Share

Ch. 80

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-23 08:41:13

Kuambil body lotion dan menggunakannya sebagai pelumas. Setelah kurasa cukup licin, aku pun bergegas kembali ke atas tempat tidur.

Menyusup ke dalam selimut yang sama dengan Hilma dan mengungkung tubuhnya kembali.

"Izinkan aku mencobanya lagi, ya?" bisikku pada Hilma, meminta izin karena tak tega melihatnya kesakitan seperti tadi.

Hilma melirikku dan menganggukkan kepalanya pelan.

Setelah mendapat izinnya, kuarahkan tombak milikku kembali pada benteng takeshi yang masih kokoh.

Mencoba membobolnya kembali setelah tidak berhasil sejak tadi.

Aku kembali menggerakkan tubuh bawahku. Mencoba membuka segel yang masih sangat rapat ini.

Sekali, dua kali, masih sulit.

Kutarik napas panjang dan dalam. Mengumpulkan tenaga dan mengambil ancang-ancang.

Kucoba lagi.

Dan ....

Srettt!

"Awkhhhh ...."

Tombak pusaka ku seakan telah merobek sesuatu. Dibarengi dengan jeritan tertahan dari bibir Hilma.

Lalu setelahnya, tombak milikku itu mulai bisa ku gerakkan. Meski sempit dan juga terhimpit.

Aku menatap H
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Mutiara Rasa
ya ampuun yudaa kok pake lotion siih minyak zaitun doong hihihi
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
oh.. ternyata lotion mamer yg tertinggal habis.... yg makek ternyata si yuda.... ............
goodnovel comment avatar
Haniubay
ahirnya jebol juga ya yud... kayaknya Bakal cepat launching adik sikembar nih hhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Naik Ranjang   Ch. 81

    🌻POV Yuda."Hilma, Sayang?" Aku memanggil Hilma di balik pintu kamar mandi. Tidak ada handuk di sini. Semalam, aku meluruhkannya di lantai dekat ujung bed. Sekarang, setelah aku selesai mandi, tidak ada handuk yang bisa kugunakan karena aku lupa membawa "Yaa, kenapa?" Hilma berdiri di depan kamar mandi."Sayang, aku lupa handuk. Bisa minta tolong ambilkan?" pintaku kemudian."Ohh. Tunggu sebentar!" jawabnya lalu melesat dari depan kamar mandi.Aku menunggunya di balik pintu. Hitungan detik Hilma pun telah kembali dengan handuk baru untukku dan menyodorkannya.Aku sedikit melebarkan daun pintu kamar mandi. Tanganku terulur untuk mengambil handuk dari Hilma. Hingga satu ide terlintas begitu saja di kepalaku.Bukan handuk yang kuambil, melainkan tangan Hilma di bawahnya. Menariknya hingga masuk ke dalam kamar mandi. Lalu kututup pintunya dengan cepat dan tak lupa menguncinya."Ay! Kamu apa-apaan?" Hilma merapatkan punggungnya pada daun pintu. Sedangkan aku tersenyum menyeringai.Aku me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Naik Ranjang   Ch. 82

    Usai Subuh yang kesiangan, aku langsung melesak ke dapur. Nampak Hilma sudah mengisi kursi makan dan sudah memakai kerudungnya."Hey," sapaku setelah berdiri di sisi kursinya. Aku membungkuk lalu mengecup keningnya."Bikin apa? Tadi apa yang gosong?" tanyaku kemudian setelah mendaratkan kecupan mesra di keningnya."Ini, lagi ngoles roti. Kamu mau pakai selai apa? Tadi itu aku lagi goreng sosis. Gara-gara kamu tahan di kamar mandi, jadinya gosong. Padahal apinya udah aku kecilin. Dasar kamu aja gak ada kerjaan nahan nahan aku di kamar mandi," cerocosnya membuatku ingin tertawa. Baru melihat, saat seorang istri sedang mendumel."Aku mau pakai selai hazelnut aja. Ohh, gitu. Ya aku mana tahu kamu lagi goreng sosis," sahutku seraya menghempas bobot di kursi lain.Hilma nampak cekatan menyiapkan roti kupas dengan isian selai hazelnut seperti permintaanku. Segelas susu vanila pun telah siap."Ya makanya jangan suka aneh-aneh deh, Ay! Mandi, ya mandi aja. Jangan pamer pamer piton kayak tadi.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Naik Ranjang   Ch. 83

