Harus Tahu Keinginannya

"Siapa ini kenapa kamu membawa gadis kampungan ke Mansion ini?"

Seorang wanita seumuran Nyonya Merry datang dari dalam Mansion. Berjalan angkuh menuju tempat kami. Dari gayanya, pakaiannya serta riasannya wanita itu seperti Nyonya Besar di Mansion ini. Terlihat seperti wanita berkuasa di cerita-cerita dongeng. Aku aku merasa bertemu dengan ibu tiri jahat dalam cerita dongeng Cinderella. Ya hampir seperti itu.

"Kami menemukannya di jalan Nyonya. Tuan David ingin membawanya kemari." Kata Lelaki yang tadi menyopiri mobil.

"Elard, sejak kapan Tuan lumpuhmu itu berbaik hati memungut sampah dijalan?" Sindir wanita itu. Seraya tersenyum sinis. Lalu matanya yang tak kalah tajam melirik penampilanku dari atas sampai bawah kaki. Aku sontak memundurkan tubuh.

"Saya hanya menjalankan perintah Tuan David. Jika tidak ada pertanyaan lain, saya ingin membawa Tuan David ke kamar. Kalau begitu saya permisi Nyonya." Ucap orang bernama Elard itu. Ia lantas melirik padaku, dengan mengedikkan kepala ia memberiku perintah untuk ikut.

"Tunggu!"

Langkah kami terhenti. Aku dan Elard berbalik. Melihat wanita itu datang menghampiri. "Apa gadis kampungan ini akan menjadi pelayan barumu David?"

"Nyonya Imelda-"

"Aku tidak bicara denganmu Elard! Suruh Tuanmu ini menjawab pertanyaanku. Apa gunanya benda ditangannya itu?" Desak Nyonya Imelda. Tatapan matanya semakin memincing penuh rasa benci.

Kulirik dengan ekor mataku, pria lumpuh disampingku ini sedang menggerakkan tangannya pada Ipad. Mencoba menuliskan sesuatu.

DIA MEMANG PELAYANKU. JANGAN IKUT CAMPUR.

Aku susah payah menelan ludah. Jadi lelaki lumpuh ini sengaja membawaku kemari hanya untuk dijadikan pelayan? Jadi, dia tidak benar-benar menolongku secara gratis? Oh tentu saja tidak seperti itu bodoh!! Mana mungkin jaman sekarang ada orang yang memberikan bantuan gratis? Tentu dan pasti ada syaratnya! Kenapa diriku ini begitu naif saat kurasa ada orang yang sangat baik didunia ini? Hah!

Wanita itu tersenyum miring, lalu berbalik membelakangi kami. "Baguslah. Setidaknya kau punya pelayan baru. Aku tidak perlu repot-repot mencarikannya. Kuharap kau tidak membuatnya gila seperti pelayan sebelumnya." Ucap Nyonya Imelda tertawa puas, lalu berjalan pergi meninggalkan kami.

Gila? Dia bilang pelayan sebelumnya gila?! Ya Tuhan, sejahat apa lelaki lumpuh disampingku ini?

"Jangan hiraukan perkataan Nyonya Besar. Beliau adalah Ibu Tiri Tuan David. Kau tahu apa statusmu sekarang kan? Bekerjalah dengan benar. Jangan membuat Tuan David marah." Ujar Elard menjelaskan.

"I-iya Tuan."

"Siapa namamu? Aku harus memberi laporan pada Kepala pelayan tentang identitasmu." Tanya Elard.

"Nama saya Viona. Viona Annabell." Jawabku sedikit gugup.

"Berapa usiamu?"

"20 tahun."

"Apa kamu bisa melakukan pekerjaan rumah?"

"Bisa Tuan. Saya bisa melakukan semuanya. Seperti mencuci baju, memasak, menge-"

"Cukup. Karena Tuan David telah menjadikanmu pelayannya. Jadi tugasmu hanya melayani Tuan David saja. Menyiapkan semua keperluannya. Tentang mengurus Mansion ini kamu tidak perlu memikirkannya. Sudah ada pelayan yang mengerjakan semua itu. Paham?" Elard kembali menjelaskan dengan kosakata yang baik dan mudah dimengerti. Aku menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti.

"Kamu jangan khawatir tentang tempat tinggal. Disini kamu akan diberikan satu kamar. Dan diberi upah sesuai pekerjaanmu."

"....Dan satu hal lagi. Apapun masalah yang ada di rumah ini, Jangan sekalipun kamu ikut campur ataupun membuat masalah baru di sini. Jika sampai kamu melakukan itu, bersiaplah mendapat hukuman sesuai dengan kesalahan yang kamu perbuat." Ucap Elard mengakhiri penjelasannya. Aku kembali mengangguk cepat seraya mengingat-ingat semua perkataannya.

