak apa – apa ma, cuma nanya aja.''
"Yah, lagian juga katanya lusa orang itu mau balik ke Australia. Kemarin bu Yasmin telpon mama. Makanya tadi mama buru – buru suruh kamu anterin walau sudah malam.''
Shakira mengangguk tanda paham sekaligus lega mendengar penuturan ibunya. Hanya saja, ia masih penasaran dengan beberapa laki – laki berjas hitam yang tiba – tiba datang menyerbunya.
Malam itu, Shakira tidur dengan gelisah. Gadis itu masih memikirkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Hal itu benar – benar merisaukannya.
"Apa mereka berkomplot? Atau Rudolph tak terlibat apa - apa? Tapi melihat caranya yang tiba – tiba memaksa begitu, rasa – rasanya aneh banget? Duuuhh bingung. Tapi kalau aku cerita ke mama, mama nanti sakit lagi. Gimana ini? Mau pindah, pindah kemana lagi?! Haaah... Tapi untungnya lusa laki – laki itu mau pergi dari sini. Tapi... Tapi... Kalau memang dia berniat pergi kenapa dia malah nyari gara – gara mau jahatin aku gitu? Kan bisa aja dia ditangkap orang – orang situ? Eh tapi, tadi kenapa sepi banget ya? Nggak ada satu orang pun yang denger aku teriak? Tapi malah orang – orang itu, yang nggak tahu darimana. Heeeemmm... Kalau nggak, besok pagi akan kupastikan kalau orang itu benar – benar pergi. Ya betul.''
Shakira tak bisa memejamkan mata barang sedetik pun, karena kekalutan yang terus menghantuinya. Namun, ketika waktu telah menunjukkan pukul 2 dini hari, gadis itu mulai kelelahan dan tertidur.
Pagi itu, Shakira bersiap ke kampus dengan terburu - buru, setelah menghabiskan sarapan paginya dan membawa bekal makanannya, gadis itu mencium ibunya yang sedang mencuci piring sebelum meninggalkan rumah.
Shakira berjalan tergesa – gesa menuju tower tempat tinggal laki – laki asing bernama Rudolph. Dengan perasaan gugup, ia mencoba mengetuk pintu rumah itu. Beberapa kali ia mengetuk ternyata tak ada satupun jawaban.
"Adek, mau ngapain?''
Shakira tersentak kaget saat seorang laki – laki berseragam sekuriti menegurnya. Laki – laki berperawakan gemuk tinggi besar itu tampak bertanya - tanya.
"Aahh ini pak, semalam saya anterin baju loundry yang di cuci mama saya, tapi saya belum balikin uang kembaliannya pak.'' Shakira mencari – cari alasan.
"Oooohh gitu. Ya sudah buat kamu jajan saja, karena semalam, jam berapa ya? Lupa deh, pak Rudolph harus berangkat, itu juga buru – buru banget, sampai dijemput 2 mobil.'' Shakira mengernyit mendengar penuturan sekuriti yang terlihat memikirkan sesuatu saat menceritakan kepergian pria asing tersebut.
Setelah berbasa – basi dan puas akan jawabannya, Shakira meninggalkan tempat itu dengan napas lega. Walaupun masih ada satu perasaan yang masih mengganjalnya, namun segera ia tepiskan dan kembali fokus untuk menuju kampus.
***
Karena menahan kantuk Shakira hampir saja tertidur di angkot yang ia naiki. Gadis itu berusaha mengerjap – erjapkan matanya untuk menghilangkan kantuknya karena sebentar lagi ia harus turun. Hingga ia merasakan ada tangan seseorang yang meraba tasnya. Dan benar saja, laki – laki bertopi yang duduk di pintu angkot menarik tasnya kuat – kuat saat ia baru turun.
"HEEEIII....! TUNGGU....!!''
Shakira berlari secepat mungkin untuk mengejar lelaki yang berhasil menjambret tasnya saat turun dari angkutan umum. Tanpa basa basi Shakira mengayunkan kedua kakinya untuk menghentikan laju lari si penjambret yang hanya beberapa langkah di depannya.
GUBRAK!
"ADUUUUUHHH!'' Pekik penjahat itu yang mendarat dengan keras di atas aspal jalanan karena tendangan Shakira. Laki – laki itu tak berkutik saat ia di bekuk oleh gadis itu dengan lutut yang mengganjal punggungnya. Shakira berhasil mendapatkan tasnya kembali, namun pelaku kejahatan bertopi hitam itu bisa lepas dari kungkungan lutut Shakira dan berusaha menyerang gadis cantik itu. Tas terlempar dari pegangan Shakira.
