Raka menghentikan motornya di depan rumah Nayla. Entahlah, apa yang membuat tangannya membawa motor sampai ke rumah Nayla. Harusnya dia ke rumah Jennifer, wanita yang jadi pacarnya Jennifer.
Rasanya sudah lama sekali Raka tidak pernah mampir ke rumah Nayla, jam sudah pukul 4 sore. Pasti Nayla sudah pulang sekolah terkecuali, dia pergi jalan dengan temannya.
Raka masih bingung mau mulai dari mana, pencet bel kah? Atau nelpon Nayla bilang kalau dia sudah ada di depan rumahnya?
Atau teriak manggil nama Nayla, kalau ayah atau ibunya yang keluar apa yang harus ia katakan.Raka masih berdiri sambil melihat-lihat apakah ada tanda-tanda kehidupan.
"Raka ..." panggil wanita separuh baya itu, Raka menoleh pada suara yang memanggilnya.
"Sore Tante." Raka mencium tangan Ayu.
"Bukannya kamu lagi..." Ayu menahan pertanyaan takut salah bicara.
"Iya Tante Raka baru k
Pikiran Nayla masih pada kejadian kemarin, saat Raka mencium keningnya. Hal yang dulu sering dilakukan Raka, mengingat itu membuat jantungnya tidak nyaman. Nayla ingin mengabaikan perasaannya, karna memikirkan Raka akan membuat hatinya terbuka lebar untuk Raka. Padahal Raka masih pacar Jenni.Kebiasaan Nayla adalah tidak bisa menyimpan rahasianya. Selalu saja membuat orang lain menjadi pendengarnya atau mendengarkan nasihat yang belum tentu dia lakukan."Serius La? Dia nyium lo?" itu adalah ekspresi Tina, matanya membulat dengan bibir ternganga. Lain lagi dengan Beca yang tersenyum halu mendengarkan cerita Nayla, yang dicium Nayla yang merah pipi Beca. "Please deh itu cuma cium kening, bukannya ngapa-ngapain. Teriakan lo udah kayak gue ngapa-ngapain sama dia," kata Nayla pada Tina. "Ini tuh dicium sama mantan&nb
RAKA NICHOLASLagi apa?NAYLA ANASTASYAAku lagi belajar. Maaf nggak bisa di ganggu.Nayla menutup handphone, lalu melirik Tina. Mereka saling menatap."Inget ya. Nilai kalian harus bagus jangan sampe sia-sia pacar gue ngajarin kalian." Beca memperingati. "Gue yakin banget Bek. Nilai lo yang paling bagus diantara kita," sindir Rangga. Nayla tersenyum sinis. "Beka punya otak yang encer. Nggak susah diajarin. Gue yakin dia pasti bisa." Bagas mengelus puncak rambut Beca. "Pokoknya selesai pengumuman kelulusan. Kita harus liburan. Harus," kata Tina semangat. "Emang kamu mau liburan kemana?" Reno menoleh pada Tina dengan lembut. "Kemana ya." Tina berfikir. "Pokoknya liburanlah, kemana aja," ucap Tina.
Nayla berdiri di depan pintu, wajahnya masih tampak kaget dengan kedatangan seseorang. Laki-laki yang familiar tapi dengan penampilan berbeda. Rambut yang biasanya dibiarkan berantakan begitu saja, sekarang terlihat rapih, mungkin dia memakai pomade. Biasanya dia memakai hoodie kini tampak berkarisma dengan setelan kemeja dan jas. Wajah datarnya tampak tak terpengaruh dengan tatapan Nayla. "Mau apa dateng ke sini?" tanya Nayla. "Katanya kamu belajar makanya aku dateng." Kata-kata Aku dan kamu itu selalu ada diantara kalimat mereka. Tidak akan terganti. "Iya, tapi aku sama anak-anak yang lain." "Raka." Ayu datang setelah lama menunggu Nayla tidak kembali, "Kok nggak diajak masuk La. Kasian Raka berdiri terus." "Iya nih Tante dari tadi aku nungguin disuruh
"Mikirin apa?" tanya Raka kepalanya sudah berada di dekat kepala Nayla. Laki-laki itu sedang memperhatikan tulisan Nayla, lebih jelasnya coretan yang tidak jelas.Gaun? Beneran niat mau nikah muda.Hampir saja jantung Nayla copot melihat wajah Raka dengan jelas di depan matanya. "Suka gambar?" ucap Raka memperhatikan hasil karya Nayla. Nayla menyimpan kertas yang dicoretnya, semua sedang asyik mengerjakan soalan, dan Nayla sibuk dengan isi kepalanya. Semua lamunannya berlari karena tatapan Raka yang semakin mendekat.Apakah dia melihat pipi Nayla yang seperti memakai blush on. Jantungnya berpacu dengan cepat, jarak mereka terlalu dekat. Bahkan dia juga belum tahu apa maksud tujuan Raka kembali datang ke kehidupannya. "Ini bukan gambar tapi coretan." Nayla menarik tubuhnya supaya tidak terlalu dekat dengan Raka.