Jauh dari dalam hatiku, aku merasa bersyukur karena telah mendapatkan tempat tinggal layak dan juga penghasilan sendiri. Aku pasti akan bekerja dengan baik di sini. Dan mengabdi secara tulus pada Tuan David. Laki-laki yang telah menolongku. Tanpa kusadari aku menatap pria itu dengan dalam.

Mungkin pria ini lumpuh. Tidak bisa bicara ataupun berjalan. Tapi aku yakin hatinya tidak sebegitu buruk daripada penampilannya. Ah, mungkin saja Nyonya Imelda hanya asal bicara. Mana mungkin Tuan David sejahat itu. Tanpa sadar aku tersenyum.

" Kenapa wajahmu seperti itu apa ada yang lucu?" tanya Elard mengerutkan kedua alis.

"Ah tidak Tuan. Saya hanya mencoba mengingat aturan yang Anda ucapkan." Sangkalku tidak ingin tingkahku terciduk.

"Hem, baguslah. Cepat kamu ke paviliun belakang. Cari kepala pelayan dan minta baju baru untukmu." Perintah Elard.

"Baik Tuan."

Setelah menjelaskan semuanya, Elard membawa Tuan David pergi. Kini tinggal diriku sendiri disana. "Cari kepala pelayan ya? Apa disana? Ah baiklah. Akan kucari sendiri." Gumamku bermonolog sendiri lantas bergegas pergi menuju Paviliun yang diberitahu Elard.

~

"Viona! Viona, dimana kamu?"

"Aku disini." cepat-cepat aku merapikan pakaianku setelah selesai membersihkan diri. Seseorang masuk ke dalam kamarku dengan nafas tersengal-sengal.

" Ada apa? " Tanyaku ketika melihat seorang pelayan yang membantuku menemukan kepala pelayan.

" Viona, Kamu dicari Tuan Elard dan Tuan David. Sekarang mereka di kamar tuan David." Ujar Cello, pelayan yang usianya lebih muda 2 tahun dariku.

"Ada apa mereka memanggilku?"

"Entahlah. Cepat kamu kesana. Sepertinya Tuan David mengamuk lagi."

"Hah? Mengamuk gimana?"

"Tidak ada waktu lagi. Ayo pergi Viona!" Cello tampaknya merasa gemas saat melihatku hanya mematung saja. Ia menarik tanganku cepat lalu membuatku berlari mengejarnya.

Disepanjang jalan menuju kamar Tuan David, aku terus memikirkan mengapa pria itu bisa mengamuk. Bukankah beberapa jam yang lalu, dia tampak baik-baik saja.

Prang!!!!

Brukk!!!!

"Arghhhh! Sakit!"

Aku tersentak saat mendengar suara barang di banting serta teriakan kesakitan seseorang. Tepat didalam sebuah kamar. Aku reflek menghentikan langkah karena terkejut.

"Kenapa berhenti Viona, kita hampir sampai." Protes Cello.

"Suara apa itu? Siapa yang sakit?" Tanyaku kembali seraya menajamkan pendengaran.

"Itulah alasanku membawamu kesini. Tuan David tidak akan berhenti memecahkan semua barang kecuali pelayan pribadinya datang. Yaitu kamu Viona." Ujar Cello semakin membuat dahiku berkerut dalam.

Heh? Kok aku?

"Malah melamun, ayo cepat!" Cello kembali menarik tanganku kuat. Kami berlari menaiki tangga lalu berbelok ke kanan tepat di depan pintu yang terbuka, aku dengan jelas melihat kerusakan amat besar di kamar hampir seluas lapangan basket itu. Makanan beserta tempatnya tampak berserakan dilantai kamar. Apa sebenarnya yang terjadi?

"T-tuan David, saya membawa Viona kemari." Ucap Cello membungkukkan tubuh lantas mendorongku kedepan.

Mata coklatku membulat sempurna ketika menyadari ada pelayan yang tengah terduduk dilantai dengan dahi berdarah. Sedangkan beberapa pelayan lain saling tertunduk takut. Tuan David dan Elard tampak diam. Tatapan Tuan David teralihkan padaku. Tenggorokanku serasa tercekat. Mungkinkah aku juga akan kena amukannya?

"Kenapa kamu diam disana. Kemari dan berikan apa yang Tuan David inginkan." Perintah Elard tertuju padaku.

'Keinginan apa maksudnya? Kenapa perintahnya gak jelas begitu? Memangnya aku tahu apa yang diinginkan lelaki yang duduk dikursi roda didepanku ini?' batinku bingung. Mata bulatku memindai Elard dan Tuan David bergantian.

"Mereka tidak bisa memberikan apa yang diinginkan Tuan David. Jadi sebagai pelayan khususnya, kamu harus bisa mengetahui hal itu. Cepatlah!" Elard memerintah tanpa berpikir dulu bagaimana aku bisa melakukannya. Apa ini sejenis ujian teka-teki silang? Kenapa aku harus tahu semua keinginan lelaki bisu didepanku ini?! Mereka pikir aku cenayan (dukun) yang tahu segalanya?!