Beranda / Fiksi Remaja / Nature Squad / Bab 22-Bukan monster

Share

Bab 22-Bukan monster

Penulis: seni_okt
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bintang pergi ke roftoop sekolah. Di sana dia biasa meratapi nasib percintaannya yang tidak kunjung selesai.

Bintang berharap kejoranya kembali dan kisah cinta mereka akan berakhir bahagia seperti novel-novel yang sering dia baca bersama gadis itu.

Bintang jadi teringat saat mereka bertengkar hanya karena sebuah cerita novel.

Waktu itu mereka membaca sebuah novel yang menceritakan seorang wanita yang berjuang agar cintanya dapat bersatu dengan kekasihnya yang sama sekali tidak mencintainya.

 Bagaimana lucunya saat melihat gadis itu menangis ketika endingnya si wanita meninggal demi kekasihnya itu.

Kejora berkata bahwa kisah cinta si wanita di novel sangatlah menyentuh hati, sedang Bintang berpikir bahwa wanita di novel itu bodoh karena mau-maunya berkorban nyawa hanya untuk orang yang sama sekali tidak mencintainya.

Bintang terkekeh saat membayangkan kejadian itu, ketika kejoranya marah berhari-hari padanya hanya karena tidak setuju den

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nature Squad   Bab 23-Terbongkarnya rahasia

    "Babas, Kakak boleh masuk?" tanya Bianca dari ambang pintu.Baskara meliriknya sebentar kemudian mengangguk mengijinkannya masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu tersenyum tipis lalu langsung duduk di samping adik lelakinya. Dia menarik napas panjang mengumpulkan keberanian untuk mengatakan keinginannya yang kemungkinan besar akan mendapatkan penolakan."Ikut Kakak pulang ya," pinta Bianca membuat Baskara langsung menegang."Kakak ingin tinggal sama kamu di rumah." Wanita itu menggenggam tangannya.Baskara memejamkan matanya kemudian menatap kakaknya lekat. Terdengar sebuah helaan napas dari hidungnya. "Rumah Babas di sini."Wajahnya berubah sendu ketika mengatakan itu. Lagi-lagi dia menolak untuk tinggal bersama keluarganya.Bukan karena ia membenci mereka, justru karena ia sangat menyayangi mereka. Ia tidak ingin ayah serta kakak pertamanya semakin membencinya."Bas, Kakak mohon! Kakak tidak akan tenang kalau kamu tinggal sendiri," uja

  • Nature Squad   Bab 24-Sebuah impian

    Gadis itu berjalan gontai tak tentu arah, dia hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah. Penuturan penjaga apotek itu bagaikan sebuah mimpi buruk untuknya.Kini tubuhnya terasa ringan seperti tidak menginjak tanah, hatinya sangat sakit mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan oleh sahabat sekaligus cinta pertamanya.Rain jadi paham kenapa setiap diajak bermain basket Samudra selalu menolak dan mencari-cari alasan, ketika orang tuanya sangat over protektif pada kegiatan sekolah yang dia ikuti dan terakhir saat dia tiba-tiba menghilang.Apa mungkin karena penyakitnya kambuh?"Kenapa aku bodoh banget? Kenapa aku tidak menyadarinya dari dulu?" Monolog Rain memukul kepalanya sendiri karena merasa gagal menjadi seorang sahabat yang bisa diandalkan.***"Mas, es jeruknya satu lagi." Ini sudah kedua kalinya Binar memesan minuman yang sama."Makannya?" tanya pelayan itu lagi.Gadis itu melihat jam tangannya sebentar. "Nanti saja

  • Nature Squad   Bab 25-Jalankan trik

    Setelah berhasil menyelesaikan nyanyiannya, gadis itu baru berani mendongakan kepalanya dan jantungnya berdebar ketika melihat semua pengunjung masih memperhatikannya.Suara tepuk tangan memasuki gendang telinganya.Binar menarik bibirnya serta tersenyum manis kepada pengunjung lalu tidak sengaja iris matanya menangkap seorang pemuda yang berdiri di salah satu bangku pengunjung, orang itu tersenyum seraya mengacungkan dua jempolnya bangga.Gadis itu segera membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih lalu menghampiri pemuda tersebut."Wow! penampilan kamu keren banget." kagum orang tersebut yang tidak lain adalah Dirgantara.Selang beberapa detik, Binar menatap Dirgantara dengan tatapan yang sangat tajam seraya menyilangkan tangan di depan dada membuat empunya menyadari bahwa ada sesuatu yang salah pada dirinya."Sorry, aku telat," katanya sadar akan kesalahannya.Binar membuang napasnya pelan lalu mengangguk meski bibirny

  • Nature Squad   Bab 26-Kapan penderitaan ini berakhir?

