RAKA NICHOLAS
Lagi apa?NAYLA ANASTASYA
Aku lagi belajar. Maaf nggak bisa di ganggu.Nayla menutup handphone, lalu melirik Tina. Mereka saling menatap.
"Inget ya. Nilai kalian harus bagus jangan sampe sia-sia pacar gue ngajarin kalian." Beca memperingati.
"Gue yakin banget Bek. Nilai lo yang paling bagus diantara kita," sindir Rangga. Nayla tersenyum sinis.
"Beka punya otak yang encer. Nggak susah diajarin. Gue yakin dia pasti bisa." Bagas mengelus puncak rambut Beca.
"Pokoknya selesai pengumuman kelulusan. Kita harus liburan. Harus," kata Tina semangat.
"Emang kamu mau liburan kemana?" Reno menoleh pada Tina dengan lembut.
"Kemana ya." Tina berfikir. "Pokoknya liburanlah, kemana aja," ucap Tina.
Nayla berdiri di depan pintu, wajahnya masih tampak kaget dengan kedatangan seseorang. Laki-laki yang familiar tapi dengan penampilan berbeda. Rambut yang biasanya dibiarkan berantakan begitu saja, sekarang terlihat rapih, mungkin dia memakai pomade. Biasanya dia memakai hoodie kini tampak berkarisma dengan setelan kemeja dan jas. Wajah datarnya tampak tak terpengaruh dengan tatapan Nayla. "Mau apa dateng ke sini?" tanya Nayla. "Katanya kamu belajar makanya aku dateng." Kata-kata Aku dan kamu itu selalu ada diantara kalimat mereka. Tidak akan terganti. "Iya, tapi aku sama anak-anak yang lain." "Raka." Ayu datang setelah lama menunggu Nayla tidak kembali, "Kok nggak diajak masuk La. Kasian Raka berdiri terus." "Iya nih Tante dari tadi aku nungguin disuruh
"Mikirin apa?" tanya Raka kepalanya sudah berada di dekat kepala Nayla. Laki-laki itu sedang memperhatikan tulisan Nayla, lebih jelasnya coretan yang tidak jelas.Gaun? Beneran niat mau nikah muda.Hampir saja jantung Nayla copot melihat wajah Raka dengan jelas di depan matanya. "Suka gambar?" ucap Raka memperhatikan hasil karya Nayla. Nayla menyimpan kertas yang dicoretnya, semua sedang asyik mengerjakan soalan, dan Nayla sibuk dengan isi kepalanya. Semua lamunannya berlari karena tatapan Raka yang semakin mendekat.Apakah dia melihat pipi Nayla yang seperti memakai blush on. Jantungnya berpacu dengan cepat, jarak mereka terlalu dekat. Bahkan dia juga belum tahu apa maksud tujuan Raka kembali datang ke kehidupannya. "Ini bukan gambar tapi coretan." Nayla menarik tubuhnya supaya tidak terlalu dekat dengan Raka.
Raka memasukkan mobilnya ke bagasi rumah dengan senyum sumringah. Malam ini mungkin dia akan bermimpi indah, cowok beralis tebal itu berjalan kearah pintu rumahnya dengan tangan satu masuk ke saku denimnya, satu tangannya lagi memegang jasnya. Cowok itu seperti orang yang baru saja jatuh cinta, senyumnya tidak pudar dari bibirnya.Dia sangat puas menunjukkan kepintarannya di depan Nayla, cewek itu selalu memandangnya penuh kagum membuat Raka bangga. "Ngapain kamu ke sini?" ketus Raka saat melihat Jennifer sudah berada di ruang tengah. Mungkin sudah saatnya Raka meminta Bik Surti untuk tidak lagi menyuruh masuk tamu jika tidak ada orang di rumah. "Mama sama Papa kamu nggak ada, makanya aku masuk." Jennifer berusaha mendekati Raka, tapi selalu saja Raka berjalan menjauh.Raka meletakkan jasnya ke sofa dekatnya. Sama  
"Aku bukan orang kaya seperti kamu Raka. Aku butuh uang untuk menyambung hidupku. Uang untuk biaya kuliah," terang Jenni, kini dia berdiri dibelakang Raka. Kakinya kaku menahan perasaan. Hidup memang keras. Jennifer bukan orang miskin tapi juga bukan dari keluarga kaya raya. Kuliah di fakultas ternama dengan jurusan hukum sudah bisa terbayang berapa biaya yang akan dia keluarkan untuk kebutuhannya. Selama ini tidak ada yang salah dengan hubungan mereka. Raka menyayangi Jenni itu benar-benar tulus dari hatinya. "Kamu mau balikan sama Nayla?" tanya Jenni dengan pelan, "Aku rela ngelepasin kamu."Raka membalikan badannya pada Jenni. sekarang dia merasa benar-benar lemah melihat Jennifer terlihat sedih. "Aku nggak ada maksud--" "Kadang aku mikir kamu benerancinta sama aku atau nggak? P