"Cih! Anak perempuan macam apa kamu ini?! Sialan! Sini kamu!'' Penjambret itu segera menyerang Shakira dengan mencoba menjambak rambut Shakira yang panjang terkuncir ekor kuda. Shakira mengelak dengan cepat, namun laki – laki itu terus berusaha menyerangnya secara membabi buta. Dengan lincah Shakira bisa menghindari beberapa tinju yang dilayangkan padanya yang membuat laki – laki jadi sangat kesal dan emosi. Hal ini membuat celah untuk Shakira melayangkan serangan balik.
Shakira menendang lutut dan paha bagian dalam laki – laki itu disusul dengan pukulan kuat – kuat ke muka lelaki itu yang membuatnya terpekik dan terhuyung.
Akan tetapi Shakira tak melepaskannya begitu saja, ia segera melayangkan siku kanannya dengan telak di rahang lelaki itu, lalu ia juga menendang perut lelaki itu dengan kuat. Kini lelaki itu terjerembab tak berdaya.
Shakira menghela napasnya dengan kasar. Sambil menyambar tasnya yang tergeletak di jalanan, dia memperhatikan lelaki itu yang tak bangkit lagi karena benturan kepala dengan tembok.
Shakira melenggang diiringi tatapan kagum dan pujian riuh rendah beberapa orang yang melihat aksinya itu. Shakira hanya tersenyum seraya buru – buru meninggalkan tempat itu karena jam menunjukkan pukul 8.20 pagi. Itu menandakan ia hanya punya waktu 10 menit lagi untuk sampai di kampus sebelum kelasnya dimulai.
''Aaaahhh! Gawat! Hari ini kan pak Asmo killer! Sumpah deh! Bisa – bisa aku disemprot habis – habisan sama mister Black nich!'' Batin Shakira membayangkan wajah pak guru Asmo yang berkulit gelap dan bertampang seram, makanya laki – laki itu mendapat julukan Mr. Black oleh anak – anak didiknya, sambil terus berlari di sepanjang jalan agar sampai tepat waktu melewati gerbang kampus yang kini hanya berjarak beberapa meter di hadapannya.
Akan tetapi, langkahnya terhenti seketika saat ia melihat seorang pemuda yang sedang di palak oleh 2 orang preman di sebuah gang sempit tepat di samping tembok kampusnya.
"Apa – apaan sih!'' Shakira terbelalak saat salah seorang preman itu mentoyor kepala pemuda yang terlihat pasrah itu dengan kasar. Dengan kesal Shaki memutar langkahnya mendekati tempat itu.
"Hei kalian! Pergi dari sini!'' Ancam Shakira sambil menodongkan sebuah potongan ranting yang ia pungut di jalanan.
Kedua preman dan si pemuda menoleh kaget ke sumber suara. Melihat sosok Shakira yang cantik dan terlihat kurus kedua preman itu terkekeh.
"Hahaha... Anak manis mencoba menakut – nakuti kami rupanya hahaha...'' Jawab preman berbadan bongsor.
"Aduh aduuuhh jangan mainan kayu itu, nanti tanganmu yang lembut terluka loh, sini yuk main sama om?!'' Bujuk preman berbadan tegap dan bertampang seram melangkah mendekat Shakira dengan santainya.
"Najis lu!'' Bantah Shakira sambil mengayunkan kayunya kepada si tegap. Namun dengan mudah ayunan Shakira ditangkapnya dengan satu tangan, dan kini mereka saling tarik menarik.
Dengan sekuat tenaga Shakira menarik kayu itu dan saat si tegap menariknya kembali Shakira melepaskannya begitu saja, hal itu membuat si preman kaget dan jatuh terjengkang di hadapan Shakira.
"BOCAH KURANG AJAR!" Bentak si bongsor yang langsung mengayunkan tangannya untuk menangkap lengan kecil Shakira. Namun dengan lincah gadis itu mengelak dan menendang dengan kuat tepat di tempat vital laki – laki itu. Tak pelak preman bongsor itu berlutut memegangi alat vitalnya dan mengerang kesakitan.