    Berbungkus selimut tebal, aku memandangi Hilma yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Rambutnya panjang tergerai hitam lebat.Aku tersenyum melihat rambutnya yang basah lagi. Karena aku berhasil mengajaknya untuk segera memproduksi adik bayi. Meski awalnya penuh penolakan.Rambut Hilma nampak masih belum kering sepenuhnya. Tetapi dia sudah memasang kerudungnya, lalu berjalan ke samping springbed di mana aku masih terbaring. Jalannya pun nampak berbeda dari sebelum sebelumnya."Aku mau ke kios dulu ya," ucapnya seraya menarik laci nakas, dan mengeluarkan dompet hitam miliknya."Nanti ajalah, agak siangan. Nanti aku yang anter!" cegahku pada Hilma."Ini juga udah siang. Lagian kamu sih bawa aku ke sini. Aku mau pergi sekarang ah, ya?"Aku menggeleng. Merangkak lalu menahan tangan Hilma. "Enggak. Kamu tunggu dulu aku mandi. Pokonya aku bakal anter. Jangan pergi sendiri!"Hilma menarik tangannya dariku, lalu duduk di bibir tempat tidur membelakangiku, seraya menghela napa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Naik Ranjang   Ch. 84

    POV Hilma.Tubuhku menggigil. Padahal seingatku, aku sudah meminum obat pereda demam. Aku juga sudah merasakan kantuk dan mulai untuk tidur. Tapi, tubuhku tetap menggigil kedinginan.Aku semakin meringkuk di balik selimut. Berharap dingin yang kurasakan bisa sedikit berkurang. Lalu mencoba melanjutkan tidurku di sofa ruang bermain. Yuda sebenarnya sudah mengajakku untuk periksa, tetapi aku ingin meringkuk dulu di sofa ini, tidak kuat dengan hidung yang tersumbat dan kepala pusing.Bangun pagi tadi, aku sudah merasa tidak enak badan. Tenggorokanku sakit dan langsung bersin-bersin. Sampai kemudian hidungku meler dan tersumbat. Rasanya tidak enak dan sangat mengganggu.Seharian kemarin, hampir lima kali aku mandi keramas. Mungkin, itulah sebabnya aku jadi sakit hari ini.Yuda terlalu ganas. Di rumah hanya berdua, membuatnya semakin leluasa memproduksi adik untuk si kembar.Aku tidak lagi bisa menghindar atau menolak. Karena aku sudah terhipnotis akan sentuhan bapak dua orang anak itu. Ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Naik Ranjang   Ch. 85 (Ending Season 1)

    🌻POV Yuda.Hari demi hari berlalu. Tanpa terasa, tepat hari ini pernikahanku dan Hilma sudah berusia tiga bulan. Aku ingin memperingatinya dengan hadiah kecil-kecilan.Sepulang dari kantor sore ini, aku melipir lebih dulu ke toko kue, toko bunga lalu terakhir toko perhiasan.Pernikahanku bersama Hilma kali ini, terasa begitu berbeda. Aku sungguh-sungguh mencintainya. Rasa yang seharusnya terpatri sejak awal naik ranjang yang kujalani. Hilma sosok yang sempurna, dia cantik, istri yang patuh, lembut tutur kata serta tingkahnya. Nyaris tanpa cela di mataku. Dia mengurusku, rumah, dan kedua putraku teramat baik. Sungguh, aku menjadi lelaki paling beruntung, karena bisa memilikinya lagi. Dan, tidak akan kubiarkan dia pergi lagi dariku.Tiga puluh menit berkendara, kini motorku telah sampai di depan rumah. Berbarengan dengan motor pengendara lain yang celingukan ke arah rumahku."Maaf, Mas. Cari siapa?" tanyaku pada lelaki berjaket yang tak kukenal."Saya kurir, Pak. Mau mengantarkan ini,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Naik Ranjang   Ch. 86 || SEASON 2

