Shakira mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka mata sepenuhnya. Gadis itu terlonjak kaget dan bingung saat menyadari ia terbangun di sebuah kamar yang sangat indah dan penuh perabotan mewah.
"Nona sudah sadar?''
Shakira menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang wanita muda yang baru saja memasuki ruangan itu dan sedang berjalan ke arahnya. Wanita muda itu nampak antusias menyambutnya.
"Ini ... Dimana? Kamu siapa?'' Shakira mencoba bangkit namun langsung di cegah oleh wanita muda yang memakai seragam seorang asisten rumah tangga itu.
"Aaah ini, ini di kamar anda nona. Dan saya Amelia, yang akan merawat dan membantu segala kebutuhan nona.'' jawab Amelia menunduk penuh hormat.
"Apa?'' Belum sempat Shakira bertanya lebih jauh, tiba – tiba seseorang membuka pintu.
Cklek!
Pintu terbuka dan tertutup. Kali ini seorang wanita lebih tua dengan rambut putih yang menutupi hampir seluruh kepala datang dengan sikap anggunnya. Wanita itu terlihat sangat luwes dan berwibawa dengan setelan jas dan rambut yang tersanggul rapi.
"Nona Shakira, anda sudah siuman? Oh apa anda baik – baik saja? Apa ada yang sakit? Aaahh Amelia kenapa kau tidak memberitahuku kalau nona sudah siuman?'' ucap wanita itu beralih kepada asisten rumah tangga yang masih muda itu. Gadis itu nampak gugup dan terbata – bata.
"Eeehh... Saya baru bangun saat nona ini datang dan kebetulan Ibu juga datang.'' sahut Shakira membela Amelia yang terlihat ketakutan.
"Aaahh nona...'' wanita itu melihat Shakira dengan tatapan kagum, wanita itu tahu Shakira berusaha membela Amelia.
"Ini dimana bu?'' Shakira menyela sambil bangkit dari tempat tidur besar dan megah itu yang langsung di cegah oleh para wanita itu.
"Tidak nona, anda masih belum sehat benar. Tadi dokter dan tuan sudah berpesan pada saya, anda jangan ke mana – mana dulu sampai anda pulih.
Oh iya, mohon perkenalkan nama saya Anna, saya kepala urusan rumah tangga di rumah ini. Saya yang akan mengurus semua keperluan anda bersama Amelia, dan juga beberapa asisten yang lain. Nanti saya akan panggil mereka untuk berkenalan dengan anda nona. Tapi untuk saat ini anda harus makan dan minum obat terlebih dahulu.''
Shakira hanya melongo bengong mendengar penjelasan panjang lebar wanita itu, seolah ia adalah sales sebuah produk unggulan yang bermutu. Shakira sama sekali tak bisa memotong perkataan wanita itu yang berbicara seolah hanya dalam satu tarikan napas.
"Ah iya, sepertinya saya kelaparan.'' jawab Shakira sekenanya sambil tersenyum malu - malu, berbarengan dengan perutnya yang kerucukan.
Bukannya membuat tertawa, hal itu malah membuat panik Anna dan Amelia. Dengan sigap Anna memerintahkan Amelia untuk menelepon seseorang dari dapur untuk membawa baki makanan yang sudah disiapkan. Sementara ia langsung menyiapkan air hangat untuk menyeka Shaki.
Shakira sangat canggung dan merasa tak enak hati, ia pun baru menyadari ia telah berganti pakaian dengan piyama tidur yang cantik dan berbahan lembut. Gadis itu hanya diam saat kedua wanita itu sibuk melayaninya bak seorang putri, dia hanya menelan kebingungannya dalam diam.
"Nona Shakira, jika ada yang mengganggu pikiran anda mohon sampaikan saja. Apa airnya kurang hangat? Biar saya ganti yang baru?'' Anna menatap Shakira yang terlihat memikirkan sesuatu dan itu sangat mengganggunya.
