Nayla sudah berada di dalam mobil Dimas. Tidak ada obrolan yang seru antara Nayla dan Dimas, hingga membuat Nayla bosan dan memainkan handphone-nya.
Nayla sangat jarang membuka sosmed, kalau bukan karna benar-benar ingin buka. Hari ini dia penasaran dengan Jenni. Dia membuka Instagram Jennifer. Gadis itu mempost foto sedang dinner bersama teman sekerja-nya. Dahi Nayla mengkerut, dia melihat foto Jenni dengan geram. Foto-foto itu terlihat gembira. Jennifer terlihat baik-baik saja di saat Raka sedang ditahan di penjara. Kenapa dia tidak terima dengan perlakuan Jenni.
Ini bukan maksud Nayla untuk ikut campur, tapi sangat membuat Nayla ingin bertemu Jenni.
"Kita mau kemana?" tanya Nayla menoleh Dimas.
"Makan gimana? Lo mau makan dimana terserah." Dimas menawarkan dengan tersenyum melihat Nayla.
&nb
Ayu masuk setelah beberapa kali mengetuk pintu. Melihat Nayla sedang berbaring malas di atas kasur Ayu menggelengkan kepalanya. "Maa." Nayla mendongak melihat Ayu. "Mama bukan melarang kamu keluar tapi kalau kamu pulang malem. Kamu nelpon dong," ucap Ayu duduk di samping Nayla. "Iya. Nayla minta maaf Ma." "Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Ayu. Ayu mengelus rambut panjang Nayla. Untuk Ayu dan suaminya tidak ada larangan anaknya dekat dengan lawan jenis. Apalagi mereka pacaran yang penting orangtua mengenal siapa yang mereka dekati. "Kamu lagi dekat lagi sama cowok?"Nayla tersipu malu ia lebih suka cerita dengan Mamanya. Wanita yang selalu mengerti dan menegur saat ia melakukan kesalahan. "Nggak. Nayla lagi nggak dekat sama cowok. Tapi, Nayla bingung.""Kamu bingung kenapa? Mama tahu tadi kamu bawa bekal makanan buat Ra
Sebulan berlalu, akhirnya Raka dibebaskan. Orangtuanya tidak tega melihat Raka ditahan. Tetapi, ayahnya memberi persyaratan untuk kebebasan Raka. Seharusnya Raka sudah bisa menebak ini, dimana ayahnya tidak akan melepaskannya begitu saja.Sekedar informasi yang menjebak Raka akhirnya ditangkap atas bantuan teman-teman Raka.Tepat pukul satu siang Raka keluar dari kantor polisi, setelah semua diselesaikan oleh pengacara ayahnya. Raka menghirup udara sekuat-kuatnya, terlihat Anjani dan Gavin di samping Raka saat berjalan.Walaupun saham keluarga mereka anjlok, bukan berarti keluarga Ciputra langsung jatuh miskin.Raka duduk di belakang bersama ibunya. Anjani dari tadi tidak melepaskan tangan Raka, wajah wanita separuh baya itu tampak berseri-seri. Gavin duduk di samping supir, ia tidak bicara satu kata pun. Tapi tetap saja terbaca dari matanya dia bahagia anaknya bebas.
