Share

Ch. 198

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-08 22:03:19

198

🌺

Mas Arsa mendelik tajam menatapku. Namun aku tak gentar, aku turut menatapnya dengan tajam pula. Dapat kulihat raut tak bersahabat dari wajahnya. Bibirnya merengut dengan wajah tak suka. Aku tak ambil pusing. Cepat aku mengangkat tubuhnya dan menempatkan ia hingga terduduk di atas bangku plastik yang sejak Mas Arsa sakit, menjadi tempat duduk untuk membantunya mandi seperti sekarang.

Mas Arsa sudah duduk dan aku berdiri di hadapannya. Seketika rasa canggung dan malu menyeruak. Bagaimana pun, kami belum pernah berhubungan senormalnya suami istri. Aku menyentuh tengkuk leher merasa kebingungan. Harus dari mana aku memulainya. Tapi jika aku tidak membantu Mas Arsa mandi pagi ini, makin jauh kesempatanku untuk bersamanya. Makin kecil ruang untukku memulihkan ingatannya. Tapi di hadapan langsung begini, aku juga bingung harus memulai dari mana.

"Kenapa kamu diam? Berubah pikiran? Baguslah! Memang lebih baik kamu keluar dan biarkan aku mandi sendiri!" tukas Mas Arsa yang menengadah d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Edwin
Benerkan selalu lama up nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Naik Ranjang   Ch. 199

    199🌺Mas Arsa mendorong tubuhku hingga aku pun berdiri. "Berat!" hardiknya yang juga turut berdiri.Aku menunduk karena salah tingkah. Mas Arsa nampak membenahi celananya hingga naik dan terpasang sempurna."Aku bilang gak usah bantu. Kamu bukan bantu, cuma ganggu!" hardiknya lagi yang kini telah duduk di ujung kasur.Bibirku mengerucut karena ia berkata seperti itu. Aku berusaha tak peduli. Aku berbalik badan dan berjalan cepat menuju cermin rias. Mengambil gel rambut juga sisir dan kembali mendekati Mas Arsa."Mau apalagi? Kamu gak bisa denger? Gak usah lagi kamu bantu aku! Aku bisa sendiri!" hardiknya dengan ketus. Dia juga merebut sisir serta wadah gel di tanganku.Aku menyentak napas kasar karenanya. Aku merebut kembali wadah gel hingga berada di tanganku lagi. Membuka dan mencoleknya dengan tanganku. Meratakan di telapak tanganku lalu mengoleskannya di rambut Mas Arsa."Kamu lupa? Aku gak ngerti bahasa m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Naik Ranjang   Ch.200

    200🌺Senja menggelayut di langit barat. Menemani langkahku meninggalkan rumah Mas Arsa yang kosong. Debu di mana-mana saat aku memasukinya tadi. Sayang memang, tapi Ibu dan Ayah tidak ingin menyewakannya.Aku sudah keluar dari komplek perumahan. Menunggu di pinggir jalan angkutan umum yang akan lewat. Hingga tak sampai lima menit menunggu, kendaraan roda empat yang menjadi transportasi umum nampak mendekat. Aku pun menghentikannya dan segera naik. Duduk di dekat pintunya karena penumpang sudah penuh dan cukup berdesakan.Angkot yang kutumpangi mulai melaju. Menembus jalanan sore hari yang cukup padat. Berjibaku dengan kemacetan sampai kurang lebih dua puluh menit berkendara, mobil pun menepi. Beberapa penumpang turun, termasuk denganku.Berdiri di samping pintu depan sambil mengambil uang untuk membayar ongkos. "Ini, Pak," ucapku mengulurkan uang pada sopir angkotnya.Bretttt!"Jambreeet!" Aku berteriak ketika tas slem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Naik Ranjang   Ch. 201

    201🌺"Bisa gak, gak usah pura-pura kepleset biar aku ada di atas kamu Begini? Bisa gak, kamu gak usah cari-cari kesempatan terus? Gak usah modus-modus terus, bisa gak, sih?"Bibirku mengerucut dan keningku mengernyit. Mas Arsa nampak mencoba berdiri dari tubuhku dengan susah payah. Hingga akhirnya Mas Arsa benar-benar bangkit lalu duduk kembali di bangku plastik.Aku pun menyusul bangkit dengan bokong yang terasa ngilu. "Siapa yang modus, sih? Aku beneran kepleset. Kurang kerjaan banget modusin kamu!" jawabku sambil membenahi kain pakaianku yang ternyata basah."Halah. Akal-akalan kamu aja itu, biar bisa mepet aku terus! Kalau bukan karena terpaksa, aku gak mau ya dibantu kamu mandi seperti ini. Kita bukan mahram. Gak boleh kamu sentuh-sentuh aku seenaknya. Kamu pikir aku laki-laki macam apa, bisa kamu sentuh sesukanya! Aku bukan lelaki gampangan. Asal kamu tahu!" hardiknya hingga mataku memicing.Aku menggelengkan kepala seraya mendecih. "Aneh!" pungkasku membawa kaki melangkah kel