"Ah tidak bu Anna. Terima kasih. Saya hanya bingung, ini sebenarnya di mana dan... Dan... Oh iya ini jam berapa? Kenapa saya harus diseka air hangat? Saya tidak sedang sakit bu, saya hanya pingsan, mungkin karena kelaparan saja hehe...'' Shakira mengernyit dengan tanda memohon. Anna tersenyum penuh simpati. Sementara Amelia membawa baki makanan yang baru datang dari salah satu pelayan dari dapur.
"Ini sudah lewat tengah malam nona, makanya saya tidak memperbolehkan anda untuk mandi. Dan sekarang setelah makan dan minum obat, anda harus kembali untuk beristirahat, biar besok anda bisa tampil segar dan cantik.'' papar wanita yang keibuan itu dengan senyum yang memancarkan aura yang tak bisa di bantah.
Tanpa banyak bertanya lagi Shakira melahap makanan dengan antusiasnya. Sup jagung dan asparagus yang hangat, sepiring kentang goreng dan daging panggang dengan saus yang terlihat nikmat membuat Shakira teringat akan sesuatu yang hilang.
Nasi. Dia tak melihat nasi dalam menu makanan itu. Akan tetapi entah mengapa semua terasa mengenyangkan dan nikmat. Berkali – kali Shakira harus diingatkan untuk makan dengan pelan tanpa terburu – buru seperti kebiasaannya. Lalu setelah meminum beberapa obat, ia kembali merebahkan dirinya sesuai perintah sang kepala rumah tangga.
Akan tetapi kepura – puraan Shakira tak berlangsung lama. Begitu kedua wanita itu keluar dari pintu kamar, gadis itu segera melompat dari ranjang yang besar dan tinggi. Lalu ia menuju jendela dan membuka korden yang mewah untuk mencari tahu di mana ia berada.
Hah? Apa itu? Laut? Itu bener – bener laut? pekik Shakira dalam hati saat melihat pemandangan di luar yang menunjukkan sesuatu yang mustahil.
Karena semakin penasaran, akhirnya gadis itu memutuskan untuk keluar kamar. Ia mendapati sebuah ruangan seperti perpustakaan kecil sekaligus ruang kerja yang tak terlalu besar. Benar saja, waktu menunjukkan pukul dua dini hari, yang membuat Shakira terperanjat saat dentang jam besar di ujung ruangan itu berdentang dua kali dengan nyaring.
Shakira dengan langkah cepat menuju pintu penghubung ruangan, lalu ia menemukan lorong kecil yang mengarah ke sebuah pintu lagi. Lalu tanpa pikir panjang ia membukanya dan lagi – lagi ia terpekik kaget saat melihat isi ruangan itu.
Sebuah ruangan yang sangat besar, megah dan mewah. Dengan lampu yang temaram ia masih bisa melihat beberapa kursi besar yang mengelilingi sebuah meja panjang yang ada di tengah ruangan besar itu. Tanpa memperhatikan detail lagi, ia berjalan lurus menuju jendela yang ada di ujung ruangan itu. Ternyata sebuah balkon.
Oh! Itu benar – benar laut! Indah sekali!
Debur ombak yang sesekali terdengar membuat jantung Shakira berdegup lebih tenang dari sebelumnya. Baginya memandang pinggiran pantai dan laut adalah suatu kemewahan tersendiri baginya, ia ingin berlama – lama di tempat itu.
Akan tetapi, tak lama setelah itu ia berubah pikiran karena hawa dingin yang menyeruak serta menusuk tulang membuatnya bersin berkali - kali. Ia ingin kembali ke kamarnya semula karena ia mulai merasakan pusing yang membuatnya berkunang - kunang. Hingga gadis itu memaksa berjalan masuk tanpa menutup jendela balkon itu.
Oooohh... Kenapa ini? Kepalaku kenapa tiba – tiba berkunang – kunang begini? batinnya kebingungan sambil berpegangan pada sebuah lemari pajangan.