Si tegap terbelalak kaget mendapati temannya yang begitu kesakitan. Kini ia sangat kesal dan mencoba menyerang Shakira dengan mengayunkan tinjunya kepada gadis cantik itu. Shakira mengelak dengan tenang dan menyerang balik preman itu namun bisa ditangkis dengan mudah pula oleh laki – laki itu.
"ITU PAK! ITUUUU!"
Perkelahian itu terhenti karena si pemuda berlarian bersama petugas sekuriti kampus dan beberapa warga yang kebetulan melintas. Melihat hal itu si preman berbadan tegap segera melarikan diri bersama temannya yang masih menahan sakit akibat tendangan Shakira.
Shakira berjalan memasuki gedung kampus dengan napas terengah, ia mengusap peluh yang bercucuran.
"Shakiiii! Tungguuuuuu!''
Shakira menoleh dan mendapati pemuda yang ia tolong berlari mengejarnya. Mereka berdiri saling berhadapan.
"Kau mengenalku?!'' Shakira mengernyit bingung. Pemuda itu tersenyum dan mengeluarkan sebuah sapu tangan yang indah dan mengusap wajah Shakira yang berpeluh. Shakira tersentak kaget dan mundur selangkah.
"Ah sorry. Apa kau baik – baik saja?'' Tanya pemuda itu tanpa menjawab pertanyaan Shakira sambil memaksa Shakira menerima sapu tangan yang ia pegang. Shakira menerimanya dengan enggan.
"Terima kasih. Ah ya aku baik – baik saja kok.'' Ucap Shakira kembali berjalan di koridor kampus.
"Kau sangat hebat tadi! Terima kasih! Hanya saja harusnya kau tak perlu melakukan itu kan? Cukup beri saja mereka sedikit uang, mereka akan pergi. Bagiku itu nggak masalah sih sebenarnya.''
"APA?!" Shakira menghentikan langkahnya dan menoleh kepada pemuda itu. Ia memandang terbelalak kepada pemuda yang kini ia baru sadari sepenuhnya bahwa ia belum pernah melihat sosok setampan itu di kelasnya. Walau dengan baju sederhana yang tak terlalu mencolok tapi ada kesan mewah dan tak biasa yang terpancar dari pemuda di hadapannya itu. Dan, ya! Shakira tak pernah melihat pemuda itu sebelumnya di lingkungan kelasnya.
Walau Shakira bukanlah jenis gadis dalam lingkup anak – anak populer di kampus namun ia tak akan tidak mengenali sosok tampan dan sangat menawan yang berdiri di hadapannya. Sosok yang terlalu menonjol untuk dilupakan begitu saja, dengan raut wajah elok sempurna, rambut kecoklatan dan mata coklat jernihnya diatas kulit yang setingkat lebih gelap dibanding Shakira. Sosok itu akan jadi sumber keindahan sekaligus sumber malapetaka di kampus kecilnya.
"Benarkan apa yang aku bilang?! Untung aku segera mendapat bantuan, kalau kamu sampai terluka gimana? Padahal mungkin mereka cuma mau seratus atau duaratus ribu saja. Bagiku nggak masalah sih...''
"APA?!" Sekali lagi Shakira tergagap mendengar ucapan pemuda itu yang seolah meremehkan bantuan darinya.
"Hei dengar ya tuan sultan! Ini bukan masalah duit! Mungkin bagimu uang segitu nggak berarti tapi mereka akan terus merajalela kepada anak – anak di kampus ini! Dan nggak semua anak kuliah sekaya KAMU!'' Bentak Shakira menghentakkan tangannya dengan kesal sambil meninggalkan pemuda tampan itu yang masih berusaha mencerna ucapannya.
Shakira terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan pemuda tadi yang kini harus pergi karena kedatangan seseorang. Shakira sempat melirik dari sudut matanya sebelum pemuda itu menghilang di balik pintu dosen bersama seseorang berpakaian jas hitam lengkap.
"Siapa sih? Sombong banget! Sok kaya! Eeehh... Kok dia tahu namaku ya? Dia fakultas apa? Ah bodo amatlah, jangan sampai urusan sama dia lagi aja." Batin Shakira mencoba mengabaikan pemuda tampan yang angkuh itu.