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Naik Ranjang   Ch. 202

    202🌺Aku menyerah.Tidak ada lagi yang bisa aku harapkan. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan. Selain mengambil keputusan ini. Seperti yang sudah Ayah dan Ibu katakan. Maka hari ini, aku akan mendaftarkan gugatan perceraian terhadap Mas Arsa.Enam bulan lebih aku merawat mas Arsa. Memperjuangkan rasa serta rumah tangga ini. Namun mas Arsa tak kunjung sembuh dan mengingatku. Di matanya aku tetaplah orang asing yang tidak ia kenali.Sebenarnya aku masih ingin memperjuangkannya. Namun, harapan itu pun juga tipis.Lelaki yang ku perjuangkan. Lelaki yang aku rawat sepenuh hati, nyatanya tak pernah menerima apa yang aku lakukan. Aku tak berharap ucapan terimakasih darinya. Aku hanya berharap, ia mau sedikit saja berusaha mengingat tentang kami. Namun tak bisa. Mas Arsa justru makin ketus dan menolakku, terlebih satu bulan terakhir ini ia sudah mulai mampu lepas dari kursi rodanya meski tidak sepenuhnya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • Naik Ranjang   Ch. 203

    "Maira?" gumam Mas Arsa membuatku melotot, saking tak percaya dengan apa yang kudengar."K—kamu memanggil namaku, Mas?" Suaraku bergetar. Bagaimana tidak? Setelah enam bulan hidup bagai orang asing dan Mas Arsa begitu menjaga jarak denganku. Kini, tiba-tiba saja ia menyebut namaku.Terlihat Mas Arsa mengangguk pelan. Tangannya yang kugenggam perlahan ia lepaskan, kemudian ia ulurkan menyentuh pipiku lalu membelainya. Lembut sekali."Kamu benar Maira 'kan?" ucapnya lagi dengan suara lemah.Bibirku bergetar. Merasa seperti mimpi tapi aku sangat yakin, aku sedang tidak tidur. Ini nyata.Seketika aku pun mendaratkan kepala di atas dadanya. Mendekapnya dengan tangis yang tiba-tiba saja tumpah. Ada perasaan yang tidak bisa aku ungkapkan."Kenapa, Mai? Kenapa kamu menangis? Kamu menangisi keadaanku? Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Hanya kepala ini memang terasa agak sakit," ucapnya sambil mengelus punggungku.Aku menggeleng sambil masih terisak di atas dadanya."Sudah, Mai. Aku baik-bai

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Naik Ranjang   Ch. 204

    204.#"Bagaimana keputusan kamu setelah tiga puluh hari yang kita lewati bersama, Mai?Aku menatap manik mata tajam Mas Arsa di hadapan. Malam sudah semakin sunyi dan kini aku bersamanya di dalam kamar. Duduk berhadapan di atas tempat tidur. Setelah setengah jam sebelumnya, kami menghabiskan waktu berkumpul di ruangan televisi. Di mana akhirnya, aku mengurungkan niat untuk melanjutkan gugatan perceraian terhadap Mas Arsa.Mas Arsa menyentuh serta membelai lembut pipiku. Jujur aku terbuai, terlebih pandangan matanya begitu tajam menghipnotis."Aku … mulai mencintai kamu, Mas," ucapku kemudian.Kulihat binar mata Mas Arsa dengan mulut sedikit terbuka. Mungkin jawabanku mengejutkannya, tapi aku sungguh-sungguh dengan jawabanku.Mas Arsa lalu meraih tangan, mengangkat lalu ia mengecupnya mesra. "Terima kasih Mai. Terima kasih untuk waktu dan kesempatan kedua yang kamu berikan, sampai akhirnya hati k