Lalu Shakira duduk sebentar di sebuah kursi kecil terdekat dengan pintu. Setelah merasa kuat, lalu ia berjalan menyusuri pintu dan lorong, lalu ia membuka pintu kamar yang ada di ujung ruangan.
Walau sempat heran, dengan keadaan kamarnya yang terasa lebih dingin dan gelap dari sebelumnya, Shakira tetap berjalan menuju tempat tidur yang berada di pojok ruangan itu dan memasuki selimut tebal dengan nyaman. Tak berapa lama ia pun tertidur dengan nyenyak tanpa tahu apa yang telah ia lakukan.
Shakira terhenyak merasakan ada hembusan udara yang hangat menyentuh lehernya yang jenjang lalu mengecapnya. Gadis itu mendesah dengan malas. Namun, ketika sesuatu yang kenyal dan hangat menyentuh kulit lehernya dengan lembut membuat gadis itu menggeliat, lagi dan lagi. Dengan berat Shakira membuka matanya dan mendapati seorang laki – laki tampan dengan sorot mata yang gelap dan dalam. Shakira tersentak dan ingin berteriak namun dengan cepat laki – laki itu membungkam mulutnya dengan ciumannya yang dalam.
Shakira mengerang di tenggorokannya. Gadis itu menggeliat ingin melawan, akan tetapi laki – laki itu telah meletakkan berat badannya diatas tubuh Shakira dan mengunci kedua tangan Shakira. Laki – laki itu terus mencumbu bibir Shakira hingga terengah, lalu ciuman laki – laki itu bergeser di pipi dan terus turun ke lehernya hingga ke dadanya yang sudah mengeras.
"Aaagkk... Eeehmmm...'' erang Shakira merasakan ciuman itu mendarat di lehernya dan bergeser ke dua aset kembarnya.
Aaahhkg... Sejak kapan? Tunggu, sejak kapan bajuku terbuka? Ooohh... tidak! Tapi... Aaahh...
Enak!
Shakira menjerit dalam hati yang hanya bisa pasrah menerima segala sentuhan dan cumbuan laki – laki itu. Hingga tanpa sadar kedua tangan Shakira yang terbebas meremas rambut lambut laki – laki itu.
Shakira menggelinjang saat ciuman laki – laki itu terus turun dan menyusuri perutnya yang rata. Gadis itu mengerang dan meronta karena sentuhan dan remasan jari jemari perkasa sang pria. Lalu dia kembali kepada Shakira dan langsung mengunci bibirnya yang padat berisi dan ranum.
Laki – laki itu mengecap dan menjelajahi seluruh isi mulut Shakira, seolah ingin melahap gadis itu. Shakira terengah sambil menerima ciuman laki – laki itu yang makin menuntut membuat otak Shakira kosong dan mulai hilang kendali.
Shakira merasakan panas di sekujur tubuhnya disertai basah di bagian bawah. Shakira terengah dan mulai lemas, namun laki – laki itu tak ingin menyudahi pagutan bibir mereka seolah ia dalam keadaan yang sangat lapar.
BRAK!
KLIK!
"Ooohh nonaaa! Oooh syukurlah, anda ada disini! Oh syukurlah, nona sudah ketemu!''
Terdengar keributan di luar kamar yang mulai mereda.
''Nonaaa... Kenapa anda tidur di sini?''
Shakira tersentak dari tidurnya dengan kebingungan. Gadis itu terengah dan menatap seseorang yang datang tergopoh – gopoh dengan wajah pucat pasi.
Hah? Apa yang terjadi? batin Shakira sambil celingukan menatap sekelilingnya.
Ternyata Amelia. Akan tetapi gadis itu terlihat seperti habis menangis.
"Ada apa ini?'' Shakira menatap Amelia dengan bingung.
