Beranda / Romansa / Naik Kelas Setelah Ditindas / Ungkapan Kemarahan Arumi

Share

Ungkapan Kemarahan Arumi

Penulis: Digoda Sabang
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-20 17:56:52

Saat jarak dengan lelaki itu hanya bersisa tiga langkah lagi saja, aku kembali berhenti. Kaku, wajah itu ... ah, rasanya ada kristal yang hendak menyeruak dari netra. Ingin memanggilnya 'Ayah' tetapi suaraku tak kuasa bergema.

Tanpa menyangka, justru beliau yang mendekat. Kurasakan kaki dan tanganku mendingin. Saat sedekat ini, aku harus apa?

"Arumi ...!" Suara lelaki yang harusnya kusebut Ayah itu memanggil namaku dengan serak.

Jika aku tidak salah mendengar, beliau pun sepertinya menyimpan sesak yang luar biasa.

"Maafkan Ayah, Maafkan ...!" ucapnya sembari merangkul tubuhku dan membawa ke pelukannya.

Air mata yang sedari tadi aku tahan tumpah juga akhirnya. Bingung dan tergugu, bahkan aku tak ingat untuk membalas pelukan ini. Aku hanya mematung dalam dekapannya.

"A-a-ayah ..."

Akhirnya, setelah dua puluh enam tahun, panggilan itu menemukan muaranya. Pernah memang aku menghayalkan pertemuan ini. Namun, entah mengapa saat menjadi kenyataan rasanya aneh dan asing.

"Ini rumahmu, Nak," u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Pengakuan Ayah

    "Ayah, aku memang pernah sangat membencimu, ta-tapi itu dulu saat aku belum berdamai dengan hatiku sendiri." Aku memulai kalimat pertamaku dengan terbata di antara suara Isak yang belum sepenuhnya reda.Sembari mengusap wajah dengan tisu yang memang berada di atas meja, aku kembali melanjutkan, "saat aku mulai dewasa dan mencoba memahami keadaan, kebencian itu sedikit luntur berganti dengan perasaan tidak peduli, bahkan, -maaf Ayah- aku pernah sampai pada tahap menganggapmu juga telah tiada seperti halnya Ibu."Aku lihat Ayah menyeka matanya, mendengarkan semua kalimatku dengan seksama."Bicaralah lagi, Nak, kenapa diam?" Ayah menanggapi karena aku berhenti bersuara."Saat temanku mencoba memperlihatkan foto Karina di Instagram, aku pun sudah apatis untuk percaya bahwa mungkin kita akan bertemu di dunia ini, Ayah ..."Aku kembali berhenti berucap, menunggu respon Ayah, ternyata beliau tetap diam menunggu kalimat demi kalimat dari bibirku."Sekarang, aku sudah berdamai dengan hati dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-20
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Isi Kotak Ayah

    Setelah Map tersebut terbuka, Ayah menarik isinya."Lihat ini, Arumi ... " ujarnya tersenyum.Sontak mataku membelalak, melihat apa yang Ayah keluarkan dari dalam Map itu."Ayah menyimpan ini semua bukan karena tidak ikhlas atau ingin diakui ..."Tatapan mata kami bertemu setelah Ayah menjeda kalimatnya."Ini semua hanya cara Ayah agar tidak merasa semakin bersalah."Aku mengambil bundelan kertas-kertas usang tersebut. Beragam bukti transfer sejumlah uang terlihat paling atas. Ada sebagian yang telah berwarna kekuningan bahkan tidak sedikit yang tulisannya sudah sulit terbaca.Aku mulai membongkar semuanya sampai pada surat-surat yang dapat dipastikan telah berusia puluhan tahun di bagian paling bawah dari bundelan."Ayah selalu mengirimkan untukmu sebagai kewajiban seorang Ayah." Penjelasan Ayah tidak kutanggapi karena aku mulai membaca surat-surat itu."Ayah berhenti mengirimkan biaya untukmu setelah kamu menikah ...""Jadi Wak Djalil tahu keberadaan Ayah?" tanyaku memotong penjelas