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Naik Ranjang   205

    205.Pagi hari kami semua sarapan bersama. Berkumpul di ruangan makan rumah Ibu. Aku dan Mas Arsa masih tinggal di sini entah untuk sampai berapa hari. Kami belum tahu.Di meja makan, sudah terhidang menu makanan lengkap. Usai shalat Subuh berjamaah di mushola rumah, aku dan Ibu langsung berkutat di dapur untuk memasak.Semalam, tidak terjadi apa-apa antara aku dan Mas Arsa. Ia hanya mengerjaiku dengan menggoda sebelumnya. Sejujurnya, ia juga masih merasa dag dig dug saat kami baru bersentuhan. Sengatan listrik terasa begitu tajam menghantam kami saat kontak fisik itu terjadi.Meski deg-degan dan juga ser-seran. Tapi aku menikmatinya. Menikmati rasa yang hadir dan terasa indah memenuhi relung hati.Pagi ini kami sama-sama menikmati sarapan. Keanu pun nampak tenang duduk di kursinya sambil memakan makanan di piringnya."O ya Bu, Yah, ada yang mau aku bicarakan," ucap Hafsa setelah makan pagi kami baru saja selesai."Bicara apa, Sayang?" tanya Ibu yang duduk persis di sebelah kanan anak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Naik Ranjang   206

    Dua Minggu kemudian ....Mas Arsa mewujudkan apa yang ia katakan saat di meja makan. Kini aku sudah berada di satu penginapan di daerah Bali. Kami akan berlibur di sini untuk beberapa hari ke depan. Ayah dan Ibu turut serta. Sementara Hafsa sudah kembali ke yayasannya sehingga tidak ikut dengan kami.Kami menyewa dua kamar penginapan yang saling berhadapan. Ayah dan Ibu mengisi di bagian barat, lalu aku bersama Mas Arsa mengisi bagian timur. Kamar penginapan dengan gaya bangunan khas pulau Dewata dan berjarak sepuluh menit dari pantai dengan berjalan kaki.Hari sudah malam sekarang. Aku duduk sendirian di teras penginapan yang langsung menghadap pada kamar Ayah dan juga Ibu. Pintunya tertutup rapat, entah mungkin Ayah dan Ibu sudah tidur karena seharian tadi kami bermain di pantai. Tidak terdengar juga tangisan putraku yang ada di sana bersama Oma dan Opanya."Mai, kamu ngapain di sini?" Mas Arsa muncul dari dalam. Hanya berbalut handuk dan sedang menggosok rambutnya."Lagi duduk aja,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07

Bab terbaru

  • Naik Ranjang   263

    Aku membawa Halwa ke dalam kamar. Menutup pintu menggunakan kaki hingga berdebam kencang. Melanjutkan langkah menuju tempat tidur, lalu menjatuhkan bobotku tanpa menurunkan Halwa lebih dulu. Posisinya yang digendong seperti bayi koala, membuat ia kini berada di atas tubuhku yang sudah setengah bersandar di headboard kasur.Kedua tanganku terulur mengusap sisi rambutnya. Membelai wajah cantik itu lalu menyelipkan rambut ke belakang dan telinganya bersama pandangan kami yang saling mengunci."Syaratnya ... apa boleh aku meminta hak sebagai suami? Apa kamu tidak keberatan aku memintanya malam ini?" tanyaku seraya mengungkap syarat yang kumaksud.Halwa menunduk sambil menggigit bibirnya. Menggerakkan bola matanya tak tentu arah seakan salah tingkah. "Kamu ... menginginkannya malam ini, Mas? Tapi ... kondisiku seperti ini. Bagaimana jika tidak berjalan maksimal? Emmh, maksudku, tanganku sedang cedera seperti ini, apa tidak akan jadi masalah?"Aku tersenyum kecil dengan kedua tangan masih ak

  • Naik Ranjang   262

    Secangkir teh tawar hangat akhirnya tersaji. Aku bersama Halwa duduk berdua mengisi meja makan. Ia menikmati segelas susu vanila dengan roti selai kacang meski menggunakan tangan kirinya. Sampai kemudian Halwa selesai lebih dulu dan barulah aku. Halwa telah bangkit, membereskan meja makan bekas kami sarapan dengan satu tangannya."Udah, biar aku yang beresin," ujarku sembari menahan tangan Halwa.Ia menggeleng dan menarik tangannya dariku. "Gak papa, Mas. Biar aku aja," tolaknya masih terus membereskan meja.Aku lantas membiarkan. Halwa selesai menumpuk piring serta cangkir yang tadi kami gunakan. Ia beranjak dari meja makan ini, membawa perabot kotor menuju wastafel pencuci piring.Namun, tentu saja aku tak tinggal diam. Lekas aku menyusul dan berdiri di belakangnya. Terlihat sekali Halwa tak mampu bekerja dengan normal hanya dengan satu tangan. Aku menyentak napas membuatnya berbalik badan. Cepat aku meraih pinggangnya. Membawa tubuhnya sedikit bergeser lalu mengangkat hingga ia te