"Kenapa anda tidur di sini nona? Saya pikir nona hilang, saya sangat panik. Semua orang sedang mencari nona! Oh Tuhan! Balkon itu terbuka! Saya takut nona... Ooohh... Nonaaaa....'' papar Amelia gugup sekaligus lega karena berhasil menemukan Shakira. Gadis itu berkaca – kaca karena lega.
"Loh? Memangnya aku...'' Shakira memperhatikan sekeliling ruangan itu. Tampak asing dan maskulin. Ia juga meraba baju tidurnya yang masih utuh seolah tak tersentuh. Tetapi ia kebingungan saat meraba bibirnya yang terasa bengkak.
Jadi itu tadi hanya mimpi? Tapi siapa laki – laki itu? Semuanya terasa sangat nyata. Pikir Shakira tetap larut dalam kebingungannya.
"Nona, anda salah masuk kamar.''
"Apa? Jadi aku ini bukan di kamarku yang tadi?''
"Nona, ini sudah pagi.''
"Apa?''
"Mari, sebaiknya kita bergegas kembali ke kamar anda. Nona harus segera sarapan dan bersiap.''
Amelia setengah memaksa Shakira yang masih kebingungan sambil memperhatikan kamar mengesankan kegelapan karena dominasi warna hitan dan putih saja. Tiba – tiba ia menggigil teringat mimpinya.
Saat melintasi ruangan mata Shakira tertumbuk pada bayangan dirinya di cermin. Shakira segera berlari mendekati cermin besar yang menempel pada dinding kamar itu. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat beberapa tanda merah di lehernya.
Tidak! Ini bukan mimpi!
Dengan perasaan malu, Shakira mengamati dirinya di depan cermin kamar mandi. Ia benar – benar melihat tanda bekas ciuman seseorang. Bukan hanya satu, ada beberapa di leher, pundak dan dadanya. Shakira merabanya, ada getaran aneh yang ia rasakan. Ia juga meraba bibirnya yang terasa lebih tebal dan bengkak. Pikirannya kembali melayang mimpinya semalam, sentuhan dan remasan. Ah tidak! Cumbuan dan ciuman itu! Ah sialan kenapa aku tak bisa melupakannya! Kamar siapa itu? Tapi tak ada siapa pun di sana? batin Shakira penasaran, lalu segera memakai baju yang ia dapatkan dari Amelia. Oh tidak! Apalagi ini? Kenapa sepagi ini harus memakai gaun resmi seperti ini segala? Shakira menggerutu dalam hati. Lebih – lebih potongan baju yang agak rendah itu tak bisa menutupi tanda merah di leher dan pundaknya. Ah sial! Sepertinya aku harus memakai syal tinggi untuk menutupinya. Aaahh tapi pasti akan terlihat aneh kan? Ini masih terlalu pagi! gerutunya dal
"Ada apa ini? Kalian sepertinya sudah saling mengenal, tapi kakek rasa bukan dalam keadaan baik. Apa itu benar?'' Kakek Othman memandang keduanya bergantian.Spontan Shakira menghela napas dengan kesal dan menceritakan kejadian saat pertama kali bertemu Axel, seperti anak kecil yang sedang mengadukan kenakalan kakaknya pada orang tuanya. Kakek Othman mendengarnya dengan antusias di selingi gelak tawanya menatap Shakira yang bersungut - sungut."Ya, mau bagaimana lagi. Axel lagi bosan kek. Apalagi saat tahu kalau dia pandai berkelahi, makanya Axel iseng sekalian saja,'' sahut Axel dengan santai sambil duduk di seberang kursi kakeknya."Iseng! Yang benar saja!'' Shakira bersedekap defensif dan memandang Axel dengan masam, akan tetapi laki – laki tampan berlesung pipi itu mengabaikannya dengan sikap santainya. Bahkan ia meneguk teh manisnya yang telah dingin."Iya kek! Coba kakek lihat sendiri, saat dia menghajar penjambret di jalanan, lalu mengh