    ************POV Yuda.Mengawali pagi, seusai shalat Subuh, aku bergegas cepat ke dapur. Berkutat menyiapkan sarapan pagi, membereskan dapur dan menyapu seluruh rumah. Aktivitas rutin yang kukerjakan sejak tiga bulan lalu.Kandungan Hilma sudah memasuki usia 16 Minggu. Si kembar akan segera memiliki adik beberapa bulan lagi.Sejak memasuki usia kandungan 8 Minggu, aku menggantikan Hilma beberes rumah. Jika tidak begini, Hilma seringkali mengerjakan pekerjaan rumah ini. Padahal, aku sudah memintanya untuk beristirahat dan tidak perlu mengerjakan apa pun. Tapi, Hilma selalu berdalih, jika dia bosan dan apa yang dikerjakannya bukan pekerjaan berat.Namun, tetap saja aku tidak mau. Aku ingin Hilma benar-benar menjaga kehamilannya. Aku tidak mau Hilma capek dan kelelahan, lalu akan berakibat pada kandungannya. Jadi, aku memutuskan turun gunung dan mengerjakan semuanya sebelum berangkat ke kantor.Seperti pagi ini. Setelah hanya menggoreng telur dadar, sosis, dan juga nugget. Juga menanak n

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Naik Ranjang   Ch. 87 || SEASON 2

    Aku mendekat pada Hilma yang telah duduk di bibir ranjang. Hilma mengambil minyak kayu putih dari dalam laci nakas dan mendekatkan ke hidungnya."Jangan deket-deket ah," ujarnya ketika aku baru saja duduk di sebelahnya."Terus kalau gak Deket Deket kamu, aku harus Deket siapa?" tanyaku dengan raut memelas.Karena yang benar saja aku tidak boleh dekat-dekat dengannya? Hilma memutar tubuhnya hingga membelakangiku. Membuatku menggaruk-garuk tengkuk leher yang tiba-tiba saja gatal."Sayang," panggilku pelan. Kusentuh pundak Hilma agar dia mau berbalik. Namun, Hilma masih enggan menghadapku. Dia masih duduk menghadap nakas dengan minyak kayu putih di tangannya."Sayang aku di sini," ucapku kembali.Hilma masih tak juga mau berbalik. Terpaksa aku beranjak dan langsung berjongkok di hadapannya. "Aku di sini, hey. Kenapa dipunggungin terus, sih?" rengekku.Hilma menutup botol minyak kayu putihnya. Menaruh di atas nakas lalu dia melihatku.Kami saling tatap kemudian. Hilma hanya memandangiku

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Naik Ranjang   Ch. 88 || SEASON 2

    Di ruang makan, aku sarapan bersama si kembar. Hilma masih tidak ingin berada di dekatku. Dia memilih menikmati sarapan paginya di teras depan.Hingga sarapan telah selesai. Si kembar lanjut bermain di ruangannya. Sedangkan aku, telah siap untuk berangkat ke kantor.Aku berpamitan lebih dulu pasa si kembar yang asyik dengan mainannya."Sayang, aku berangkat dulu," pamitku kemudian pada Hilma yang menemani si kembar.Hilma hanya mengangguk. Meraih tanganku lalu diciumnya asal. Kuhembus napas kasar, lalu merangkul pundaknya untuk mengecup keningnya seperti biasa.Cup~"Huuuekkkk!!" Baru saja bibirku menyentuh keningnya. Hilma serta merta berdiri dan berlari ke arah dapur, sambil membekap mulutnya yang akan muntah.Astaga.Di dapur sana, terdengar Hilma muntah-muntah hebat. Aku memijat pangkal hidungku. Tidak mengerti dengan reaksi Hilma yang segitunya.Apa sebegitu baunya aku di hidungnya?Kutarik napas kasar. Melirik arloji di pergelangan tangan, sudah waktunya aku berangkat. Namun, H