Raka menghentikan motornya di depan rumah Nayla. Entahlah, apa yang membuat tangannya membawa motor sampai ke rumah Nayla. Harusnya dia ke rumah Jennifer, wanita yang jadi pacarnya Jennifer.Rasanya sudah lama sekali Raka tidak pernah mampir ke rumah Nayla, jam sudah pukul 4 sore. Pasti Nayla sudah pulang sekolah terkecuali, dia pergi jalan dengan temannya.Raka masih bingung mau mulai dari mana, pencet bel kah? Atau nelpon Nayla bilang kalau dia sudah ada di depan rumahnya?Atau teriak manggil nama Nayla, kalau ayah atau ibunya yang keluar apa yang harus ia katakan.Raka masih berdiri sambil melihat-lihat apakah ada tanda-tanda kehidupan."Raka ..." panggil wanita separuh baya itu, Raka menoleh pada suara yang memanggilnya."Sore Tante." Raka mencium tangan Ayu."Bukannya kamu lagi..." Ayu menahan pertanyaan takut salah bicara."Iya Tante Raka baru k
Pikiran Nayla masih pada kejadian kemarin, saat Raka mencium keningnya. Hal yang dulu sering dilakukan Raka, mengingat itu membuat jantungnya tidak nyaman. Nayla ingin mengabaikan perasaannya, karna memikirkan Raka akan membuat hatinya terbuka lebar untuk Raka. Padahal Raka masih pacar Jenni.Kebiasaan Nayla adalah tidak bisa menyimpan rahasianya. Selalu saja membuat orang lain menjadi pendengarnya atau mendengarkan nasihat yang belum tentu dia lakukan."Serius La? Dia nyium lo?" itu adalah ekspresi Tina, matanya membulat dengan bibir ternganga. Lain lagi dengan Beca yang tersenyum halu mendengarkan cerita Nayla, yang dicium Nayla yang merah pipi Beca. "Please deh itu cuma cium kening, bukannya ngapa-ngapain. Teriakan lo udah kayak gue ngapa-ngapain sama dia," kata Nayla pada Tina. "Ini tuh dicium sama mantan&nb
RAKA NICHOLASLagi apa?NAYLA ANASTASYAAku lagi belajar. Maaf nggak bisa di ganggu.Nayla menutup handphone, lalu melirik Tina. Mereka saling menatap."Inget ya. Nilai kalian harus bagus jangan sampe sia-sia pacar gue ngajarin kalian." Beca memperingati. "Gue yakin banget Bek. Nilai lo yang paling bagus diantara kita," sindir Rangga. Nayla tersenyum sinis. "Beka punya otak yang encer. Nggak susah diajarin. Gue yakin dia pasti bisa." Bagas mengelus puncak rambut Beca. "Pokoknya selesai pengumuman kelulusan. Kita harus liburan. Harus," kata Tina semangat. "Emang kamu mau liburan kemana?" Reno menoleh pada Tina dengan lembut. "Kemana ya." Tina berfikir. "Pokoknya liburanlah, kemana aja," ucap Tina.
Nayla berdiri di depan pintu, wajahnya masih tampak kaget dengan kedatangan seseorang. Laki-laki yang familiar tapi dengan penampilan berbeda. Rambut yang biasanya dibiarkan berantakan begitu saja, sekarang terlihat rapih, mungkin dia memakai pomade. Biasanya dia memakai hoodie kini tampak berkarisma dengan setelan kemeja dan jas. Wajah datarnya tampak tak terpengaruh dengan tatapan Nayla. "Mau apa dateng ke sini?" tanya Nayla. "Katanya kamu belajar makanya aku dateng." Kata-kata Aku dan kamu itu selalu ada diantara kalimat mereka. Tidak akan terganti. "Iya, tapi aku sama anak-anak yang lain." "Raka." Ayu datang setelah lama menunggu Nayla tidak kembali, "Kok nggak diajak masuk La. Kasian Raka berdiri terus." "Iya nih Tante dari tadi aku nungguin disuruh
"Mikirin apa?" tanya Raka kepalanya sudah berada di dekat kepala Nayla. Laki-laki itu sedang memperhatikan tulisan Nayla, lebih jelasnya coretan yang tidak jelas.Gaun? Beneran niat mau nikah muda.Hampir saja jantung Nayla copot melihat wajah Raka dengan jelas di depan matanya. "Suka gambar?" ucap Raka memperhatikan hasil karya Nayla. Nayla menyimpan kertas yang dicoretnya, semua sedang asyik mengerjakan soalan, dan Nayla sibuk dengan isi kepalanya. Semua lamunannya berlari karena tatapan Raka yang semakin mendekat.Apakah dia melihat pipi Nayla yang seperti memakai blush on. Jantungnya berpacu dengan cepat, jarak mereka terlalu dekat. Bahkan dia juga belum tahu apa maksud tujuan Raka kembali datang ke kehidupannya. "Ini bukan gambar tapi coretan." Nayla menarik tubuhnya supaya tidak terlalu dekat dengan Raka.