Vila diatas bukit yang sebagian besar menampilkan wajah lautan yang tenang itu kini tiba – tiba berubah hingar bingar dengan berbagai macam hiasan yang meriah nan indah, serta beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga besar Othman dan teman terdekat kakek Othman. Walaupun begitu, rasanya sangat berbeda dengan keseharian rumah peristirahatan itu yang selalu sepi dan tenang.Walaupun dengan serangkaian acara dan perjamuan hari yang melelahkan, namun bagi Axel yang melihat kecantikan Shakira yang sempurna dengan balutan gaun putihnya yang sangat indah membuatnya tetap bersemangat dengan segala kebisingan dan kemeriahan pesta tertutup itu. Hari ini Shakira terlihat sangat memukau dan sempurna dengan riasan tanpa cacat dan hiasan bunga yang menghiasi rambutnya yang tersanggul dengan indah.Walau selalu bersama, Axel selalu mencuri – curi pandang pada Shakira yang sibuk menyalami tamu atau berbicara dengan mereka yang sebagian besar adalah keluarga Othman
"Ehm... Hoaheeeeemmm.....'' Shakira menggeliat dengan manja dan merentangkan tangannya dengan bebas. Namun, ia merasakan tubuhnya terasa sangat berat seolah ada batu besar yang menimpanya. Perlahan – lahan gadis itu membuka lentik kedua matanya. Shakira tersentak dari tidurnya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tertidur tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Dengan panik Shakira membungkus dirinya dalam selimut dan menyalakan lampu tidur yang ada di meja samping ranjang. Gadis itu menahan gusar karena ia tak mengingat apapun yang terjadi. Oh tidak! Apa yang sudah terjadi? Apa aku dan Axel sudah ...? Oh tidak! Shakira menggigit bibirnya menahan isaknya, ia mencoba menenangkan dirinya untuk mengingat apa yang terjadi, namun ia tak bisa mengingat apapun. Kosong dan gelap. Shakira memaksakan dirinya untuk bangkit dan membasuh dirinya, ia berendam cukup lama untuk menenangkan dirinya jika saja hal terburuk yang ia pikirkan benar –
"Hei, bagaimana kalau kita menonton itu bersama?'' Axel tersenyum miring melihat Shakira mengernyit masam."Ini semua gara – gara kamu!''"Aku? Kenapa jadi aku yang salah?'' Axel memasang tampang tak berdosa."Kau membohongiku? Kenapa kau kirim foto malam pertama kita? Padahal kan kita tidak melakukannya! Karena, aku tak bisa mengingat apapun!'' Shakira tak menyadari apa yang ia bicarakan membuat Axel makin membara seperti api yang tersulut bensin. Axel langsung menindihnya dan mengunci kedua tangannya."Aahh jadi kau menginginkan malam pertama yang sebenarnya?'' Senyum Axel mulai mengembang, ''dan kupastikan semua itu tak akan pernah terlupakan seumur hidupmu sayang.''"Jangan harap! Justru aku ingin memastikan kebenarannya!'' Shakira memberontak."Ya, memang menyedihkan, di malam pertama pernikahanku, istriku malah tidur sangat pulas. Apalagi yang bisa aku lakukan selain menciuminya? Yah, aku melakukan itu hanya ingin menandai kepemi
Makan malam telah terhidang di meja makan. Namun, hanya Shakira yang sedang asyik menikmati makan malamnya. Dua piring yang telah disediakan diatas meja masih dalam keadaan tertelungkup, karena sang empunya belum menampakkan batang hidungnya. Untuk itulah Shakira sengaja makan lebih awal karena ingin buru – buru menyelesaikan aktivitasnya agar bisa menghindari kedua kakak beradik itu.Dengan perasaan lega Shakira meneguk air putih di tangannya, lalu bangkit berdiri setelah merapikan mulutnya dengan tisu. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan menjauhi meja ia mendengar sayup – sayup suara laki – laki sedang berbicara di telepon datang mendekat dengan bahasa Inggris yang sangat kental.Oh tidak! Ada yang datang! Sebaiknya aku jalan memutar melewati lorong samping. Siapa ya? Axel atau Aksa? Tadi Amelia bilang, mereka pergi bersama. Terserahlah, siapa pun itu aku tak mau bertemu mereka untuk saat ini.Shakira berjalan cepat menuju arah berlawana
