Nayla berjalan mundur, kemudian berbalik langkah. Kakinya sangat cepat hingga Dimas harus berusaha mensejajarkan langkah mereka. Dimas terus mengikuti Nayla. Sedangkan Abel hanya memandangi punggung Nayla.
Sedih, marah, dan kecewa itu sudah jelas. Perasaan yang tergambar untuk kawan-kawannya, kalau kabar gembira Nayla tidak akan sekecewa ini tapi ini adalah kabar yang mengejutkan. Apalagi Abel cerita karena di fitnah.
"La tenang dulu. Lo mau kemana?" Dimas terus saja mengikuti Nayla.
"Gue mau jengukin Raka. Lo mau anterin gue? Serah lo, nggak mau juga gakpapa," ucap Nayla sambil berjalan cepat. Tanpa sadar air matanya sudah mengalir.
"Gue anterin. Kita ke kantor polisi sekarang!" Nayla terdiam mendengar ucapan Dimas.
Dimas mengantar Nayla ke tempat Raka. Kecepatan mobil-nya masih rata-rata. Dimas masih mencuri pandang pada gadis di samp
Kaki Nayla melangkah lebar di lorong sekolah. Matanya tajam mengarah ke depan. Ia menarik nafas panjang karena kesal. Kemarahan terlihat jelas. Ranselnya masih setia dipundak, tangannya memegang buku cetak tebal.Sampai di kelas ia langsung menyorot pada ketiga sahabatnya yang sedang duduk sambil bercerita.Brakkk! Nayla melampiaskan kekesalan dengan melempar buku yang dipegang pada meja di depan kawannya. Seisi kelas jadi kaget mendengar gebrakan meja. "Tega kalian nutupin dari gue!" ucap Nayla dengan nada tinggi. "Nutupin apa, La?" Tina mendongak melihat Nayla. "Udah deh lo nggak usah ngeles. Lo sekertaris PA, cowok lo ketua PA. Kalian pasti tau soal Raka." Nayla menyudutkan. "Lo kesel gara-gara itu?" tanya Tina mengerutkan keningnya.
"Aku bawain makanan." Nayla membuka kotak makanan yang berwarna merah. Raka menutup bibirnya rapat-rapat saat melihat Nayla membuka kotak. Raka sedang meyakinkan dirinya bahwa yang di depannya adalah Nayla Anastasya Susanto. "Kenapa kamu masih baik ke aku?" ucap Raka. "Mau aku suapin apa makan sendiri? Makan sendiri aja ya," goda Nayla, senyum Nayla menghangatkan. "Nayla .." "Nggak boleh ya, teman baik ke temannya?"ucap Nayla tidak melihat wajah Raka. Raka tidak tahu bagaimana berekspresi, hatinya senang sudah jelas dari matanya. Gadis itu paling rajin mengunjungi. Kedatangan Nayla membuka lembaran lama yang ingin mereka tutup. Saat mereka bersama, seandainya waktu bisa diputar kebelakang. Apakah mereka tidak akan berpisah?Raka mengambil sepotong dadar gulung isi kelapa.
Nayla sudah berada di dalam mobil Dimas. Tidak ada obrolan yang seru antara Nayla dan Dimas, hingga membuat Nayla bosan dan memainkan handphone-nya. Nayla sangat jarang membuka sosmed, kalau bukan karna benar-benar ingin buka. Hari ini dia penasaran dengan Jenni. Dia membuka Instagram Jennifer. Gadis itu mempost foto sedang dinner bersama teman sekerja-nya. Dahi Nayla mengkerut, dia melihat foto Jenni dengan geram. Foto-foto itu terlihat gembira. Jennifer terlihat baik-baik saja di saat Raka sedang ditahan di penjara. Kenapa dia tidak terima dengan perlakuan Jenni.Ini bukan maksud Nayla untuk ikut campur, tapi sangat membuat Nayla ingin bertemu Jenni. "Kita mau kemana?" tanya Nayla menoleh Dimas. "Makan gimana? Lo mau makan dimana terserah." Dimas menawarkan dengan tersenyum melihat Nayla.&nb
Ayu masuk setelah beberapa kali mengetuk pintu. Melihat Nayla sedang berbaring malas di atas kasur Ayu menggelengkan kepalanya. "Maa." Nayla mendongak melihat Ayu. "Mama bukan melarang kamu keluar tapi kalau kamu pulang malem. Kamu nelpon dong," ucap Ayu duduk di samping Nayla. "Iya. Nayla minta maaf Ma." "Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Ayu. Ayu mengelus rambut panjang Nayla. Untuk Ayu dan suaminya tidak ada larangan anaknya dekat dengan lawan jenis. Apalagi mereka pacaran yang penting orangtua mengenal siapa yang mereka dekati. "Kamu lagi dekat lagi sama cowok?"Nayla tersipu malu ia lebih suka cerita dengan Mamanya. Wanita yang selalu mengerti dan menegur saat ia melakukan kesalahan. "Nggak. Nayla lagi nggak dekat sama cowok. Tapi, Nayla bingung.""Kamu bingung kenapa? Mama tahu tadi kamu bawa bekal makanan buat Ra
