"Aaaaa!!!!"Layar ponsel itu menampakkan wajah Sara yang berteriak histeris. Lalu blur. Banyu sudah menduga ini akan terjadi. Si Kikut katak kesayangannya itu pasti berulah. "Lo kenapa?" tanya Banyu yang pasti tidak akan dijawab karena perempuan di seberang telepon video itu sedang fokus mengibaskan sesuatu. "Bay! Pulang-pulang gue bunuh lo!!" teriaknya tak kalah histeris. Ponsel itu sepertinya di hadapkan ke bawah sehingga yang terlihat hanya lantai dan langkah Sara yang tergesa-gesa. Tak selang lama, mbak Yah dan pak Kodir akhirnya datang. Banyu mendengar suara mereka heboh."Neng ada apa?""Astaga, mas Banyu kebiasaan suka taruh Kikut di kamar.""Pak Kodir tolongin dulu ini, dia nemplok di punggung!" teriak Sara lagi.Banyu tertawa. Andai ia ada di sana sekarang, sudah pasti tawanya sangat membuat perut sakit. Ekspresi Sara pasti tidak karuan. Sebenarnya perempuan itu tidak takut, hanya masih geli dan belum terbiasa saja. Semoga ia tidak trauma karena dua kali Kikut nemplok di t
Seumur-umur bermain sosial media, baru kali ini Sara menerima hujatan yang banyak dan barbar dari netizen. Tentu saja ia syok. Mana ada yang keterlaluan bilang jika ia adalah anak haram. Itu sangat menyakiti hatinya.Babal pun akhirnya memutar balik mobilnya dan tidak jadi makan di restoran bintang lima. Sara sudah menangis dan susah diajak bicara. Lagipula, ia pasti sedang dicari netizen sekarang. Makan di tempat umum bukanlah ide yang bagus.Di rumah Babal, situasinya mirip dengan waktu Sara menghabiskan tissue-nya untuk menangis karena kebodohannya. Kali ini tangisnya memang lebih kalem, tapi juga lebih terdengar menyakitkan.Babal juga ikut bersedih. Menilik kejadian ini, foto yang diunggah Sara saja adalah foto lama. Bukan foto terbaru. Dari sini, netizen sudah salah sangka. Jempol-jempol mereka seolah tidak punya filter lagi. Otak mereka seolah tidak dimaksimalkan untuk berpikir. Miris sekali."Minum dulu, Beb." ujar Babal sambil menyodorkan
Sara melihat ke kaca dan hampir saja melompat kaget melihat wajahnya sekacau ini. Mata bengkak, hidung merah, wajah pucat, rambut berantakan dan kulitnya kusam.Astaga, nenek gayung bahkan lebih cakep daripada ini.Ia pun merengek. Haruskah ia ke salon hari ini? Tapi ... memangnya boleh pakai kartu hitam Banyu untuk bersenang-senang begitu? Ia kembali lemas dan merebahkan tubuhnya di ranjang.Babal muncul dari balik pintu. Lelaki itu membawakan sarapan untuk Sara. "Makan Beb. Nanti kalau lo sakit, gue juga yang repot. Mas Banyu mu juga pasti khawatir.""Halah! Gak mungkin lah. Lagian dia masih di luar kota."Babal tersenyum tipis penuh arti sambil menatap Sara tajam. "Gak mungkin apanya, orang semalam doi telpon gue karena ponsel lo mati.""Ngapain telpon lo?""Kepo ya? Ya nanyain kabar lo lah. Dia juga tahu kali beritanya."Sara sampai lupa bahwa semua orang sedang menghujatnya sekarang. Makanya ia ma
Banyu tidak mengerti mengapa ia segelisah ini di saat sedang membicarakan hal serius dengan kliennya. Apalagi setelah membaca chat terakhir dari Ardi yang mengatakan bahwa Sara tidak keluar kamar semenjak pulang ke rumah siang tadi. Bahkan saat diketuk pun tidak ada jawaban sama sekali.Lelaki ini langsung meminta Ardi menjadwal ulang pertemuannya dengan klien yang lain dan membelikan tiket pulang di jam terdekat.Sesampainya di rumah malam harinya, ia pun langsung masuk dan ke kamar Sara. Ia mengetuk pintunya dari pelan ke cepat. Siapa tahu Ardi benar jika terjadi sesuatu di dalam. Ia tidak mau rumahnya jadi TKP karena kenekatan Sara. Namun, belum sampai tiga ketukan, pintu itu terbuka dan menampilkan tubuh Sara yang lebih pendek dari Banyu.Ia pun lantas meraih tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Akhirnya ia bisa memeluk perempuan ini. Sara pasti sedih sekali dengan kejadian viral kemarin. Namun, tentu jangan berharap adegan romantis seperti di film-film yang perempuannya juga akan