Shakira terbangun dengan badan remuk redam, seolah ia habis tergilas oleh sesuatu yang besar dan kuat. Gadis itu membuka mata perlahan, celingukan dan bangkit untuk duduk, namun usahanya terhalang sebuah tangan yang terkulai memeluk pinggangnya yang ramping. Shakira tersentak kaget, saat melihat Axel dengan wajah polosnya tertidur di sampingnya.Shakira membekap mulutnya setelah menyadari apa yang terjadi. Apalagi saat ia melihat warna merah di sprei. Airmata mulai mengembang di kedua mata indahnya. Sambil menggigit bibirnya, Shakira memindahkan lengan Axel dengan perlahan – lahan agar menjauhi pinggangnya lalu ia bangkit dari ranjang sambil membelit tubuhnya yang polos dengan selimut.Kenapa semua ini bisa terjadi? Bahkan aku tak menyadari baju – bajuku lepas dari tubuhku begitu saja? Oh mama, doakan aku agar segera terlepas dari pernikahan ini. Pernikahan dengan laki – laki brengsek seperti Axel. Oh sakit. Badanku serasa remuk redam. Ini kan hanya p
"Axeeeeell! Kemana saja kau beberapa hari ini sayang! Aku kangeeeeen! Kau menghilang seperti di telan bumi! Aku tak bisa menghubungimu!'' celoteh perempuan berambut burgundy itu dengan manja bergelayut di leher Axel."Cindy?'' ucap Axel terkejut tanpa membalas pelukan gadis itu."Sayang aku sangat merindukanmu ....'' tanpa basa basi Cindy langsung mencium pipi Axel. Melihat itu Shakira bergegas meninggalkan tempat itu seolah ia tak mengenal Axel.Baru beberapa langkah Shakira menjauh dari Axel, tiba – tiba ia mendengar suara – suara teriakan perempuan yang menyebut – nyebut nama Axel. Mereka terdengar antusias melihat sosok Axel dan mengerubungi laki – laki berparas tampan menawan itu.Wake up Shakira! Axel itu milik semua wanita dimanapun dia berada dan kau hanya istri diatas kertas yang sewaktu – waktu akan di buang kalau dia sudah merasa bosan!Shakira memasuki kelas yang sudah ramai oleh para mahasiswa, dan mendapa
Seharian ini Axel dibuat pusing oleh tingkah Shakira yang semakin lama semakin suka uring-uringan tak jelas. Namun ada kalanya Shakira terlihat sangat ceria saat bersama si kembar. Apalagi si kembar kini sudah bisa berjalan walau tertatih-tatih. “Bagus! Anak-anak Mama sudah mulai bisa berjalan! Sini Mama cium dulu, anak tampan dan cantik Mama!” puji Shakira dengan antusias memangku kedua buah hatinya dan menciumi mereka bergiliran dan membuat keduanya tergelak-gelak kegelian. Akan tetapi suasana yang ceria itu seketika suram saat Axel mendekati mereka. Dengan wajah masam, Shakira mencoba menjauh darinya. Namun, tangan Axel dengan cepat menangkap Shakira dengan merangkulnya dari belakang. Mau tak mau kedua anaknya pun ikut dalam kungkungannya. “Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang jauh-jauh dariku,” desis Shakira menahan marah, namun beda halnya dengan si kembar yang tergelak-gelak karena mendapat pelukan dari Papa mereka. “Sayang, aku minta maaf jika ada salahku, tetapi kumohon jan
Pesta itu di gelar di sebuah aula hotel bintang lima yang berada dalam naungan bisnis Othman Group yang telah Axel akuisisi.Saat itu Shakira dan Axel memakai baju pernikahan mereka kembali, seolah mengenang kembali pernikahan mereka dan mendandani si kembar seperti malaikat-malaikat kecil yang lucu dan cantik. Sungguh memperlihatkan keluarga yang sempurna. Beberapa tamu melontarkan pujian sekaligus iri dengan kemesraan mereka dengan tiada henti-hentinya. Pesta itu berlangsung sangat meriah dan ramai. Axel dan Shakira terlihat semakin bahagia tatkala sampai acara puncak itu yang diisi oleh potongan-potongan foto Axel dan Shakira dengan berbagai pose atau adegan yang tanpa sengaja terekam kamera CCTV dengan pose lucu, tertawa atau pun sedih. Juga foto-foto di kembar yang sangat menggemaskan yang terpampang di layar utama.“Ya. Inilah keluarga kecil saya. Istri saya, Shakira yang tercinta juga anak-anak saya, Angelo dan Angela serta Ibu mertua saya, Mama Natarina, serta Kakak saya, Aks