Sesampainya di kelas, ia menghempaskan tubuhnya dengan kesal. Rachel terheran – heran menatap Shakira yang terlihat kacau dan berantakan."Pagi Shak, ada apa kamu? Kok tumben telat?''"Aku lagi kesel banget! Dan... Aaaahh... Ini pake kebawa segala?!'' Shakira tersadar bahwa ia masih membawa saputangan pemuda tampan itu di tangannya saat ia akan mendekap wajahnya.Buru – buru ia memasukkan sapu tangan itu ke dalam tas selempangnya dan mengambil botol minuman dari dalam tasnya. Ia minum dengan sangat puasnya, hal itu membuat Rachel cekikikan melihat Shakira terengah setelah hampir menghabiskan setengah botol air minumnya."Jadi?!''"Ya, jadi hari ini aku dua kali berkelahi dengan preman! Yang satu karena dia menjambret tasku dan satu lagi karena menolong bocah dipalak tapi malah dia seolah – olah 'nggak apa – apa kok, duit kecil ini! Ngeselin banget! Sumpah! Dan siapa pula dia?! Nggak jelas! Sombongnya nggak kira - kira!'' Sha
Seperti biasa seusai kuliah Shakira langsung menuju sebuah restoran yang ada di sebuah mall kecil yang terletak tak jauh dari kampusnya. Shakira segera menuju ruang karyawan untuk berganti pakaian. Kini gadis itu telah berganti seragam pramusaji restoran. Shakira menyapa beberapa rekan kerja dan seorang manager restoran yang sangat mengenalnya dengan baik."Hai Shaki, apa kabar hari ini?'' Sapa manager Martin yang sedang duduk di sebuah ceruk ruang karyawan melepas kesibukannya dengan pembukuan yang ada di hadapannya."Baik pak Martin! Sangat baik!'' Jawab Shakira dengan antusias yang membuat lelaki bertubuh tinggi besar dan bertampang maskulin itu mengangkat wajahnya dari aktivitasnya menatap lembaran bon dan buku kas."Hei, ada apa? Sepertinya kamu sedang sangat bersemangat ya?!'' Pak Martin meneguk kopinya dengan senyuman khasnya yang membuat aura maskulinnya terlihat lebih ramah."Shaki kan memang selalu kelebihan energi pak! Seperti batere kelinci it
Ya Tuhan... Kumohon pertolongan Mu, selamatkanlah mama...Shakira mulai menitikkan airmata. Sekuat apapun dia jika sesuatu menimpa ibunya, ia akan hancur berkeping – keping.Segala yang ia lakukan demi kebahagiaan ibunya yang kini sakit – sakitan akibat jantung lemah sejak kepergian ayah Shakira yang mengalami sebuah kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis bersama kakeknya, serasa tak ada artinya jika ia tak bisa menjaga ibunya dengan benar.Dan kini ibunya berada dalam bahaya di tangan seorang penculik atau bahkan lebih dari satu orang.Tidak! tidak ada waktu buat menangis! Aku harus kuat demi mama, apapun yang terjadi. Aku harus bisa menyelamatkan mama!Sumpah Shakira dalam hati memantabkan diri. Gadis itu berlari ke gerbang utama rumah susun dan berdiri menunggu dengan tenang.Benar saja, tak berapa lama kemudian sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat memasuki jalanan rumah susun sederhana yang mengesankan pemand
Shakira mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka mata sepenuhnya. Gadis itu terlonjak kaget dan bingung saat menyadari ia terbangun di sebuah kamar yang sangat indah dan penuh perabotan mewah."Nona sudah sadar?''Shakira menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang wanita muda yang baru saja memasuki ruangan itu dan sedang berjalan ke arahnya. Wanita muda itu nampak antusias menyambutnya."Ini ... Dimana? Kamu siapa?'' Shakira mencoba bangkit namun langsung di cegah oleh wanita muda yang memakai seragam seorang asisten rumah tangga itu."Aaah ini, ini di kamar anda nona. Dan saya Amelia, yang akan merawat dan membantu segala kebutuhan nona.'' jawab Amelia menunduk penuh hormat."Apa?'' Belum sempat Shakira bertanya lebih jauh, tiba – tiba seseorang membuka pintu.Cklek!Pintu terbuka dan tertutup. Kali ini seorang wanita lebih tua dengan rambut putih yang menutupi hampir seluruh kepala datang dengan sikap anggunnya.