    Samudra memarkirkan mobilnya kemudian memasuki rumah yang sudah seperti tempat siksaan untuknya.Bukan siksaan fisik melainkan siksaan batin.Di rumah ini dia mendengar dan melihat pertengkaran orangtuanya yang tidak kunjung selesai, setiap malam.Ya, malam atau lebih tepatnya tengah malam. Karena itu adalah waktu yang paling tepat untuk mereka meluapkan semua emosi dan kekecewaan. Dimana mereka berfikir bahwa putranya sudah terlelap dan tidak akan mendengarkan semua pertengkaran sialan itu.Kemudian Samudra kembali melangkahkan kakinya menuju meja kecil yang ada di sudut ruang keluarga, tempat dulu mereka menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga yang bahagia.Samudra mengambil sebuah foto yang dipajang di atas meja, menampakkan wajah kedua orang tuanya yang sedang memegang kedua tangan mungil anak laki-laki yang sedang tersenyum ke arah kamera.Diusap foto ibu dan ayahnya lalu menempelkan telapak tangannya pada dada bidangnya.Sam

  • Nature Squad   Bab 27-Pernyataan cinta

    Semenjak kejadian tadi, Angkasa terus kepikiran akan keadaan Sarah. Dia benar-benar bingung harus berbuat apa? Mengingat gadis itu sangat ketakutan saat melihatnya.Saat sebuah solusi melintas dalam benaknya, Angkasa bergegas beranjak untuk mengambil ponselnya yang disimpan di atas meja, lalu jarinya mulai menari-nari menyentuh layar ponsel yang kini sudah terisi oleh kumpulan hurup yang telah menjadi sebuah rangkaian kata.Kemudian setelah dia membacanya berulang kali serta yakin akan isi pesan yang akan dikirimkan pada sahabatnya, Samudra, Angkasa mengklikiconkirim yang ada dilayar.***"Binar." Panggil Dirgantara berlari mengejarnya, "tunggu!"Gadis itu terus berjalan bahkan mempercepat langkahnya. Dia benar-benar kesal dengan candaan pemuda itu.Hap!Dirgantara berhasil meraih tangan Binar yang langsung ia tarik agar gadis itu tidak terus melangkah pergi."Sorry, aku hanya bercanda," k

  • Nature Squad   Bab 28-Sakit itu datang lagi

    Samudra terperanjat ketika rasa sakit itu kembali menyapanya. Dengan napas yang tersengal, dia mencoba meraih toples obat yang ada di samping tempat tidur.Namun, kali ini rasa sakit itu tidak dapat ditahan lagi. Bagaikan beribu belati yang sangat panas ditancapkan tepat ke jantungnya.Pemuda itu tersungkur ke lantai, meraung-raung kesakitan seraya mencengkram dadanya kuat-kuat. Tubuhnya basah bermandikan keringat yang bulirnya sebesar biji jagung, wajahnya sudah pucat pasi."Bunda, Ayah, Bibi, tolong!" Teriak Samudra sekeras yang ia bisa. Walaupun pada kenyataannya teriakannya itu hanya seperti bisikan.Tidak ada yang mendengar permintaan tolong pemuda malang itu, dia semakin merintih kesakitan. Pasokan udara pun semakin sulit untuk ia dapatkan, kelopak matanya semakin terasa berat dan lelah.Samudra ... sekarat.“Tuhan, apakah ini akhir hidupku? Jika ini waktunya, tolong jemput aku tanpa rasa sakit dan jangan buat Bunda terus bersedi