“Kau tahu, apa pun yang kita rencanakan dan bagaimana pun kita berusaha, jika Tuhan telah menggariskan sebuah takdir semua tak akan bisa ditentang,” ujar Aksa kala itu.Axel tersenyum tipis mendengarnya walau tetap tak melepaskan pandangannya pada Shakira yang sedang tertawa senang bercanda ria dengan si kembar dan Ibunya di sebuah kasur lantai.Kedua kakak beradik itu sama-sama terdiam saat melihat Shakira yang dengan luwesnya meraih Angelo yang mulai merengek. Dan berkat godaan Shakira, bayi mungil itu kembali terbahak-bahak menggantikan rengeknya.“Ya. Aku hanya berpikir, bahwa aku akan berusaha semampuku agar semua yang aku cita-citakan dapat kuraih. Termasuk memiliki hatinya.” Axel tetap menatap Shakira dengan senyum mengembang.Ucapan Axel sukses membuat Aksa mengalihkan pandangannya dari Shakira kepada Axel.“Aku tahu ke mana arah pembicaraanmu, Aksa. Walaupun para Kakek ingin mencatat nama kalian dalam ikatan jodoh. Tapi Tuhan menakdirkan Shakira terikat padaku. Begitu, ‘kan?
“Aku hanya takut, aku tak pantas untukmu, Shakira. Karena aku bukanlah siapa-siapa lagi ....”Kata-kata putus asa Axel masih terus terngiang-ngiang di telinga Shakira bahkan setelah ia terbangun dari tidurnya. Ia menatap wajah Axel yang masih terlelap dalam pelukannya.Shakira meraba wajah tampan di hadapannya dengan perasaan haru, lalu dengan berkaca-kaca ia mengecup kelopak mata Axel yang masih terpejam, hidung mancung dan bibirnya dengan lembut. Dengan tatapan puas, Shakira menatap wajah suaminya yang terlihat polos dan tampan.Namun kesenangannya harus dikejutkan gerakan Axel yang tiba-tiba menimpanya dan menyurukkan wajahnya di leher jenjang Shakira yang spontan membuat Shakira memekik kegelian.“Dasar Nakal, kau selalu mengejutkan aku, Axel,” tegur Shakira mencubit pipi Axel dan membuat laki-laki itu menggumam dan makin gencar mencumbu Shakira yang membuat Shakira makin terkekeh kegelian. Mau tak mau hal itu membuat Axel benar-benar bangun.“Mana morning kissnya?” gumam Axel kem
Shakira mendorong Axel dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya.“Ada apa, Axel? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kau mengucapkan itu?” cecar Shakira tercekat tak percaya.Melihat Axel hanya terdiam membisu, Shakira mengangguk paham, “Apa ini karena aku telah melarikan diri bersama Aksa waktu itu? Jadi kau tak percaya ....”“Shakira ....” sela Axel yang kini bersimpuh di kaki Shakira dan memeluk lututnya.“Dosa Othman terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Aku terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa kubanggakan dan kupersembahkan untukmu, Shaki. Aku bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa.Aku tak pernah menyangka segala dukungan buatku dari Kakek, itu semua karena kupikir Kakek yang benar-benar menyayangiku dan iba melihatku yang selalu jadi bayang-bayang Aksa. Tapi nyatanya, semua demi tujuannya sendiri. Demi ing