Raka memasukkan mobilnya ke bagasi rumah dengan senyum sumringah. Malam ini mungkin dia akan bermimpi indah, cowok beralis tebal itu berjalan kearah pintu rumahnya dengan tangan satu masuk ke saku denimnya, satu tangannya lagi memegang jasnya. Cowok itu seperti orang yang baru saja jatuh cinta, senyumnya tidak pudar dari bibirnya.Dia sangat puas menunjukkan kepintarannya di depan Nayla, cewek itu selalu memandangnya penuh kagum membuat Raka bangga. "Ngapain kamu ke sini?" ketus Raka saat melihat Jennifer sudah berada di ruang tengah. Mungkin sudah saatnya Raka meminta Bik Surti untuk tidak lagi menyuruh masuk tamu jika tidak ada orang di rumah. "Mama sama Papa kamu nggak ada, makanya aku masuk." Jennifer berusaha mendekati Raka, tapi selalu saja Raka berjalan menjauh.Raka meletakkan jasnya ke sofa dekatnya. Sama  
Kilasan tentang pertemuannya dengan Jenny saat ini kembali. Jenny tidak terlalu banyak perubahan, dia sangat pintar merawat dirinya. Namanya model memang lebih berpengalaman dalam perawatan. Tubuhnya terbentuk dengan indah, tatapannya masih lembut tapi terkesan angkuh.Nayla menatap perempuan di depannya ini dengan senyum tipis, masih bingung dengan situasinya saat ini. Sepertinya semua orang terfokus padanya bukan pada Beca yang punya acara.Kemudian Nayla melirik jari manis Jenni, lalu tersenyum tipis. Dia jadi ingat pesan terakhir Jenni saat itu.Aku harap kamu mundur, Nayla. Karna kamu akan menyebabkan pertunangan aku sama Raka batal. Aku harap kamu masih punya hati nurani."Selamat ya untuk hari bahagia kamu."Nayla hanya tertegun mendengar ucapan Jenny, dia masih tak bergeming dengan balutan kebaya putih da
Mike, Doni, Erga, dan Rangga berpenampilan rapih dengan jas berwarna senada. Sebagai groomsmen mereka datang lebih awal dibanding para tamu undangan. Rangga yang paling antusias dengan acara ini sudah memegang camera sambil memasuki tempat itu. Bermaksud mengabadikan acara sakral temannya."Bro, lo kelihatan pucat banget. Nervous ya?" Rangga meledek sambil menyorot laki-laki berpenampilan serba putih itu. Wajahnya yang tampan dan berpenampilan paling menonjol itu dari tadi menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan pelan. Sangking nervousnya."Jangan diganggu Ga kepala suku, dia lagi berdoa biar acaranya gak bubar karena ditolak calon pengantin." Suara itu dari Doni, karena yang di sorot tidak merespon ucapan Rangga.Rangga memberikan cameranya pada Mike untuk bergantian memvideokan, lalu dia menepuk bahu cowok yang terlihat tegang itu. "Gue mah nitip dia aja ya. Jaga baik-baik jangan sampe lepas lagi. Terus nitip keponakan yang cakep-cakep."
"Tunggu di situ jangan kemana-mana!"Suara cemas itu terdengar dari balik ponsel. Cewek berambut lurus sepunggung itu baru saja turun dari pesawat."Gue bisa naik taxi.""Gak bisa lo udah gue jemput." Bagas menegaskan."Gue kan udah bilang gak mau dijemput. Pokoknya gue pulang sendiri," ucapnya seraya mengambil barangnya lalu melangkah bersama para penumpang yang lainnyaSetelah 17 jam perjalanan dan untungnya hanya sekali transit. Akhirnya Nayla kembali menghirup udara di Jakarta. Jika kalian mau tahu berapa lama Nayla tinggal di London, jawabannya sangat membanggakan. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya walaupun dengan hasil yang pas-pasan. Tapi pengalaman hidup yang dia dapat sangatlah berharga. Sambil kuliah Nayla menyibukkan dirinya dengan berkerja part time. Pekerjaan serabutan, berkali-kali dia pindah pekerjaan.Menjadi pelayan di McDonald's, penjaga toko, dan Nayl
Dear, my Boy...Untuk kamu yang selalu punya tempat di hatiku.Entah apa yang harus aku tuangkan dalam secarik kertas ini. Sekalipun ada goresan tinta yang indah, tapi nggak akan bisa mengalahkan indahnya perasaanku untuk kamu, sayang.Enggak ada yang kusesali dari hubungan ini. Bertemu dengan kamu adalah anugrah. Dan berpisah dengan kamu adalah takdir yang harus terjadi.Aku tahu, aku nggak cukup sempurna. Dan caraku mencintai kamu mungkin salah, hingga membuat wanita lain terluka. Aku sadar, aku bukanlah satu-satunya wanita yang ada tempat di hati kamu.Tapi entah kenapa, tiba – tiba saja muncul dalam pikiranku, apakah aku pantas mendampingi kamu? Apa aku bisa bahagia saat wanita lain terluka.Perpisahan ini berat, percayalah aku pun merasakannya. Tapi ini yang terbaik untuk kita. Sampai kita sama-sama