  • Nature Squad   Bab 29-Penyesalan selalu datang diakhir

    "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Anton."Istri Bapak tidak apa-apa. Dia hanya syok saja," tutur sang dokter."Lalu, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Anton lagi. Dokter yang ber-name tagToni itu hanya menghela napas."Maaf, saya harus menyampaikan ini, kondisi anak Bapak semakin memburuk. Sam harus segera melakukan transplantasi jantung. Jantungnya kini sudah sangat rusak dan kondisi seperti ini bisa kapan saja terjadi," jelas Dokter Toni."Apa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan anak saya selain melakukan transplantasi jantung?" tanya Anton frustasi, "berapapun biayanya akan saya bayar asalkan putra saya selamat.""maaf, Pak. Jantung Sam sudah benar-benar rusak, jalan satu-satunya untuk menyelamatkannya hanya mengganti jantungnya dengan jantung baru. Kami sudah melakukan operasi untuk menutup lubangnya, tapi kembali lagi jantungnya sudah sangat rusak sehingga operasi penutupan lubang pun tidak ada gunanya la

  • Nature Squad   Bab 30-Kapan bahagia itu datang?

    Mata Baskara berbinar masih belum percaya bisa duduk bersama di meja makan dengan ayah dan kedua kakaknya. Sebuahmomentyang dulu hanya sebatas angan kini telah menjadi kenyataan. Mereka sedang sarapan bersama di meja makan. Tidak ada yang berbicara hanya terdengar suara sendok dan garpu yang saling beradu, semuanya fokus pada makanannya masing-masing. Nugroho melirik Baskara dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah itu ia menghentikan sarapannya lalu beranjak dari sana begitu saja dan tidak lama Brisia mengikutinya. Baskara hanya menundukkan kepalanya, ternyata pemuda itu masih belum diterima di keluarga ini. Meski dia sudah tinggal satu atap dengan keluarganya, tetapi kenapa rasa sakit itu tak kunjung hilang? Kapan kebahagiaan akan berpihak kepadanya? Bianca menepuk punggung tangan sang adik pelan seraya tersenyum padanya. "Percaya sama Kakak. Lambat laun mereka akan menerima kamu di sini. Jangan menyerah! Kak

Bab terbaru

  • Nature Squad   Bab 56-Aku Jatuh Cinta

    Setelah pulang dari sekolah, Samudra kembali mengantar gadis itu ke rumah sakit tempat gadis itu dirawat. Lelaki itu mencium tangan ibunya Viola ketika berpapasan di depan ruangan yang gadis itu tempati. Samudra meminta maaf karena mengajak Viola pergi sampai senja seperti ini. Namun, bukannya memarahinya, wanita paruh baya itu jusrtu mengucapkan terima kasih padanya karena telah membuat senyum putrinya kembali. Setelah itu Samudra pamit pulang. Lagi pula gadis itu sebentar lagi harus meminum obatnya dan beristirahat. Saat dilorong rumah sakit tiba-tiba ia menyandarkan tubuhnya ke dinding saat dadanya terasa sakit, napasnya sesak dan pandangannya tampak kabur. Samudra tidak dapat menyangkal bahwa tubuhnya kelelahan, bahkan lelaki itu lagi-lagi melupakan obat yang harus dikonsumsinya. Ia berjalan dengan langkah terseok-seok sembari sebelah tangannya digunakan untuk berpegangan pada apapun yang bisa menahan beban tubuhnya. Namun, semakin lama Samudra me

  • Nature Squad   Bab 55-Menciptakan Memori (bagian 2)

    Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit akhirnya mereka telah sampai ke sebuah bangunan yang tidak asing bagi Samudra, tetapi asing untuk gadis itu. Ya, mereka berdua kini sedang berada di sekolah lelaki itu sekarang. Viola menatap bangunan megah itu dengan mata yang berbinar. Senyuman indah itu tidak pernah luntur dari wajah pucatnya. “Ayo masuk!” Ajak Samudra seraya menggandeng tangannya. Viola menarik tangannya membuat lelaki itu mengerutkan keningnya. Bingung melihat wajah Viola yang terlihat cemas. “Apa mereka tidak akan mengusirku? Aku bukan siswi di sini,” ucap gadis itu menundukkan kepalanya. “Ya ampun aku pikir kenapa,” saut Samudra, “tenang saja ada puluhan siswi yang bersekolah di sini. Mereka tidak mungkin sadar kalau kamu bukan salah satu siswi di sini.” “Kamu yakin?” tanya gadis itu masih cemas akan ketahuan. “Ya,” jawab Samudra seyakin mungkin, “ayo akan aku buktikan.” Lanjutnya kembali menggenggam tan