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01

Bab terbaru

  • Naik Ranjang   263

    Aku membawa Halwa ke dalam kamar. Menutup pintu menggunakan kaki hingga berdebam kencang. Melanjutkan langkah menuju tempat tidur, lalu menjatuhkan bobotku tanpa menurunkan Halwa lebih dulu. Posisinya yang digendong seperti bayi koala, membuat ia kini berada di atas tubuhku yang sudah setengah bersandar di headboard kasur.Kedua tanganku terulur mengusap sisi rambutnya. Membelai wajah cantik itu lalu menyelipkan rambut ke belakang dan telinganya bersama pandangan kami yang saling mengunci."Syaratnya ... apa boleh aku meminta hak sebagai suami? Apa kamu tidak keberatan aku memintanya malam ini?" tanyaku seraya mengungkap syarat yang kumaksud.Halwa menunduk sambil menggigit bibirnya. Menggerakkan bola matanya tak tentu arah seakan salah tingkah. "Kamu ... menginginkannya malam ini, Mas? Tapi ... kondisiku seperti ini. Bagaimana jika tidak berjalan maksimal? Emmh, maksudku, tanganku sedang cedera seperti ini, apa tidak akan jadi masalah?"Aku tersenyum kecil dengan kedua tangan masih ak

  • Naik Ranjang   262

    Secangkir teh tawar hangat akhirnya tersaji. Aku bersama Halwa duduk berdua mengisi meja makan. Ia menikmati segelas susu vanila dengan roti selai kacang meski menggunakan tangan kirinya. Sampai kemudian Halwa selesai lebih dulu dan barulah aku. Halwa telah bangkit, membereskan meja makan bekas kami sarapan dengan satu tangannya."Udah, biar aku yang beresin," ujarku sembari menahan tangan Halwa.Ia menggeleng dan menarik tangannya dariku. "Gak papa, Mas. Biar aku aja," tolaknya masih terus membereskan meja.Aku lantas membiarkan. Halwa selesai menumpuk piring serta cangkir yang tadi kami gunakan. Ia beranjak dari meja makan ini, membawa perabot kotor menuju wastafel pencuci piring.Namun, tentu saja aku tak tinggal diam. Lekas aku menyusul dan berdiri di belakangnya. Terlihat sekali Halwa tak mampu bekerja dengan normal hanya dengan satu tangan. Aku menyentak napas membuatnya berbalik badan. Cepat aku meraih pinggangnya. Membawa tubuhnya sedikit bergeser lalu mengangkat hingga ia te

  • Naik Ranjang   261

    Setibanya di kamar, aku menurunkan Halwa di tempat tidur. "Aku siapkan dulu airnya, ya?"Halwa mengangguk cepat. Aku menjauh dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi berdinding kaca. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub, tak lupa menambahkan bath bomb hingga berbuih dan wangi semerbak.Setelah air siap, aku kembali menemui Halwa yang terduduk di bibir tempat tidur."Air hangat sudah siap," ucapku memberitahu. Aku lalu menjatuhkan tubuh di hadapan Halwa. Bertumpu dengan kedua lutut hingga tinggi kami sejajar.Aku mengulurkan tangan menangkup wajahnya yang bulat. Manik mata itu seakan menghipnotis membuatku selalu ingin menatapnya lama-lama. Semburat senyum tersungging di bibir Halwa. Tangannya tergerak meraih tanganku yang tengah membelai pipinya."Buka kerudungnya, ya?" ucapku merasa perlu meminta izin. Halwa mengangguk tanpa protes. Tanganku lalu dengan cepat menyingkap kain penutup kepalanya hingga terlepas.Aku tak mampu berpaling. Kupandangi Halwa dengan tangan menyelipkan si