  • Naik Ranjang   261

    Setibanya di kamar, aku menurunkan Halwa di tempat tidur. "Aku siapkan dulu airnya, ya?"Halwa mengangguk cepat. Aku menjauh dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi berdinding kaca. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub, tak lupa menambahkan bath bomb hingga berbuih dan wangi semerbak.Setelah air siap, aku kembali menemui Halwa yang terduduk di bibir tempat tidur."Air hangat sudah siap," ucapku memberitahu. Aku lalu menjatuhkan tubuh di hadapan Halwa. Bertumpu dengan kedua lutut hingga tinggi kami sejajar.Aku mengulurkan tangan menangkup wajahnya yang bulat. Manik mata itu seakan menghipnotis membuatku selalu ingin menatapnya lama-lama. Semburat senyum tersungging di bibir Halwa. Tangannya tergerak meraih tanganku yang tengah membelai pipinya."Buka kerudungnya, ya?" ucapku merasa perlu meminta izin. Halwa mengangguk tanpa protes. Tanganku lalu dengan cepat menyingkap kain penutup kepalanya hingga terlepas.Aku tak mampu berpaling. Kupandangi Halwa dengan tangan menyelipkan si

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (260)

    260#Aku membawa kepala Halwa tenggelam di dada. Tidak peduli di jalanan umum, aku masih tetap mendekapnya erat. Kubelai lembut kepalanya yang tertutup kerudung instan. Wajahku tenggelam, menciumi puncak kepalanya. Entah keberanian darimana, entah bagaimana bisa aku melakukan semua, mendekapnya erat dan tanpa ragu seperti saat ini.“Jangan pergi …,” ucapku lirih tanpa berhenti mengecup puncak kepalanya. Terasa dekapan tangan Halwa kian erat di pinggang.“Aku sudah mengecewakan kamu, Mas. Aku bukan perempuan yang baik. Aku rasanya tidak pantas menjadi pendamping pria setulus dan sebaik kamu,” sahutnya membuatku menggeleng.“Gak ada yang bilang seperti itu. Abi dan Ummi tidak akan membiarkanku menikahi perempuan yang salah,” jawabku tanpa melepaskan dekapan.“Ehhem, ehhem. Jadi gimana nih? Mau peluk-pelukan terus di sini gitu?” Suara Abi membuat Halwa menarik diri dari dekapanku. Sementara aku membalik badan hingga berhadapan deng

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (259)

    259.Zulfikar mendengkus. “Mas Seno kenapa kayak kaget gitu, sih? Masa’ istrinya pergi ke rumah orang tuanya Mas gak tahu?”Aku menggeleng menanggapi keheranan dari adikku itu, “Mas gak tahu, Fik.”“Emangnya Mas ke mana? Mas gak tidur di rumah? Mas biarin Mba Halwa sendirian di rumah?”Aku menggeleng pelan. “Gak gitu, Mas Cuma ketiduran di masjid.”“Ya ampun … Mas. Bisa-bisanya malah ketiduran di masjid dan gak tahu istrinya pulang ke rumah orang tuanya.”Aku merasa gusar. Benar-benar tidak menyangka jika Halwa akan pergi ke rumah orang tuanya. Hatiku mendadak tidak enak. “Tolong sekarang kamu telfon Abi atau Ummi, Fik,” pintaku pada adik bontotku tersebut.“Mau ngapain, Mas?”“Ya bilang sama Abi, kalau Mas mau ikut.“Mas tinggal nyusul aja nanti. Mas belum siap-siap juga!”Aku mendesah. Aku lantas menjelaskan pada Fikar apa yang sednag terjadi.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (258)

