Kata demi kata itu tertulis dengan gerakan serampangan di kertas itu. Menandakan sang penulis melibatkan emosi dan perasaan di dalam dirinya.Banyu membaca setiap lembar kertas itu dengan seksama. Semua tulisan Hira membuatnya sesak napas. Ini semua adalah isi hati Hira yang tak pernah Banyu tahu.Di lembar pertama, tulisan itu ditujukan untuk ayahnya, yang tidak pernah menganggapnya ada di dunia. Akan tetapi, Hira begitu sayang pada ayahnya sampai-sampai saat masa kuliah, Hira pernah menghilang satu minggu dan ternyata, perempuan itu mendonorkan satu ginjalnya untuk ayahnya. Fakta ini belum pernah sekalipun Banyu dengar dari bibir Hira.Lembar kedua, Hira tujukan untuk ibunya. Meski tidak pernah mendapat kasih sayang yang cukup. Hira masih menyayangi ibunya, ia berterima kasih telah melahirkannya ke dunia. Hira mengirim sisa uang tabungannya untuk ibunya yang baru saja menikah lagi. Hira menitipkan itu pada teman ibunya, karena Hira sendiri tidak tahu dimana ibunya sekarang tinggal.L
"Ra.""Hmm?""Apa rasa penyesalan dan rasa bersalah wajar aku alami sekarang?" tanya Banyu.Mereka duduk berjejer di sofa ruang tengah dengan cahaya remang dan lampu yang sengaja tidak dinyalakan. Sejak tadi, mereka hanya duduk berdiam di sana, tanpa ada yang mulai berbicara lebih dulu. Dan kali ini, Saat Banyu mengeluarkan suaranya dan berbicara hal yang menyangkut perasaannya setelah kepergian Hira satu minggu yang lalu, Sara langsung menoleh. Siluet wajah Banyu itu menyapanya. "Menurutku wajar. Semua orang yang baru aja ditinggalkan orang tersayangnya dengan tiba-tiba, pasti mengalami itu. Mengalami beban yang berlapis juga. Dulu, waktu mamaku meninggal, aku juga ngerasa begitu. Aku menyesal karena gak memberikan banyak waktuku yang layak untuk mama, aku juga merasa bersalah karena di akhir hidupnya, aku gak ada di sampingnya. Yang lebih menyedihkan lagi, aku belum bisa bahagiain mama."Banyu menelan salivanya dan jakun itu bergerak dengan tegas. "Apa semua ini akan berlalu?" tan
Banyu telah kembali. Mungkin Sara melihat kesedihan dan kehilangannya terhadap Hira masih ada. Beberapa kali Banyu masih suka termenung, tetapi kabar baiknya, He recovered so fast. Buktinya Banyu sudah menjahili Sara kembali. Kerlingan mata jailnya, senyum miringnya dan gestur menyebalkannya sudah kembali lagi. Sara senang meski dengan risiko ia akan kesal sepanjang hari karenanya. Namun ini lebih baik daripada melihat Banyu menahan emosi dan diam. Itu lebih mengerikan."Mobil kamu mana?""Di kantor. Aku ke sini pakai taksi online." Banyu meringis menunjukkan barisan giginya."Ck! Dasar!" Sara pun melempar kunci mobilnya kepada Banyu yang sudah berjalan ke sisi kanan mobil.Banyu menangkap kunci itu dan membuka mobilnya. Mereka pun meninggalkan halaman kantor om Derry. Banyu tetaplah Banyu. Ada saja idenya untuk tidak melewatkan makan siang bersama Sara. Mereka pun akhirnya makan di sebuah restoran jepang yang cukup terkenal. Beberapa me
"Pelan-pelan bisa gak sih?!" rajuk Sara yang sedang fokus memoleskan lipstik di bibirnya sambil mengaca."Kita telat Ra." ujar Banyu."Salah siapa?" tanya Sara yang sudah menatap Banyu penuh kesal.Oh tentu saja salah keduanya. Bisa-bisanya Banyu menggoda Sara hanya karena perempuan ini berpenampilan berbeda dari biasanya. Sara tampak begitu cantik dan menarik dimatanya. Sementara Sara, diam-diam juga terbuai saat Banyu mencium bibirnya lembut. Namun lama-lama ciuman itu semakin panas dan hampir saja mereka tidak jadi berangkat kondangan. Kalau saja Ardi tidak telepon dan menyuruh Banyu cepat datang, maka sofa ruang tengah itu mungkin menjadi saksi mengapa mereka bolos kondangan malam ini.Sial!"Ya salah kamu lah. Kalau kamu mencegah aku, kita gak akan ciuman selama itu di sofa. Lagian kamu kelihatan menikmati kok." protes Banyu tidak mau kalah."Heh! Kok aku? Yang mulai siapa? Kamu kan?!"Keduanya saling menyalahkan. "Gini ya Sara, ibarat aku jual kamu beli. Kalau aku jual tapi kam