Nayla berjalan dengan cepat, tubuh indahnya yang tinggi semampai membuat ia terlihat seperti model yang berjalan di catwalk. Hari ini dia bangun terlambat padahal sudah pasang alarm di handphone, ini akibat pikiran yang melayang-layang ditengah malam.Soal ujian hari ini semoga ada yang nyelip dengan pelajaran yang mereka pelajari kemarin. Nayla ingin menyombongkan hasil ujiannya pada Raka nanti. Cewek itu berhenti sejenak, urat saraf-nya sudah putus setelah kebanyakan belajar, untuk apa ia memikirkan ekspresi wajah Raka saat melihat hasil ujiannya. Bodoh, Nayla memukul kepalanya pelan. Nayla melewati koridor sekolah menuju kelas tempat di mana yang sudah ditentukan secara acak untuk melakukan ujian akhir. "Lama banget sih La. Gue udah nungguin sampe kesemutan gini," oceh Beca seraya memukul kakinya yang keram.
Pagi itu Raka sudah berpakaian rapih di depan kaca, dasinya sudah seirama dengan moodnya. Warna kesukaannya biru tua. Hari ini tidak ada jam kuliah. Raka akan menemani ayahnya meeting dengan client mereka.Hilangkan imej cowok bad boy, hari ini Raka akan menjadi cowok berwibawa di depan client mereka. Cowok itu memandangi wajahnya di depan kaca. Tetep saja di kaca hanya terlihat wajah dinginnya tanpa ekspresi, dalam hati berbisik "ganteng juga gue kalau diperhatiin " Raka menoleh pada handphone yang berbunyi. Wanita itu pagi-pagi sudah mengganggunya. Raka menghentikan kegiatan dan membalas chat dari Jennifer.Wanita itu sudah beberapa kali mengirim pesan untuk mengajak Raka sarapan bersama.JENNIFERyank uda bangun.udah sarapan belum.yank kita sarapan bareng yahh
Raka menyetir mobil dengan isi kepala yang penuh, betapa ia harus menahan amarah dan egonya. Mungkin kalau dia berhadapan dengan orang lain satu pukulan akan bisa melampiaskan kemarahannya tapi ini Ayahnya. Sungguh Raka bukan anak yang se'durhaka. Dia sangat menghormati orangtuanya. Raka memutari beberapa kompleks yang menurutnya dia tersesat. Raka membalikan kembali setirannya dengan putus asa. Kenapa dia bisa berputar-putar di komplek yang sama, jalanan ini tampak familiar untuk Raka tapi dia sendiri belum pasti.shiiiitttttt ..Raka memukul setirannya seperti orang bodoh, senyum sinisterpampang jelas pada bibirnya. "Lo sudah gila, Raka! Benar-benar gila," gumam Raka saat sadar ia ada di depan rumah Nayla. Raka tidak langsung pergi, tangannya membuka dasi yang mengikat lehernya dengan kencang. Sudah dari kantor tadi ia merasa lehernya tercekik karena dasi ini.
Di sekolah Nayla bingung dengan sifat Beca yang berubah, biasanya gadis itu selalu menyapa terlebih dahulu dengan senyuman lebar pada bibirnya. Mereka satu kelas selama masa ujian ini, tapi tampaknya Beca tidak menghiraukan keberadaan Nayla bahkan Beca melewati Nayla begitu saja.Tak puas hati Nayla mendatangi Beca yang sudah ada di kantin bersama Rangga dan Tina. "Bek, kita ada masalah?" tanya Nayla, ia berdiri di depan Beca. Rangga dan Tina saling memandang. Beca hanya menggelengkan kepalanya dengan tertunduk tidak mau melihat Nayla.Hari ini Nayla punya tenaga lebih untuk menghadapi Beca dan soal-soal ujian. "Kenapa lo ngindar dari gue?" Sekali lagi Beca tak menjawab, kali ini dia menundukkan kepala tanpa menggeleng atau mengangguk. Membuat Nayla semakin penasaran plus emosi. Gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba diemin