Dengan perasaan malu, Shakira mengamati dirinya di depan cermin kamar mandi. Ia benar – benar melihat tanda bekas ciuman seseorang. Bukan hanya satu, ada beberapa di leher, pundak dan dadanya. Shakira merabanya, ada getaran aneh yang ia rasakan. Ia juga meraba bibirnya yang terasa lebih tebal dan bengkak. Pikirannya kembali melayang mimpinya semalam, sentuhan dan remasan. Ah tidak! Cumbuan dan ciuman itu! Ah sialan kenapa aku tak bisa melupakannya! Kamar siapa itu? Tapi tak ada siapa pun di sana? batin Shakira penasaran, lalu segera memakai baju yang ia dapatkan dari Amelia. Oh tidak! Apalagi ini? Kenapa sepagi ini harus memakai gaun resmi seperti ini segala? Shakira menggerutu dalam hati. Lebih – lebih potongan baju yang agak rendah itu tak bisa menutupi tanda merah di leher dan pundaknya. Ah sial! Sepertinya aku harus memakai syal tinggi untuk menutupinya. Aaahh tapi pasti akan terlihat aneh kan? Ini masih terlalu pagi! gerutunya dal
"Ada apa ini? Kalian sepertinya sudah saling mengenal, tapi kakek rasa bukan dalam keadaan baik. Apa itu benar?'' Kakek Othman memandang keduanya bergantian.Spontan Shakira menghela napas dengan kesal dan menceritakan kejadian saat pertama kali bertemu Axel, seperti anak kecil yang sedang mengadukan kenakalan kakaknya pada orang tuanya. Kakek Othman mendengarnya dengan antusias di selingi gelak tawanya menatap Shakira yang bersungut - sungut."Ya, mau bagaimana lagi. Axel lagi bosan kek. Apalagi saat tahu kalau dia pandai berkelahi, makanya Axel iseng sekalian saja,'' sahut Axel dengan santai sambil duduk di seberang kursi kakeknya."Iseng! Yang benar saja!'' Shakira bersedekap defensif dan memandang Axel dengan masam, akan tetapi laki – laki tampan berlesung pipi itu mengabaikannya dengan sikap santainya. Bahkan ia meneguk teh manisnya yang telah dingin."Iya kek! Coba kakek lihat sendiri, saat dia menghajar penjambret di jalanan, lalu mengh
Vila diatas bukit yang sebagian besar menampilkan wajah lautan yang tenang itu kini tiba – tiba berubah hingar bingar dengan berbagai macam hiasan yang meriah nan indah, serta beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga besar Othman dan teman terdekat kakek Othman. Walaupun begitu, rasanya sangat berbeda dengan keseharian rumah peristirahatan itu yang selalu sepi dan tenang.Walaupun dengan serangkaian acara dan perjamuan hari yang melelahkan, namun bagi Axel yang melihat kecantikan Shakira yang sempurna dengan balutan gaun putihnya yang sangat indah membuatnya tetap bersemangat dengan segala kebisingan dan kemeriahan pesta tertutup itu. Hari ini Shakira terlihat sangat memukau dan sempurna dengan riasan tanpa cacat dan hiasan bunga yang menghiasi rambutnya yang tersanggul dengan indah.Walau selalu bersama, Axel selalu mencuri – curi pandang pada Shakira yang sibuk menyalami tamu atau berbicara dengan mereka yang sebagian besar adalah keluarga Othman
"Ehm... Hoaheeeeemmm.....'' Shakira menggeliat dengan manja dan merentangkan tangannya dengan bebas. Namun, ia merasakan tubuhnya terasa sangat berat seolah ada batu besar yang menimpanya. Perlahan – lahan gadis itu membuka lentik kedua matanya. Shakira tersentak dari tidurnya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tertidur tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Dengan panik Shakira membungkus dirinya dalam selimut dan menyalakan lampu tidur yang ada di meja samping ranjang. Gadis itu menahan gusar karena ia tak mengingat apapun yang terjadi. Oh tidak! Apa yang sudah terjadi? Apa aku dan Axel sudah ...? Oh tidak! Shakira menggigit bibirnya menahan isaknya, ia mencoba menenangkan dirinya untuk mengingat apa yang terjadi, namun ia tak bisa mengingat apapun. Kosong dan gelap. Shakira memaksakan dirinya untuk bangkit dan membasuh dirinya, ia berendam cukup lama untuk menenangkan dirinya jika saja hal terburuk yang ia pikirkan benar –