    258.Detik dari jarum jam duduk di atas nakas terus terdengar. Menemani malamku yang berlalu tanpa bisa tidur. Sejak masuk kamar dan memutuskan untuk membawa tubuh ini rebah di atas kasur, aku sama sekali belum dapat tidur. Entah sudah berapa kali aku berguling ke kana juga kiri. Tengkurap lalu terlentang lagi. Menutup wajah dengan bnatal. Membaca wirid tapi tetap sama. Aku tak dapat tidur. Aku masih terjaga. Entah kenapa, tapi satu yang terasa mengganggu malamku ialah Halwa dan pembicaraan kami tadi. Wajah cantik yang tak lagi dipenuhi keangkuhan itu tertus membayang di pelupuk mata. Juga pelukannya yang tiba-tiba ia lakukan padaku. Semua terasaa membekas dan menari-nari dalam ingatan.“Fiuhh …’’ Aku mendesah seraya memutar badan hingga terlentang. Menatap langit-lagit kamar dengan perasaan entah.Terdiam sesaat sebelum kemudian tangan ini terulur meraih jam di atas nakas. “Jam dua malam, tapi aku masih gak ngantuk,” gumamku lirih. Kuhembus napas kasar dan akhirnya menyibak selimut.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (257)

    257.Aku membisu.Kupandangi paras cantik perempuan di hadapanku ini. Memandangnya tak mengerti sama sekali. Begitu juga dengannya yang menatapku. Pendar mata itu kini lain. Tidak ada binar keangkuhan di sana. Melainkan tatap sayu dan raut memelas yang kulihat. Tidak ada jejak kesombongan serta kebencian yang sebelumnya selalu tegas ia tunjukkan.Genggamannya di tanganku terasa lebih erat. Membuatku akhirnya tersadar dan aku menarik tanganku hingga terlepas dari pegangannya.“Mas?”Aku menggeleng cepat. “Mau kamu ini sebenarnya apa?” tanyaku sambil menatapnya sengit.“M— mas?”Aku menepis tanganku ketika Halwa mencoba meraihnya lagi. “Di saat aku menaruh harapan besar pada pernikahan kita. Di saat aku mencoba membuka hati dan siap untuk memulai jalannya rumah tangga ini, kamu mematahkan hatiku begitu hebat. Kamu menjatuhkanku tanpa ampun hingga hati ini remuk. Kamu menolakku seakan aku ini adalah lelaki yang buruk dan tidak pantas dicintai. Kamu bukan hanya membuatku kecewa, tapi kam

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (256)

    256.Aku memijat kening dengan kepala agak menunduk. Mengumpulkan segenap kesadaran dalam diri. Meraup wajahku, menyugar rambut samil mengembus napas kasar. Membuka mata lebar-lebar dan ternyata semua ini bukan mimpi. Aku sama sekali tidak sedang bermimpi. Halwa benar-benar mengajakku untuk shalat dhuha berjamaah.“Bisa kamu ulangi?” ucapku hanya ingin memastikanjika ini bukanlah mimpi. Barangkali pendengaranku yang bermasalah.Terdengar helaan napas berat dari Halwa. “Kita berjamaah shalat dhuha di kamar, Mas.”Aku terdiam menatapnya.“Kamu mengigau?” tanyaku cepat,Halwa menggeleng pelan. “Aku gak lagi tidur, Mas. Jadi gak mungkin aku ngigau. Aku sadar. 100 persen!” tukasnya dengan yakin.Lagi-lagi aku melongo dibuatnya.Halwa memandangku samapi aku mengerjap dan memaligkan wajah. “ya sudah, kalau kamu mau kita berjamaah—““Aku tunggu di atas ya, Mas!” Halwa berucap cepat memotong perkataanku.“E—“ Ucapanku menggantung di udara. Halwa telah lebih dulu melangkah. Menjauh dari tempatk

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 BAB 255

    *“Ada remahan makanan di sini, Mas. Sekarang sudah bersih,” ucap Halwa sambil mengusap bawah bibirku. Jari tangannya masih bertengger di wajahku. Refleks wajahku tertarik ke belakang. Tanganku tergerak merraih jari jemarinya itu dan menurunkannya dari wajah ini.“lain kali kamu bisa memberitahu. Aku yang akan membersihkannya sendiri,” sahutku kemudian melangkah melewatinya.Aku melangkah tanpa mempedulikan lagi Halwa yang tertinggal di sana. Kakiku terus melangkah dan berjalan sampai keluar meninggalkan ruangan makan. Di mana akhirnya aku menghempaskan bobotku di sofa ruangan baca. Mengambi sebuah buku novel yang ada pada rak kecil di samping sofa ini. Tugas mengurusi Halwa untuk mandi dan sarapan sudah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan ke madrasah, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu di ruangan baca ini saja.Namun baru saja sampai pada lembar halaman ke tiga dari buku novel di tanganku, suara derap langkah menyapa indera pendengaran. Kepalaku terangkat seiring dengan derap y

DMCA.com Protection Status