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Bentakan Karina

    Tanpa menghiraukan kekagetan Rendra, ayah terus berbicara. Setiap masang mata di ruangan ini saling berpandangan tanpa suara. Setelahnya, sebelum meninggalkan ruangan ini, mereka semua menyalamiku satu persatu dan mengucapkan kata 'selamat datang'."Rendra, ajak Arumi berkeliling hotel dan jelaskan apa pun tentang hotel yang perlu Arumi tahu," ujar ayah setelah hanya tinggal kami bertiga di ruangan rapat.Tampak Rendra mengangguk saja, "Ayo, Rumi!" ajaknya datar.Aku mengikuti langkah Rendra."Rendra, setelah berkeliling antarkan kembali Arumi ke ruangannya, Papa tunggu di sana."Kemudian Ayah mendahului kami keluar dari ruangan ini.Sudah hampir lima belas menit berkeliling, tetapi sikap Rendra berbeda. Tidak seperti biasanya, ramah dan hangat."Mas, apa kamu sakit?" tanyaku menyela penjelasan demi penjelasan Rendra terkait hotel ini."Tidak, aku baik-baik saja, Rumi."Rendra melanjutkan langkahnya. Setiap kali berpapasan dengan beberapa orang yang berseragam hotel ia memperkenalkank

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Aku Orang Lain

    "Sayang, kamu pasti capek 'kan? Istirahat sana ke dalam!" Mama menghampiriku setelah melotot ke arah Karina."Tapi, Ma, Karina ...." aku menatap Karina yang pandangan matanya seperti akan mengulitiku hingga tak bersisa."Sudah, jangan pedulikan Karina. Adikmu sedang latihan itu, dia dapat kontrak FTV." Mama menjelaskan sembari mengusap pundakku pelan.Pengalaman pertama belajar banyak hal terkait tanggung jawab dan apa saja tupoksi pekerjaanku di hotel memang sangat menguras tenaga. Karenanya, tanpa membantah lagi aku berlalu ke kamar menyusul Delima.Setelah mengajarkan Delima mengaji seusai Maghrib, terdengar ketukan di pintu kamar."Arumi, maaf, bisa kita bicara sebentar?" Rendra sudah berdiri di depan pintu saat aku membukanya.Segera aku menutup pintu dan membiarkan Delima bersama ponsel sedang berbicara dengan ayahnya. Kuikuti langkah kaki Rendra ke arah gazebo taman belakang."Ada apa, Mas?" tanyaku cepat karena setelah ini aku hendak menyuapi Delima makan malam."Apa kamu yaki

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Tamparan Arumi

    Karina mendekat. "Ikut aku!" ia menarik tanganku paksa, memutuskan tautan tangan antara aku dan Delima."Kamu apa-apaan ini?!" Kusentak tanganku hingga cengkeramannya terlepas."Oh, sudah mulai berani membentak ya?" tanyanya dengan suara pelan namun tatapannya begitu tajam seakan hendak menelanku bulat-bulat."Maaf Karina, bisakah kita bicara setelah aku menyuapi Delima makan malamnya? tunggulah sebentar, tidak akan lama."Kembali kegandeng Delima yang tampaknya kebingungan dengan keadaan yang terjadi dan membawanya ke dapur."Mak, kita akan sampai kapan di sini? kita tidak akan pulang lagikah?""Delima, kalau sedang makan itu tidak boleh bicara. Masih ingatkan yang Mamak bilang?"Tanpa lagi bersuara, Delima mengangguk dan mulai kembali mengunyah. Beruntungnya aku memiliki Delima, ia laksana malaikat yang selalu menguatkan. Cukup hanya memandang wajahnya saja, baterai tubuhku seperti terisi full."Wah, anak pintar ini, pasti akan cepat besar," ucapku sambil mendorong kursi dan menurun

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Pembagian Warisan

    "Berhenti!"Aku berpaling dengan kembali menurunkan tangan yang hendak kudaratkan sekali lagi di pipi mulus Karina."Kamu apa-apaan Arumi?" Mas Rendra menatapku tajam seperti ingin membalas tamparanku terhadap Karina melalui tatapan matanya.Tanpa menghiraukan mereka berdua --Karina yang menatapku nyalang dengan sebelah telapak tangan memegang pipi dan Mas Rendra dengan tatapan membunuhnya-- aku kembali duduk ke tempat semula.Berulangkali aku menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Mencoba meredakan degupan jantung yang berdetak di luar kelaziman.Seorang Arumi Keumala menampar orang, dan seingatku, selama aku hidup, ini pertama kali. Bayangan Kakek terlintas, cepat-cepat kugelengkan kepala, menghalau sendu wajahnya yang mungkin kecewa atas sikapku.Seharusnya kau harus lebih mampu mengontrol emosi, Arumi! Hardik hati menggantikan bayangan Kakek.Kembali kubuka mata yang sesaat terpejam. Karina dan Mas Rendra masih ada di hadapan. Saling diam, entah apa yang sekarang mereka pikir