Raka memasukkan mobilnya ke bagasi rumah dengan senyum sumringah. Malam ini mungkin dia akan bermimpi indah, cowok beralis tebal itu berjalan kearah pintu rumahnya dengan tangan satu masuk ke saku denimnya, satu tangannya lagi memegang jasnya. Cowok itu seperti orang yang baru saja jatuh cinta, senyumnya tidak pudar dari bibirnya.Dia sangat puas menunjukkan kepintarannya di depan Nayla, cewek itu selalu memandangnya penuh kagum membuat Raka bangga. "Ngapain kamu ke sini?" ketus Raka saat melihat Jennifer sudah berada di ruang tengah. Mungkin sudah saatnya Raka meminta Bik Surti untuk tidak lagi menyuruh masuk tamu jika tidak ada orang di rumah. "Mama sama Papa kamu nggak ada, makanya aku masuk." Jennifer berusaha mendekati Raka, tapi selalu saja Raka berjalan menjauh.Raka meletakkan jasnya ke sofa dekatnya. Sama  
"Aku bukan orang kaya seperti kamu Raka. Aku butuh uang untuk menyambung hidupku. Uang untuk biaya kuliah," terang Jenni, kini dia berdiri dibelakang Raka. Kakinya kaku menahan perasaan. Hidup memang keras. Jennifer bukan orang miskin tapi juga bukan dari keluarga kaya raya. Kuliah di fakultas ternama dengan jurusan hukum sudah bisa terbayang berapa biaya yang akan dia keluarkan untuk kebutuhannya. Selama ini tidak ada yang salah dengan hubungan mereka. Raka menyayangi Jenni itu benar-benar tulus dari hatinya. "Kamu mau balikan sama Nayla?" tanya Jenni dengan pelan, "Aku rela ngelepasin kamu."Raka membalikan badannya pada Jenni. sekarang dia merasa benar-benar lemah melihat Jennifer terlihat sedih. "Aku nggak ada maksud--" "Kadang aku mikir kamu benerancinta sama aku atau nggak? P
Nayla berjalan dengan cepat, tubuh indahnya yang tinggi semampai membuat ia terlihat seperti model yang berjalan di catwalk. Hari ini dia bangun terlambat padahal sudah pasang alarm di handphone, ini akibat pikiran yang melayang-layang ditengah malam.Soal ujian hari ini semoga ada yang nyelip dengan pelajaran yang mereka pelajari kemarin. Nayla ingin menyombongkan hasil ujiannya pada Raka nanti. Cewek itu berhenti sejenak, urat saraf-nya sudah putus setelah kebanyakan belajar, untuk apa ia memikirkan ekspresi wajah Raka saat melihat hasil ujiannya. Bodoh, Nayla memukul kepalanya pelan. Nayla melewati koridor sekolah menuju kelas tempat di mana yang sudah ditentukan secara acak untuk melakukan ujian akhir. "Lama banget sih La. Gue udah nungguin sampe kesemutan gini," oceh Beca seraya memukul kakinya yang keram.
Pagi itu Raka sudah berpakaian rapih di depan kaca, dasinya sudah seirama dengan moodnya. Warna kesukaannya biru tua. Hari ini tidak ada jam kuliah. Raka akan menemani ayahnya meeting dengan client mereka.Hilangkan imej cowok bad boy, hari ini Raka akan menjadi cowok berwibawa di depan client mereka. Cowok itu memandangi wajahnya di depan kaca. Tetep saja di kaca hanya terlihat wajah dinginnya tanpa ekspresi, dalam hati berbisik "ganteng juga gue kalau diperhatiin " Raka menoleh pada handphone yang berbunyi. Wanita itu pagi-pagi sudah mengganggunya. Raka menghentikan kegiatan dan membalas chat dari Jennifer.Wanita itu sudah beberapa kali mengirim pesan untuk mengajak Raka sarapan bersama.JENNIFERyank uda bangun.udah sarapan belum.yank kita sarapan bareng yahh