"Banyu ... hhh ... please stophhh!" ujarnya disela ciuman itu.Sara terengah dan memberontak kembali. Ia pun menginjak kaki Banyu kuat yang ia bisa. Kali ini, Banyu sedikit mengaduh dan melonggarkan tangannya. Di kesempatan itu, Sara bergerak maju ke depan, membebaskan dirinya. Namun sayang, saking kencangnya ia melepaskan diri, ia tersandung kakinya sendiri dan tubuhnya seperti terbang.Sara lantas membayangkan cepat dikepalanya bahwa lututnya pasti akan retak saking kerasnya ia terjatuh di lantai yang keras itu. Tetapi, itu tidak akan terjadi karena Banyu sudah dengan sigap menangkap Sara dari belakang.Napasnya tidak beraturan lagi, dadanya kian bekerja lebih cepat karena kemalangan itu hampir saja menimpanya. "Ra, lo gak apa-apa?" tanya Banyu panik saat mereka sudah terduduk di lantai dengan lengan Banyu masih memeluk tubuh mungil itu.Sara tidak mampu berkata lagi, ia masih syok, juga tidak berniat membuka mulutnya untuk menjawab le
"Lo gak kerja?" tanya Sara yang sudah mandi dan sekarang nangkring di stool mini bar sambil makan buah.Banyu baru keluar dari kamarnya dengan wajah bantal, rambut ikal yang semakin berantakan dan hanya memakai kaos polos serta boxer pendek. Pakaian yang sangat tidak ramah untuk lelaki kekar seperti Banyu. Untung tidak ada Babal, kalau ada, ia pasti mengaku rahimnya anget. Namun diam-diam Sara juga menelan salivanya melihat itu."Gue meliburkan diri." ujarnya sambil mencomot satu anggur di piring Sara dengan tidak sopan.Sara pun menjauhkan piring itu dari jangkauan Banyu dan menatapnya tidak suka."Minimal mandi kek. Bau asem tahu gak!" ejek Sara. Padahal tidak juga, entah dalam kondisi bangun tidur pun, bau tubuh Banyu masih sama wanginya. Apa lelaki ini sebelum tidur sudah mandi dengan sabun satu botol?"Gue mau malas-malasan hari ini. Lo mau diskusi apa sama gue, sekarang aja, mumpung gak ada kerjaan."Beberapa hari lalu Sara memang mau mendiskusikan perusahaan cabang yang mau ia
Sara membernarkan topinya. Ia sengaja mengenakan pakaian tertutup dan pakai masker karena sepertinya banyak netizen dan wartawan yang masih mencari-cari Sara. Sudah seperti artis korea saja yang kena paparazi.Ia mendorong trolinya mengitari rak-rak toileters. Di rumah Banyu memang banyak perlengkapan seperti itu, tetapi tidak sesuai dengan yang Sara suka. Apalagi sabunnya dan shamponya yang sudah ada di toilet kamarnya sejak ia meninggali rumah Banyu. Lagian sejak kapan ia suka bau yang terlalu strong begitu? Ia suka bau yang lebih kalem dan fresh."Lo tipe kalau belanja lama gak sih? Kalau iya mending gue nunggu sambil ngopi di coffeshop depan." tanya Banyu yang berjalan di sisi Sara."Ya terus ngapain lo menawarkan diri buat anterin gue? Gue bisa pergi sendiri.""Ya udah iya gue temenin." balasnya tidak mau berdebat. Mata Banyu sudah awas saat melihat orang-orang di sekitar mulai mencurigai bahwa yang ada di sebelahnya ini adalah oran
Sara menekan kencang luka di sudut bibir Banyu itu. Kurang ajar sekali minta di bersihkan pakai caranya seperti beberapa pagi lalu? Ishhh!! Ia menekannya sekali lagi dengan penuh kesal sampai lelaki itu meringis dan mengaduh. Salah sendiri bicaranya tidak di filter."Jangan harap!!" rutuk Sara yang sudah melepaskan tangannya.Banyu kemudian terkekeh. "Gitu aja ngambek. Orang cuma bercanda.""Bercanda atau gak, mulut lo memang harus dicabein!"Banyu mencebik dan manaikkan dua alisnya mengejek. Ia lalu melajukan mobilnya, meninggalkan parkiran supermarket. Di perjalanan, keduanya sama-sama terdiam. Sara malas berdebat atau menanggapi Banyu, ia juga lelah dan merasa sedih.Mengapa situasinya sekarang sulit begini. Sara tidak lagi bebas kemana-mana, bahkan hanya untuk ke supermarket sekalipun.Napasnya terhela kasar sembari menyandarkan punggungnya."Mau makan dulu gak?" tanya Banyu."Gak!""Drive