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (260)

    260#Aku membawa kepala Halwa tenggelam di dada. Tidak peduli di jalanan umum, aku masih tetap mendekapnya erat. Kubelai lembut kepalanya yang tertutup kerudung instan. Wajahku tenggelam, menciumi puncak kepalanya. Entah keberanian darimana, entah bagaimana bisa aku melakukan semua, mendekapnya erat dan tanpa ragu seperti saat ini.“Jangan pergi …,” ucapku lirih tanpa berhenti mengecup puncak kepalanya. Terasa dekapan tangan Halwa kian erat di pinggang.“Aku sudah mengecewakan kamu, Mas. Aku bukan perempuan yang baik. Aku rasanya tidak pantas menjadi pendamping pria setulus dan sebaik kamu,” sahutnya membuatku menggeleng.“Gak ada yang bilang seperti itu. Abi dan Ummi tidak akan membiarkanku menikahi perempuan yang salah,” jawabku tanpa melepaskan dekapan.“Ehhem, ehhem. Jadi gimana nih? Mau peluk-pelukan terus di sini gitu?” Suara Abi membuat Halwa menarik diri dari dekapanku. Sementara aku membalik badan hingga berhadapan deng

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (259)

    259.Zulfikar mendengkus. “Mas Seno kenapa kayak kaget gitu, sih? Masa’ istrinya pergi ke rumah orang tuanya Mas gak tahu?”Aku menggeleng menanggapi keheranan dari adikku itu, “Mas gak tahu, Fik.”“Emangnya Mas ke mana? Mas gak tidur di rumah? Mas biarin Mba Halwa sendirian di rumah?”Aku menggeleng pelan. “Gak gitu, Mas Cuma ketiduran di masjid.”“Ya ampun … Mas. Bisa-bisanya malah ketiduran di masjid dan gak tahu istrinya pulang ke rumah orang tuanya.”Aku merasa gusar. Benar-benar tidak menyangka jika Halwa akan pergi ke rumah orang tuanya. Hatiku mendadak tidak enak. “Tolong sekarang kamu telfon Abi atau Ummi, Fik,” pintaku pada adik bontotku tersebut.“Mau ngapain, Mas?”“Ya bilang sama Abi, kalau Mas mau ikut.“Mas tinggal nyusul aja nanti. Mas belum siap-siap juga!”Aku mendesah. Aku lantas menjelaskan pada Fikar apa yang sednag terjadi.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (258)

    258.Detik dari jarum jam duduk di atas nakas terus terdengar. Menemani malamku yang berlalu tanpa bisa tidur. Sejak masuk kamar dan memutuskan untuk membawa tubuh ini rebah di atas kasur, aku sama sekali belum dapat tidur. Entah sudah berapa kali aku berguling ke kana juga kiri. Tengkurap lalu terlentang lagi. Menutup wajah dengan bnatal. Membaca wirid tapi tetap sama. Aku tak dapat tidur. Aku masih terjaga. Entah kenapa, tapi satu yang terasa mengganggu malamku ialah Halwa dan pembicaraan kami tadi. Wajah cantik yang tak lagi dipenuhi keangkuhan itu tertus membayang di pelupuk mata. Juga pelukannya yang tiba-tiba ia lakukan padaku. Semua terasaa membekas dan menari-nari dalam ingatan.“Fiuhh …’’ Aku mendesah seraya memutar badan hingga terlentang. Menatap langit-lagit kamar dengan perasaan entah.Terdiam sesaat sebelum kemudian tangan ini terulur meraih jam di atas nakas. “Jam dua malam, tapi aku masih gak ngantuk,” gumamku lirih. Kuhembus napas kasar dan akhirnya menyibak selimut.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (257)