Seharian ini Axel dibuat pusing oleh tingkah Shakira yang semakin lama semakin suka uring-uringan tak jelas. Namun ada kalanya Shakira terlihat sangat ceria saat bersama si kembar. Apalagi si kembar kini sudah bisa berjalan walau tertatih-tatih. “Bagus! Anak-anak Mama sudah mulai bisa berjalan! Sini Mama cium dulu, anak tampan dan cantik Mama!” puji Shakira dengan antusias memangku kedua buah hatinya dan menciumi mereka bergiliran dan membuat keduanya tergelak-gelak kegelian. Akan tetapi suasana yang ceria itu seketika suram saat Axel mendekati mereka. Dengan wajah masam, Shakira mencoba menjauh darinya. Namun, tangan Axel dengan cepat menangkap Shakira dengan merangkulnya dari belakang. Mau tak mau kedua anaknya pun ikut dalam kungkungannya. “Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang jauh-jauh dariku,” desis Shakira menahan marah, namun beda halnya dengan si kembar yang tergelak-gelak karena mendapat pelukan dari Papa mereka. “Sayang, aku minta maaf jika ada salahku, tetapi kumohon jan
Pesta itu di gelar di sebuah aula hotel bintang lima yang berada dalam naungan bisnis Othman Group yang telah Axel akuisisi.Saat itu Shakira dan Axel memakai baju pernikahan mereka kembali, seolah mengenang kembali pernikahan mereka dan mendandani si kembar seperti malaikat-malaikat kecil yang lucu dan cantik. Sungguh memperlihatkan keluarga yang sempurna. Beberapa tamu melontarkan pujian sekaligus iri dengan kemesraan mereka dengan tiada henti-hentinya. Pesta itu berlangsung sangat meriah dan ramai. Axel dan Shakira terlihat semakin bahagia tatkala sampai acara puncak itu yang diisi oleh potongan-potongan foto Axel dan Shakira dengan berbagai pose atau adegan yang tanpa sengaja terekam kamera CCTV dengan pose lucu, tertawa atau pun sedih. Juga foto-foto di kembar yang sangat menggemaskan yang terpampang di layar utama.“Ya. Inilah keluarga kecil saya. Istri saya, Shakira yang tercinta juga anak-anak saya, Angelo dan Angela serta Ibu mertua saya, Mama Natarina, serta Kakak saya, Aks
“Kau tahu, apa pun yang kita rencanakan dan bagaimana pun kita berusaha, jika Tuhan telah menggariskan sebuah takdir semua tak akan bisa ditentang,” ujar Aksa kala itu.Axel tersenyum tipis mendengarnya walau tetap tak melepaskan pandangannya pada Shakira yang sedang tertawa senang bercanda ria dengan si kembar dan Ibunya di sebuah kasur lantai.Kedua kakak beradik itu sama-sama terdiam saat melihat Shakira yang dengan luwesnya meraih Angelo yang mulai merengek. Dan berkat godaan Shakira, bayi mungil itu kembali terbahak-bahak menggantikan rengeknya.“Ya. Aku hanya berpikir, bahwa aku akan berusaha semampuku agar semua yang aku cita-citakan dapat kuraih. Termasuk memiliki hatinya.” Axel tetap menatap Shakira dengan senyum mengembang.Ucapan Axel sukses membuat Aksa mengalihkan pandangannya dari Shakira kepada Axel.“Aku tahu ke mana arah pembicaraanmu, Aksa. Walaupun para Kakek ingin mencatat nama kalian dalam ikatan jodoh. Tapi Tuhan menakdirkan Shakira terikat padaku. Begitu, ‘kan?