  • Nature Squad   Bab 54-Menciptakan Memori (bagian 1)

    Setelah pulang sekolah Samudra tidak langsung pulang ke rumahnya ataupun pergi bersama anak-anak Nature Squad seperti yang selalu mereka lakukan. Lelaki itu pergi untuk menemui teman barunya, Viola, gadis yang sempat ia pikir sebagai laki-laki botak yang hendak bunuh diri. Tok tok tok! “Masuk,” ucap seorang wanita paruh baya dari dalam. Samudra menyembulkan kepalanya seperti seorang anak kecil yang sedang bermain petak umpet. Baik wanita paruh bay aitu ataupun gadis cantik yang sedang duduk di kursi roda sama-sama tidak bisa menyembunyikan tawanya melihat kelakuannya yang menggemaskan. “Ayo masuk, Nak Sam,” ujar wanita paruh baya itu lagi yang tidak lain adalah ibu dari Viola. Ia sudah cukup tahu siapa lelaki yang mengaku sebagai teman putrinya itu dan ia juga senang karena kehadiran Samudra, putrinya terlihat lebih ceria dan banyak tersenyum. Lelaki itu langsung masuk dan tidak lupa untuk menutup pintunya kembali. Kemudian ia

  • Nature Squad   Bab 53 |Restu

    Sam dan Viola sama-sama menatap ke depan, melihat orang-orang yang berjalan ke sana ke mari. "Kamu serius mau menjadi bapak peri untukku?" tanya gadis itu membuat kening pemuda itu berkerut. “Bapak peri?” tanya Samudra tidak mengerti. “Bukankah kamu tadi mengatakan akan menciptakan memori indah untukku? Kupikir kamu seperti ibu peri dalam cerita dongeng, tapi berhubung kau seorang laki-laki jadi kau bapak, bukan ibu,” jawab gadis itu membuat Samudra membuka mulutnya tidak percaya bisa bertemu dengan gadis sepolos dirinya. “Iya.” Jawab pemuda itu seraya menganggukan kepalanya ke atas dan ke bawah. "Caranya?" tanya Viola lagi. Pemuda itu kembali melangkahkan kakinya seraya mendorong kursi roda Viola, lalu dia duduk di salah satu kursi panjang dan menatap mata gadis itu dengan serius. "Mimpimu apa?" tanyanya. "Hah!" Viola mengerjap beberapa kali ketika mata mereka beradu. Dia merasa sangat gugup di tatap seperti itu.

  • Nature Squad   Bab 52-Bapak Peri

    Hari ini Baskara sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit begitu pun dengan Bianca. Nugroho dengan cekatan menjadi ayah sekaligus ibu yang baik untuk kedua anaknya. Bianca yang melihat perubahan dari ayahnya itu merasa sangat bahagia sampai menitihkan air mata karena terharu, sementara Brisia tidak tau entah ke mana. Wanita itu tidak ikut menjemput kedua saudaranya."Kak Brisia mana Yah?" tanya Bianca."Entahlah. Mungkin Kakakmu sedang sibuk dengan urusannya," jawab pria dewasa itu seraya fokus menyetir.Baskara menatap kakaknya dengan tatapan penuh kasih sayang, sedari tadi dia terus menggenggam tangan Bianca tanpa mau melepaskannya."Kak, kepalanya masih sakit?" tanya pemuda itu khawatir."Sedikit," jawab Bianca sembari memegang perban yang terlilit di kepalanya."Jangan cemas! Kakak tidak apa-apa," lanjutnya tidak ingin membuat sang adik cemas.Nugroho yang sedang fokus menyetir, mengintip ke harmonisan kakak beradik itu lewat k