    257.Aku membisu.Kupandangi paras cantik perempuan di hadapanku ini. Memandangnya tak mengerti sama sekali. Begitu juga dengannya yang menatapku. Pendar mata itu kini lain. Tidak ada binar keangkuhan di sana. Melainkan tatap sayu dan raut memelas yang kulihat. Tidak ada jejak kesombongan serta kebencian yang sebelumnya selalu tegas ia tunjukkan.Genggamannya di tanganku terasa lebih erat. Membuatku akhirnya tersadar dan aku menarik tanganku hingga terlepas dari pegangannya.“Mas?”Aku menggeleng cepat. “Mau kamu ini sebenarnya apa?” tanyaku sambil menatapnya sengit.“M— mas?”Aku menepis tanganku ketika Halwa mencoba meraihnya lagi. “Di saat aku menaruh harapan besar pada pernikahan kita. Di saat aku mencoba membuka hati dan siap untuk memulai jalannya rumah tangga ini, kamu mematahkan hatiku begitu hebat. Kamu menjatuhkanku tanpa ampun hingga hati ini remuk. Kamu menolakku seakan aku ini adalah lelaki yang buruk dan tidak pantas dicintai. Kamu bukan hanya membuatku kecewa, tapi kam

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (256)

    256.Aku memijat kening dengan kepala agak menunduk. Mengumpulkan segenap kesadaran dalam diri. Meraup wajahku, menyugar rambut samil mengembus napas kasar. Membuka mata lebar-lebar dan ternyata semua ini bukan mimpi. Aku sama sekali tidak sedang bermimpi. Halwa benar-benar mengajakku untuk shalat dhuha berjamaah.“Bisa kamu ulangi?” ucapku hanya ingin memastikanjika ini bukanlah mimpi. Barangkali pendengaranku yang bermasalah.Terdengar helaan napas berat dari Halwa. “Kita berjamaah shalat dhuha di kamar, Mas.”Aku terdiam menatapnya.“Kamu mengigau?” tanyaku cepat,Halwa menggeleng pelan. “Aku gak lagi tidur, Mas. Jadi gak mungkin aku ngigau. Aku sadar. 100 persen!” tukasnya dengan yakin.Lagi-lagi aku melongo dibuatnya.Halwa memandangku samapi aku mengerjap dan memaligkan wajah. “ya sudah, kalau kamu mau kita berjamaah—““Aku tunggu di atas ya, Mas!” Halwa berucap cepat memotong perkataanku.“E—“ Ucapanku menggantung di udara. Halwa telah lebih dulu melangkah. Menjauh dari tempatk

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 BAB 255

    *“Ada remahan makanan di sini, Mas. Sekarang sudah bersih,” ucap Halwa sambil mengusap bawah bibirku. Jari tangannya masih bertengger di wajahku. Refleks wajahku tertarik ke belakang. Tanganku tergerak merraih jari jemarinya itu dan menurunkannya dari wajah ini.“lain kali kamu bisa memberitahu. Aku yang akan membersihkannya sendiri,” sahutku kemudian melangkah melewatinya.Aku melangkah tanpa mempedulikan lagi Halwa yang tertinggal di sana. Kakiku terus melangkah dan berjalan sampai keluar meninggalkan ruangan makan. Di mana akhirnya aku menghempaskan bobotku di sofa ruangan baca. Mengambi sebuah buku novel yang ada pada rak kecil di samping sofa ini. Tugas mengurusi Halwa untuk mandi dan sarapan sudah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan ke madrasah, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu di ruangan baca ini saja.Namun baru saja sampai pada lembar halaman ke tiga dari buku novel di tanganku, suara derap langkah menyapa indera pendengaran. Kepalaku terangkat seiring dengan derap y

DMCA.com Protection Status