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Terbongkar

    "Berhenti!"Aku berpaling dengan kembali menurunkan tangan yang hendak kudaratkan sekali lagi di pipi mulus Karina."Kamu apa-apaan Arumi?" Mas Rendra menatapku tajam seperti ingin membalas tamparanku terhadap Karina melalui tatapan matanya.Tanpa menghiraukan mereka berdua --Karina yang menatapku nyalang dengan sebelah telapak tangan memegang pipi dan Mas Rendra dengan tatapan membunuhnya-- aku kembali duduk ke tempat semula.Berulangkali aku menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Mencoba meredakan degupan jantung yang berdetak di luar kelaziman.Seorang Arumi Keumala menampar orang, dan seingatku, selama aku hidup, ini pertama kali. Bayangan Kakek terlintas, cepat-cepat kugelengkan kepala, menghalau sendu wajahnya yang mungkin kecewa atas sikapku.Seharusnya kau harus lebih mampu mengontrol emosi, Arumi! Hardik hati menggantikan bayangan Kakek.Kembali kubuka mata yang sesaat terpejam. Karina dan Mas Rendra masih ada di hadapan. Saling diam, entah apa yang sekarang mereka pikir

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Arumi Pulang

    Sejak kejadian itu, ayah membelikan sebuah apartemen untukku yang kami tinggali berempat bersama Delima, aku, seorang Asisten Rumah Tangga dan seorang Pengasuh.Baru saja aku merasakan punya keluarga lengkap yang tinggal bersama dalam sebuah rumah, kini harus 'terpisah' lagi. Namun, inilah yang terbaik. Ayah kerap datang hampir setiap sore untuk bermain dengan Delima dan juga mengobrol serta mengajariku banyak hal terkait pengelolaan hotel dan minimarket.Hari ini tepat setahun aku berkecimpung di dunia bisnis yang sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jangan membayangkan, memimpikan sekadar halu saja aku tak berani. Qadarullah, kini hal tersebut terwujud nyata di hadapan.Arumi, kamu berubah banyak, bisik hatiku sendiri. Netraku menangkap bayangan sesosok perempuan dalam balutan rok kulot lebar hitam dengan blouse berwarna teh susu serta dilengkapi blazer senada rok. Aku yakin, jika pulang ke Aceh mungkin mereka tidak akan percaya jika ini adalah Arumi.ddrrt ... ddrrt ...

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22

Bab terbaru

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Silaturrahmi Ke Rumah Mona

    "Iya, siang itu, Kak Mona datang saat beberapa karyawan sedang makan siang di belakang. Saat itu hanya ada saya dan dua orang lainnya. Setelah mengambil beberapa potong pakaian, ia mendatangi saya di meja kasir. Bukannya membayar, Kak Mona malah memaksa membuka laci. Alasannya, ingin melihat pemasukan hari itu." Sekali-sekali Mira mengusap air matanya."Saya menolak karena saya takut terjadi apa-apa. Saya tak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi pada toko.""Tapi 'kan Mona istrinya Bang Agam, Mir," aku menyela mengingatkan Mira."Iya, saya tahu Kak Rum, tapi hati kecil saya tidak mengizinkan saya untuk memberikan tahukan kode tersebut."Aku hanya mengangguk. Namun, masih penasaran kenapa Mira justru datang kemari untuk menceritakan ini semua padaku. Apakah Mira tahu kalau aku yang memberikan modal agar Toko Bang Agam bangkit lagi? Apa mungkin Bang Agam menceritakannya pada Mira? Entahlah."Bang Agam tidak pernah akur dengan Kak Mona. Bahkan, seringkali mereka bertengkar di toko ...."

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Mona Bertingkah Lagi

    Aku menautkan alis ke arah Mona, bersikap seolah dia bukan siapa-siapa yang perlu dipedulikan."Ngapain kamu di sini?" Mona mendekat ke tempat aku dan ibu berdiri. Menatapku dengan pandangan permusuhan yang begitu nyata. Bukankah seharusnya aku yang membencinya? aneh.Kualihkan mata ke wajah ibu, beliau justru menatap ke arah lain. Sebelum sempat kujawab pertanyaan Mona, bang Agam muncul dari dapur."Kamu ngapain kemari?" tanya bang Agam pada istrinya itu.Mona berpaling, "Oh, jadi sekarang kalian mau main-main di belakang aku dan di rumah ibu pula. Luar biasa," ucapnya sinis sambil bertepuk tangan.Terdengar ibu menghela napas berat. "Arumi itu anak saya, dan ini rumah saya. Jadi siapa pun yang datang ke rumah ini bukan urusan kamu." Tiba-tiba ibu bersuara begitu keras. Seumur-umur baru kali ini aku mendengar ibu berbicara sekeras itu."Pulang!" bang Agam mendekat dan menarik tangan Mona. Bukan Mona namanya jika langsung menurut.Ia meronta dan melepaskan tangannya dari cekalan bang