  • Nature Squad   Bab 51-Botol Harapan

    Uhuk! Uhuk!Sedari tadi Rita terus batuk-batuk, dia merasakan seluruh badannya tidak enak dan suhu tubuhnya sedikit hangat, sepertinya wanita itu terserang demam.Bintang yang menyadarinya langsung pergi ke dapur untuk membuatkan sup jagung kesukaan ibunya. Namun, setelah masakannya jadi dan siap untuk di antarkan dia baru menyadari bahwa ibunya tidak mungkin memakannya jika Bintang yang memberikannya.Lantas pemuda itu kembali ke atas untuk meminta bantuan Bima untuk mengantarkannya dan meminta merahasiakan bahwa sup ini Bintang yang membuatnya.Awalnya Bima tidak setuju, tetapi setelah dia melihat sorot mata adiknya, dia pun luluh.Tok tok tok!Bimamengetuk pintu kamar ibunya dengan membawa semangkuk sup jagung yang dibuatkan Bintang. Wanita itu tersenyum ketika melihat putra kebanggaannya datang."Makan dulu, Ma," ucap pemuda itu sembari duduk di pinggir tempat tidur siap menyuapi sang ibu.Wanita itu

  • Nature Squad   Bab 50-Seorang Teman

    "Argh!Apa yang baru saja aku lakukan?" Netranya menerawang jauh ke laut lepas yang membentang kebiruan, membiarkan ombak menyapu kakinya. Pemuda itu masih tidak percaya dengan apa yang diakukannya, membongkar begitu saja rahasia yang selama ini dia simpan rapat-rapat.Saat sedang melampiaskan kekesalannya tiba-tiba Samudra melihat seorang pemuda berkepala plontos berjalan ke tengah laut."Woy!!" Cegah Samudra langsung menarik tangannya dan betapa terkejutnya ketika mendengar suara pemuda itu yang terdengar seperti suara perempuan."Lepaskan aku!" bentaknya."Kamu perem--"Gadis berkepala plontos itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca lalu menghempas tangan Samudra dan langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.Dengan masih keterkejutannya Samudra kembali mengejar gadis itu untuk meminta maaf karena telah menganggapnya seorang laki-laki, Samudra yakin ucapannya itu sudah membuat gadis itu tersinggung.

  • Nature Squad   Bab 49-Topeng

    Maya melihat putra sulungnya sedang membereskan pakaian dan beberapa perlengkapan yang akan pemuda itu bawa."Aa, yakin mau berangkat besok? Bukankah Aa bilang berangkat setelah kelulusan?" tanyanya. Pemuda itu hanya mengangguk dengan lemah."Kenapa terburu-buru sekali?” tanyanya lagi. Wanita paruh bay aitu masih merasa aneh dengan keberangkatan putranya yang tiba-tiba.“Mungkin hanya dengan cara ini aku bisa lupain dia, Bu,” jawab Angkasa dalam batinnya.Tok! Tok! Tok!"Siapa yang bertamu, ya?" pikir Maya. Dia pun pergi dari kamar putranya untuk membukakan pintu."Assalamu'alaikum," ucap seseorang di luar rumah memberi salam."Wa'alaikumusalam," jawab wanita itu, "eh, Nak Sam, silakan masuk.""Angka nya ada Tante?" tanya Samudra dengan ramah.Wanita itu tersenyum memperlihatkan sifat keibuannya. "Sebentar, Tante panggilkan. Silakan duduk, Nak."Maya kembali masuk untuk memanggi

  • Nature Squad   Bab 48-Pamit

    "Sarah, sebenarnya Sam itu siapa kamu?" tanya Angkasa membuat Sarah menaikkan sebelah alisnya, bingung akan pertanyaan pemuda itu. "Lho, kamu juga tau kan dia sepupu aku," jawabnya. "Sepupu ya?" Pemuda itu tersenyum miring, "bohong!" "Bohong? Apa maksudnya Bohong? Kenapa kamu malah nuduh aku bohong? Kamu kenapa sih? Kalau memang tidak mau berteman denganku lagi ya sudah, tapi bukan begini caranya," gadis itu menjadi kesal karena telah dianggap berbohong. "Aku cemburu!" aku Angkasa sudah tidak bisa membohongi perasaannya lagi. Setelah mengatakan itu Angkasa menarik napas Panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku cemburu melihatmu pelukan dengannya. Gak ada sepupu yang memberikan perhatian lebih sampai meluk-meluk gitu. Perhatian kamu tuh seperti seorang wanita kepada lelakinya,bulshitkalau kalian tidak ada hubungan apa-apa," lanjutnya membuat Sarah mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis itu masih terkejut

DMCA.com Protection Status