Di atas panggung di ballroom yang besar itu, sang MC mengintruksikan pasangan-pasangan tersebut untuk berdiri berhadapan dan memposisikan diri masing-masing. "Bay, serius kita dansa di atas sini dan dilihatin semua tamu undangan? Kita turun aja lah!" bisik Sara."Kita gak sendiri, itu ada pasangan lain," ujar Banyu menunjuk pasangan-pasangan yang dipanggil juga, tapi jaraknya jauh-jauhan karena saking luasnya altar ini.Jujur, Sara sedikit malu dilihat banyak orang begini. Namun sebelum ia protes lagi, Banyu sudah memandu tangan kiri Sara untuk bersandar di atas bahunya. Sementara tangan Kanan Banyu mendarat di tulang belikat Sara dengan lembut. Lalu tangan kiri Banyu menggandeng tangan kanan Sara dan mengisi jemari-jemari itu dengan jemarinya. Lelaki itu mengangkat sejajar dengan mata Sara. Tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah.Alunan musik dansa itu pun mulai terdengar.Sara bisa berdansa, tetapi jika situasinya mendadak dan
Banyu dan Sara tak mengerti, mengapa mereka begitu menggebu malam ini. Mungkin faktor penampilan yang berbeda dari biasanya dan saling mengagumi satu sama lain, sehingga membuat gairah mereka tak bisa di tahan lebih lama. Banyu menawan malam ini, Sara pun begitu cantik dengan riasan dan gaun hitam sederhana yang anggun. Atau bisa jadi juga karena faktor lain; perasaan hangat yang mereka mulai sadari dan itu mungkin saja benih-benih cinta.Sara duduk di pangkuan Banyu, menyusuri dada bidang itu dan membuka kancingnya satu per satu. Ini gila. Tanpa sempat berdiskusi, mereka akhirnya mengikuti naluri masing-masing dan tidak peduli lagi bahwa mereka kini ada di dalam mobil di parkiran yang gelap. Sementara Banyu masih memagut bibir Sara, menyesapnya dan menjelajahi setiap gigi-giginya hingga membelai lidah dengan tergesa. Menuntut lebih dalam dan dalam. Tangan Banyu tentu saja aktif juga menyusuri bagian tubuh Sara. Bermain di atas dada Sara yang masih terbungkus oleh dress brokat hitam.
Gara-gara bibir Babal yang kemes itu, Sara jadi harus effort untuk meyakinkan mbak Yah kalau apa yang di dengarnya itu salah. Sara sampai harus mengikuti setiap kegiatan mbak Yah di rumah ini, termasuk ngepel lantai, bersihin perabotan dan banyak hal.Sara menyengir. "Babal memang suka bercanda Mbak. Mulutnya tercipta buat jadi lambe turah.""Oh gitu ya neng?" ujar mbak Yah yang masih agak sinis.Sara tidak tahu mengapa Mbak Yah jadi bersikap aneh setelah mendengar celetukan Babal yang sebenarnya memang fakta itu. Apa Mbak Yah sangat kecewa kalau memang asumsinya benar soal Sara dan Banyu menikah kontrak?Ah! Babal juga sih mulutnya tidak bisa di kontrol, main jeplak saja padahal sudah tahu ini rumah orang dan di dalamnya tidak hanya mereka berdua saja. Kalau begini kan Sara yang repot. Jangan sampai mbak Yah mempercayai omongan itu jika tidak mau mami Lucy juga tahu. Masalahnya, mami Lucy sangat mempercayai mbak Yah. Jujur, Sara belum siap mengec
Setelah video call dengan mami Lucy, mereka memutuskan untuk menghabiskan malam dengan menonton film dan order makanan online. Saking serunya, mereka sampai order beberapa kali dengan menu makanan yang berbeda."Ah, kenapa mati sih cowoknya? Gak asyik banget!" umpat Sara sambil memasukkan ke dalam mulutnya.Ia masih bersila di atas sofa dan menyandarkan punggungnya dengan santai."Percaya atau enggak, dari awal sampai akhir film, kamu nontonnya asyik banget. Kenapa baru bilang gak asyik di akhir?" ujar Banyu."Iya juga sih, tapi tetep aja bikin patah hati, masak ceweknya ditinggal mati, Bay.""Yah namanya juga film." sahut Banyu santai.Akan tetapi, di sebelahnya, Sara sudah mengusap air mata. Perasaan baru saja protes soal filmnya, tiba-tiba perempuan ini sudah menangis. Mungkin ini sebabnya banyak perempuan yang tidak suka menonton film sad ending, karena mereka sesensitif ini."Ra, kok nangis?" tanya Banyu yang sudah membalik tubuhnya menghadap Sara."Sedih tahu Bay kalau jadi cewek