“Aku hanya takut, aku tak pantas untukmu, Shakira. Karena aku bukanlah siapa-siapa lagi ....”Kata-kata putus asa Axel masih terus terngiang-ngiang di telinga Shakira bahkan setelah ia terbangun dari tidurnya. Ia menatap wajah Axel yang masih terlelap dalam pelukannya.Shakira meraba wajah tampan di hadapannya dengan perasaan haru, lalu dengan berkaca-kaca ia mengecup kelopak mata Axel yang masih terpejam, hidung mancung dan bibirnya dengan lembut. Dengan tatapan puas, Shakira menatap wajah suaminya yang terlihat polos dan tampan.Namun kesenangannya harus dikejutkan gerakan Axel yang tiba-tiba menimpanya dan menyurukkan wajahnya di leher jenjang Shakira yang spontan membuat Shakira memekik kegelian.“Dasar Nakal, kau selalu mengejutkan aku, Axel,” tegur Shakira mencubit pipi Axel dan membuat laki-laki itu menggumam dan makin gencar mencumbu Shakira yang membuat Shakira makin terkekeh kegelian. Mau tak mau hal itu membuat Axel benar-benar bangun.“Mana morning kissnya?” gumam Axel kem
Shakira mendorong Axel dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya.“Ada apa, Axel? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kau mengucapkan itu?” cecar Shakira tercekat tak percaya.Melihat Axel hanya terdiam membisu, Shakira mengangguk paham, “Apa ini karena aku telah melarikan diri bersama Aksa waktu itu? Jadi kau tak percaya ....”“Shakira ....” sela Axel yang kini bersimpuh di kaki Shakira dan memeluk lututnya.“Dosa Othman terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Aku terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa kubanggakan dan kupersembahkan untukmu, Shaki. Aku bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa.Aku tak pernah menyangka segala dukungan buatku dari Kakek, itu semua karena kupikir Kakek yang benar-benar menyayangiku dan iba melihatku yang selalu jadi bayang-bayang Aksa. Tapi nyatanya, semua demi tujuannya sendiri. Demi ing
“Sayang, apa kau sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Shakira sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit,” ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Martin, perut wanita itu terlihat sedikit buncit.Axel menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya.“Sarah? Kau sudah selesai berbicara dengan Shakira?” tanya Martin menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu, “Perkenalkan Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda ...”“Axel, Tuan Muda Axel, suami Shakira siapa yang tak tahu Tuan Muda Axel Othman. Salam kenal saya Sarah, istri Tuan Martin ini, pemilik restoran yang punya cabang di beberapa Mal,” sela Sarah memotong ucapan Martin dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Axel.Ucapan Sarah, membuat Martin jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadapan Axel, apalagi me
“Bagaimana, Erick? tanya Axel setelah dokter Erick memeriksa kondisi Kakek Othman.“Axel, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan menyebabkan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu,” ungkap dokter Erick dengan tatapan penuh simpati.“Kenapa tidak pasti?” sela Aksa kepada Erick menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Othman yang mengering.“Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat,” jawab Erick yang membuat Aksa terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Laki-laki itu terlihat sangat stres.“Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan selain itu,” lanjut Erick dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Axel itu menghela napas dengan berat, “Aku turut berdukacita atas apa yang terjadi pada Kakek,” pungkasnya seraya melepas
Sore itu Shakira duduk bersebelahan dengan Axel, sementara Aksa duduk di bangku tunggal terpisah berhadapan dengan Tuan Bastian West yang duduk dengan Pak Adam, sekretaris Axel dan Pak Ares, Pengacara Axel.Kelima orang tersebut sedang bersitegang karena masalah yang sedang mereka hadapi. Apalagi melihat Tuan Bastian yang sempat tak bisa menahan harunya bisa melihat Shakira setelah sekian lama. Hal itu semakin membuatnya bersemangat untuk mengungkapkan alasan kedatangannya ke rumah itu.“Jadi, singkatnya, seperti yang tertulis dalam surat wasiat terakhir, sebelum Tuan Abraham Ansel meninggal, bahwa semua miliknya akan di wariskan kepada Nona Shakira. Dan jika Nona Shakira meninggal sebelum memiliki keturunan maka sebagian aset itu akan disumbangkan kepada yayasan amal pilihan Tuan Ansel, dan sebagian lagi untuk Nyonya Natarina,” papar Tuan Bastian seraya menyerahkan beberapa lembar dokumen di tangannya kepada ke empat orang itu.“Dan ini adalah seluruh aset itu, dengan taksiran harga
Mendengar ucapan Axel yang terbata-bata, Aksa tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Shakira dan Natarina menatapnya semakin heran.“Ada apa, Aksa?” tegur Natarina yang langsung membuat Aksa menghentikan gelak tawanya.Lalu dengan menyisakan tawanya ia akhirnya mengakui, bahwa dia memang sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Axel marah dan bangun.“Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Shakira,” papar Aksa yang membuat Shakira dan Natarina menangis haru. Shakira kembali memeluk dan menciumi tangan Axel. Sementara Axel menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja.***Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Axel diperbolehkan pulang ke rumah dengan berbagai macam syarat yang harus dipatuhinya demi mempercepat pemulihannya. Dengan begitu pekerjaan Shakira semakin banyak, selain mengurus kedua anaknya ia juga harus membagi waktunya untuk Axel.“Aku merasa jadi punya 3 bayi yan