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Mengunjungi Ibu

    "Rum, maaf, boleh aku bertanya seuatu yang sedikit sensitif?" Tiba-tiba Hilman menyela dengan wajah yang tampak sungkan di tengah pembicaraan kami tentang konsep kafe.Aku hanya menautkan alis dengan sedikit anggukan samar, belum mampu menerka Hilman akan menanyakan apa."Maaf sebelumnya," ucapnya ragu-ragu."Benarkah jika Mona menikah dengan suamimu?" pungkasnya cepat seakan takut keraguannya sesaat tadi membuatnya tidak jadi mengeluarkan pertanyaannya ini."Mantan suami," jawabku cepat dengan senyum yang kubuat semanis mungkin. Aku ingin membuat Hilman tidak merasa bersalah dengan pertanyaannya, menunjukkan jika aku baik-baik saja."Kamu nggak apa-apa?" tanyanya dengan wajah iba."Santai saja, Man, nggak perlu mukanya begitu!" balasku tertawa."Jujur, mungkin jika pembicaraan ini kita lakukan dia tahun lalu, aku akan meneteskan air mata. Tapi, tidak dengan sekarang, Man. Kini, aku sudah berdamai dengan masa laluku itu." Aku menarik napas dan menjeda kalimat sejenak.Dengan memfokusk

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Syarat Arumi

    "Kamu serius?" Mata Bang Agam tampak dipenuhi binar-binar harap."Ada syaratnya." Kuulangi sekali lagi."Apa syaratnya?""Pertama, Mona tidak boleh tahu aku yang memberikan modal. Kedua, setiap bulan keuntungan dari toko nantinya kirimkan ke rekeningku, Abang hanya boleh mengambil untuk Ibu dan sedikit untuk diri Abang sendiri. Ketiga, aku tidak mau keuntungan tersebut Abang gunakan untuk menafkahi Mona satu rupiah pun. Bagaimana?" Aku tersenyum tipis menatap Bang Agam dengan mengerutkan dahi. Mungkin lebih tepatnya aku menyeringai bukan tersenyum.Setelah sekian menit berlalu, akhirnya Bang Agam mengangguk juga. Tentu saja, aku bersorak dalam hati karena aku masih manusia biasa belum menjadi malaikat yang bisa serta merta melupakan semua kesakitan yang pernah menghampiri hidupku."Baiklah, mari ikut aku Bang, kita buat kontrak dan sekaligus kuitansinya sekarang!" Aku berdiri memanggil pelayan warung kopi. Setelah membayar tagihan minuman kami, aku melangkah terlebih dulu. Ada suatu r

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Ngopi Bareng Agam

    "Bang Agam!""Apa kabar, Arumi?""Alhamdulillah, seperti yang Abang lihat.""Abang kenapa di sini? bukannya toko Abang di sebelah sana?" lanjutku bertanya sembari mengarahkan telunjuk ke ujung kanan jalan tempat toko pakaian besar milik Bang Agam.Bang Agam hanya menggeleng sebagai jawaban, "banyak yang terjadi dalam dua tahun ini, Arumi," ucapnya kemudian dengan tatapan menerawang."Abang sekarang bekerja di toko itu," lanjutnya menunjuk toko tempat pramuniaganya tadi meremehkanku seolah aku tidak akan sanggup membayar harga sebuah baju yang terpajang di manekinnya."Bekerja?" ejaku lirih. Bagaimana mungkin seorang Bang Agam bekerja di toko orang."Ceritanya panjang, Rum. Bisakah kita bicara sebentar?"Reflek aku mengangguk."Ayo, kalau begitu!"Aku mengikuti langkah Bang Agam yang berjalan cepat."Kita mau bicara di mana?" tanyaku cepat sebelum Bang Agam sempat menyeberang jalan."Di sudut sana ada warung kopi, kita bicara di sana saja ya, kamu sudah sarapan?""Sudah."***Warung ko

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Pernikahan Adam (2)

