Share

Ch. 162

Ayah lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Cukup lama hingga aku hanya bisa termenung memandangi gundukan tanah di depanku.

Terdengar hembusan napas berat dari Ayah. Sampai kemudian Ayah mengajakku untuk pulang. Bersama Ayah, aku pun menjauh dari pusara dan berjalan menyusuri blok demi blok hingga keluar dari area pemakaman.

Komplek pemakaman berada di blok paling belakang perumahan tempat tinggal Ayah. Sekitar sepuluh menit berjalan kaki, aku dan Ayah pun akhirnya tiba di depan rumah.

Melewati pagar, Ayah melangkah lebar masuk ke dalam rumah meninggalkanku di belakangnya. Membuatku tertinggal agak jauh dari Ayah. Punggung tegap Ayah telah masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan aku baru saja menghempas bobotku di sofa ruang tamu.

Hafsa dan juga Halwa keluar dari dalam kamar Ayah. Mereka mendekat dan duduk di sebelahku.

"Bang, kasihan Ibu," ucap Halwa seketika.

"Iya, Bang. Ibu gak mau makan. Gak ada yang masuk ke perutnya dari semalam," sambung Hafsa.

Aku menatap pada kedua ad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status