Aku mencintai kamu.Rasa ini teramat nyata hingga hati ini terlalu sakit, saat sadar kamu meninggalkanku lagi. Nayla sudah berada di bandara bersama keluarga dan teman-temannya. Sungguh, perasaannya bercampur aduk sekarang ini. Nayla menarik nafas berat, tangannya menggenggam travel bagnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia akan pergi sendiri ke tempat yang jauh.FlashbackNayla mendongak melihat Raka sudah berdiri di depannya, cowok itu menatapnya penuh perasaan."Lain kali, jangan pernah pergi sendirian. Apalagi ke tempat yang masih baru buat lo."Nayla mengangguk pelan, ia menerima uluran tangan Raka. "Janji sama gu
"Gue harus pergi sekarang." Nayla tersenyum kecil pada Jenni. Sedikit menoleh Doni. Laki-laki itu hanya diam dari tadi tapi Nayla tahu Doni sedikit terganggu dengan obrolan mereka. Nayla beranjak membuka pintu. "Nayla... Mungkin kalau nggak ada Raka diantara kita. Gue pengen lo jadi kawan gue. Seharusnya kita bisa jadi sahabat," ucap Jenni memandang Nayla yang berdiri di depan pintu.Nayla hanya mendengar itu tanpa menoleh dan pergi meninggalkan kamar Jenni. "Gue harus nelpon Raka." Ucap Doni mengambil handphone-nya dari saku celana. "Jangan berani lo ngomong apa-apa sama Raka! Bentar lagi dia ke sini, lo pergi dari sini kalau mau bikin Raka tahu tentang kepergian Nayla," bentak Jenni, dia terlalu takut kehilangan Raka. Doni menjambak rambutnya, frustasi. Jennife
Matanya melihat ke arah langit. Langit yang gelap dihiasi bintang. Pemandangan langit sama saja bukan, saat kita dimana pun melihatnya. Nayla menyenderkan bahunya ke belakang sambil mendengus. "Kamu bilang pendidikan penting, tapi kenapa kamu sekarang gak ada buat dukung aku." Monolognya. Nayla melihat ponsel yang dipegang-nya, jangan berharap karena berharap itu sakit. Padahal dia sangat membutuhkan bahu laki-laki itu untuk bersandar. Lupakan mungkin Raka sedang berada di rumah sakit. Nayla menutup matanya yang perih, menahan air mata yang ingin jatuh.Kamu terlalu sibuk dengan dia, Raka. Kamu nggak tau aku butuh kamu sekarang. "Nggak usah ngelamun di sini. Nanti diculik setan." Nayla membuka matanya karena kaget. Bagas sudah ada di dep
Langit seakan tak biru lagilaut seolah menghempas sepiberibu malam aku tangisimengalun sepi menyiksa hatiDan malam ini, Nayla terdiam. Isak ibunya terdengar perih, terasa gendang telinganya robek tersayat. Ia mengunci masuk hatinya dalam dipan bergembok.Meyakinkan diri ini adalah keputusan terbaik. "Mama nggak setuju!" Ayu bersuara serak sambil menyeka air matanya. Setelah makan malam dan meja makan dibersihkan, Nayla mengatakan keputusannya. Nayla menahan air matanya supaya tidak tumpah, dadanya terasa sesak. Untuk pertama kalinya ia membuat wanita yang melahirkannya menangis dan Ayahnya terdiam dengan wajah muram. Semua ucapan Nayla berhasil membuat senyum keluarganya pudar. Nayla yang manja, tidak pernah hidup sendirian selama 18 tahun usianya kini mengambil ke
"Coffee..." Doni menyerahkan segelas coffee pada Raka, dia membelinya pada mesin otomatis yang ada di rumah sakit, sangat praktis bukan. "Thanks," ucap Raka, dia lagi tidak ingin tersenyum pada Doni. Mereka duduk di kursi yang berada diluar kamar Jenni padahal Raka sedang ingin sendiri tapi Doni menghampirinya. "Gue tahu hati lo lagi bercabang. Dari dulu gue iri sama lo, selalu aja banyak cewek yang ngejer-ngejer lo," ucap Doni dengan senyum pahit, laki-laki itu duduk di samping Raka. Raka tidak menggubris omongan Doni, apakah tepat membicarakan hal seperti itu dalam situasi seperti ini. Raka menaikan bahunya sedang menyeimbangkan posisi duduknya. "Dan yang paling gue iri. Lo bisa dapetin cewek kayak Nayla Anastasya Susanto. Menurut gue dia sedikit bodoh." Doni te