    Menahan sesak sendirian tanpa ada satu orang pun yang menyadarinya sungguh tak enak. Sekuat mungkin aku berusaha agar air mata tak menampakkan dirinya. Setidaknya, jangan di sini."Ima, jangan jalan-jalan dong, Sayang!" Aku mengikuti ke mana pun Delima melangkah dari depan. Sebenarnya jika tak kuikuti, Delima tak akan berlarian seperti ini, hanya saja kegiatan ini lah yang dapat kulakukan agar terlihat seolah aku biasa saja.Dengan tidak begitu khusu' menghadirkan hati pada prosesi sakral ini, aku menenangkan diriku sendiri."Sah."Koor suara sedikit menggema, lalu memantul ke dinding hati, membuatnya semakin hancur berantakan. Kupejamkan mata dan menelan saliva kuat berulang-ulang. Tenang Arumi, rasa ini akan segera hilang," bisik hati menguatkan.Adam, seseorang yang telah menemani sejak aku bayi, menjaga setulus hati hingga aku benar-benar tak menyadari jika rasanya bukan lagi sebatas kakak-adik. Aku yang bodoh, dan ini adalah yang terbaik, Adam berhak bahagia setelah semua yang te

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Pernikahan Adam

    Hangatnya pelukan Mak Jannah yang kurindukan sangat kembali terasa, nyata menentramkan kembali hati yang sungguh tak baik-baik saja.Tujuanku pulang bukan hanya mengurus kafe yang baru saja rampung, tetapi lebih dari itu. Hampir dua tahun aku mengeja kata memiliki terhadap Adam, yang pada akhirnya setelah semua luka masa laluku sembuh baru kusadari ada cinta di sana.Jarak mampu menguak benih-benih rasa itu menemukan definisinya. Rasa yang mungkin saja telah bersarang lama namun tertutupi tirai semu bernama 'kebiasaan'. Ya, aku terlalu terbiasa dengan seluruh perhatian dan pengertiannya hingga tak menyadari jika itu semua adalah cinta.Sayangnya, saat tabir itu tersingkap, aku kembali harus sadar dalam sebuah kenyataan yang tak pernah kuduga sebelumnya."Dia teman sekantornya Adam, Rum. Baru setahunan ini menjadi pegawai di sana." Mak Jannah bercerita tentang calon istri Adam yang akan dinikahinya besok, dan sekarang di rumah Mak Jannah sedang melakukan beberapa persiapan.Bak bunga y

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Arumi Pulang

    Sejak kejadian itu, ayah membelikan sebuah apartemen untukku yang kami tinggali berempat bersama Delima, aku, seorang Asisten Rumah Tangga dan seorang Pengasuh.Baru saja aku merasakan punya keluarga lengkap yang tinggal bersama dalam sebuah rumah, kini harus 'terpisah' lagi. Namun, inilah yang terbaik. Ayah kerap datang hampir setiap sore untuk bermain dengan Delima dan juga mengobrol serta mengajariku banyak hal terkait pengelolaan hotel dan minimarket.Hari ini tepat setahun aku berkecimpung di dunia bisnis yang sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jangan membayangkan, memimpikan sekadar halu saja aku tak berani. Qadarullah, kini hal tersebut terwujud nyata di hadapan.Arumi, kamu berubah banyak, bisik hatiku sendiri. Netraku menangkap bayangan sesosok perempuan dalam balutan rok kulot lebar hitam dengan blouse berwarna teh susu serta dilengkapi blazer senada rok. Aku yakin, jika pulang ke Aceh mungkin mereka tidak akan percaya jika ini adalah Arumi.ddrrt ... ddrrt ...

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Terbongkar

    "Berhenti!"Aku berpaling dengan kembali menurunkan tangan yang hendak kudaratkan sekali lagi di pipi mulus Karina."Kamu apa-apaan Arumi?" Mas Rendra menatapku tajam seperti ingin membalas tamparanku terhadap Karina melalui tatapan matanya.Tanpa menghiraukan mereka berdua --Karina yang menatapku nyalang dengan sebelah telapak tangan memegang pipi dan Mas Rendra dengan tatapan membunuhnya-- aku kembali duduk ke tempat semula.Berulangkali aku menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Mencoba meredakan degupan jantung yang berdetak di luar kelaziman.Seorang Arumi Keumala menampar orang, dan seingatku, selama aku hidup, ini pertama kali. Bayangan Kakek terlintas, cepat-cepat kugelengkan kepala, menghalau sendu wajahnya yang mungkin kecewa atas sikapku.Seharusnya kau harus lebih mampu mengontrol emosi, Arumi! Hardik hati menggantikan bayangan Kakek.Kembali kubuka mata yang sesaat terpejam. Karina dan Mas Rendra masih ada di hadapan. Saling diam, entah apa yang sekarang mereka pikir

DMCA.com Protection Status