Sebulan berlalu, akhirnya Raka dibebaskan. Orangtuanya tidak tega melihat Raka ditahan. Tetapi, ayahnya memberi persyaratan untuk kebebasan Raka. Seharusnya Raka sudah bisa menebak ini, dimana ayahnya tidak akan melepaskannya begitu saja.Sekedar informasi yang menjebak Raka akhirnya ditangkap atas bantuan teman-teman Raka.Tepat pukul satu siang Raka keluar dari kantor polisi, setelah semua diselesaikan oleh pengacara ayahnya. Raka menghirup udara sekuat-kuatnya, terlihat Anjani dan Gavin di samping Raka saat berjalan.Walaupun saham keluarga mereka anjlok, bukan berarti keluarga Ciputra langsung jatuh miskin.Raka duduk di belakang bersama ibunya. Anjani dari tadi tidak melepaskan tangan Raka, wajah wanita separuh baya itu tampak berseri-seri. Gavin duduk di samping supir, ia tidak bicara satu kata pun. Tapi tetap saja terbaca dari matanya dia bahagia anaknya bebas.
Raka menghentikan motornya di depan rumah Nayla. Entahlah, apa yang membuat tangannya membawa motor sampai ke rumah Nayla. Harusnya dia ke rumah Jennifer, wanita yang jadi pacarnya Jennifer.Rasanya sudah lama sekali Raka tidak pernah mampir ke rumah Nayla, jam sudah pukul 4 sore. Pasti Nayla sudah pulang sekolah terkecuali, dia pergi jalan dengan temannya.Raka masih bingung mau mulai dari mana, pencet bel kah? Atau nelpon Nayla bilang kalau dia sudah ada di depan rumahnya?Atau teriak manggil nama Nayla, kalau ayah atau ibunya yang keluar apa yang harus ia katakan.Raka masih berdiri sambil melihat-lihat apakah ada tanda-tanda kehidupan."Raka ..." panggil wanita separuh baya itu, Raka menoleh pada suara yang memanggilnya."Sore Tante." Raka mencium tangan Ayu."Bukannya kamu lagi..." Ayu menahan pertanyaan takut salah bicara."Iya Tante Raka baru k
Pikiran Nayla masih pada kejadian kemarin, saat Raka mencium keningnya. Hal yang dulu sering dilakukan Raka, mengingat itu membuat jantungnya tidak nyaman. Nayla ingin mengabaikan perasaannya, karna memikirkan Raka akan membuat hatinya terbuka lebar untuk Raka. Padahal Raka masih pacar Jenni.Kebiasaan Nayla adalah tidak bisa menyimpan rahasianya. Selalu saja membuat orang lain menjadi pendengarnya atau mendengarkan nasihat yang belum tentu dia lakukan."Serius La? Dia nyium lo?" itu adalah ekspresi Tina, matanya membulat dengan bibir ternganga. Lain lagi dengan Beca yang tersenyum halu mendengarkan cerita Nayla, yang dicium Nayla yang merah pipi Beca. "Please deh itu cuma cium kening, bukannya ngapa-ngapain. Teriakan lo udah kayak gue ngapa-ngapain sama dia," kata Nayla pada Tina. "Ini tuh dicium sama mantan&nb
RAKA NICHOLASLagi apa?NAYLA ANASTASYAAku lagi belajar. Maaf nggak bisa di ganggu.Nayla menutup handphone, lalu melirik Tina. Mereka saling menatap."Inget ya. Nilai kalian harus bagus jangan sampe sia-sia pacar gue ngajarin kalian." Beca memperingati. "Gue yakin banget Bek. Nilai lo yang paling bagus diantara kita," sindir Rangga. Nayla tersenyum sinis. "Beka punya otak yang encer. Nggak susah diajarin. Gue yakin dia pasti bisa." Bagas mengelus puncak rambut Beca. "Pokoknya selesai pengumuman kelulusan. Kita harus liburan. Harus," kata Tina semangat. "Emang kamu mau liburan kemana?" Reno menoleh pada Tina dengan lembut. "Kemana ya." Tina berfikir. "Pokoknya liburanlah, kemana aja," ucap Tina.