“Sayang, apa kau sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Shakira sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit,” ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Martin, perut wanita itu terlihat sedikit buncit.Axel menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya.“Sarah? Kau sudah selesai berbicara dengan Shakira?” tanya Martin menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu, “Perkenalkan Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda ...”“Axel, Tuan Muda Axel, suami Shakira siapa yang tak tahu Tuan Muda Axel Othman. Salam kenal saya Sarah, istri Tuan Martin ini, pemilik restoran yang punya cabang di beberapa Mal,” sela Sarah memotong ucapan Martin dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Axel.Ucapan Sarah, membuat Martin jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadapan Axel, apalagi me
“Bagaimana, Erick? tanya Axel setelah dokter Erick memeriksa kondisi Kakek Othman.“Axel, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan menyebabkan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu,” ungkap dokter Erick dengan tatapan penuh simpati.“Kenapa tidak pasti?” sela Aksa kepada Erick menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Othman yang mengering.“Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat,” jawab Erick yang membuat Aksa terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Laki-laki itu terlihat sangat stres.“Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan selain itu,” lanjut Erick dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Axel itu menghela napas dengan berat, “Aku turut berdukacita atas apa yang terjadi pada Kakek,” pungkasnya seraya melepas
Sore itu Shakira duduk bersebelahan dengan Axel, sementara Aksa duduk di bangku tunggal terpisah berhadapan dengan Tuan Bastian West yang duduk dengan Pak Adam, sekretaris Axel dan Pak Ares, Pengacara Axel.Kelima orang tersebut sedang bersitegang karena masalah yang sedang mereka hadapi. Apalagi melihat Tuan Bastian yang sempat tak bisa menahan harunya bisa melihat Shakira setelah sekian lama. Hal itu semakin membuatnya bersemangat untuk mengungkapkan alasan kedatangannya ke rumah itu.“Jadi, singkatnya, seperti yang tertulis dalam surat wasiat terakhir, sebelum Tuan Abraham Ansel meninggal, bahwa semua miliknya akan di wariskan kepada Nona Shakira. Dan jika Nona Shakira meninggal sebelum memiliki keturunan maka sebagian aset itu akan disumbangkan kepada yayasan amal pilihan Tuan Ansel, dan sebagian lagi untuk Nyonya Natarina,” papar Tuan Bastian seraya menyerahkan beberapa lembar dokumen di tangannya kepada ke empat orang itu.“Dan ini adalah seluruh aset itu, dengan taksiran harga
Mendengar ucapan Axel yang terbata-bata, Aksa tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Shakira dan Natarina menatapnya semakin heran.“Ada apa, Aksa?” tegur Natarina yang langsung membuat Aksa menghentikan gelak tawanya.Lalu dengan menyisakan tawanya ia akhirnya mengakui, bahwa dia memang sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Axel marah dan bangun.“Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Shakira,” papar Aksa yang membuat Shakira dan Natarina menangis haru. Shakira kembali memeluk dan menciumi tangan Axel. Sementara Axel menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja.***Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Axel diperbolehkan pulang ke rumah dengan berbagai macam syarat yang harus dipatuhinya demi mempercepat pemulihannya. Dengan begitu pekerjaan Shakira semakin banyak, selain mengurus kedua anaknya ia juga harus membagi waktunya untuk Axel.“Aku merasa jadi punya 3 bayi yan