Ting-nong ting-nong. Suara dering ponsel Reyhan membangunkan Zeira dari tidur panjangnya. Dengan malas ia membuka mata, lalu menurunkan kedua kakinya dari ranjang, melangkah menghampiri meja untuk meraih ponsel milik suaminya itu.
Ia kembali ke ranjang dan membangunkan Reyhan. Setelah memberikan ponselnya, ia kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Sayang, jangan tidur lagi dong" ucap Reyhan setelah memutuskan sambungan teleponnya
"Aku masih ngantuk mas, ini masih malam" sahut Zeira.
"Ini bukan malam lagi sayang, tapi sudah jam 9" sahut Reyhan
Mata Zeira terbuka sempurna, ia meraih ponsel miliknya dari atas meja kecil yang ada di dekat tempat tidur. Matanya semakin membuat saat melihat 5 panggilan tidak terjawab dan 3 pesan dari Vivi.
"Aduh.....aku lupa untuk menghidupkan nada ponselku tadi malam. Vivi sudah menghubungiku sebanyak 5 kali dan mengirimkan tiga pesan, terus sekarang mereka sudah menunggu di kafe Carles " geru
Kedua wanita yang bersahabat sejak kecil itu sedang sibuk memilih pakaian, Zeira membantu Vivi untuk memilih pakaian yang pas untuk sahabat sekaligus adik iparnya itu. Patung yang berdiri di belakang Zeira tiba-tiba terjatuh, dengan sigap Vivi menarik tangan sahabatnya itu agar terhindar dari patung."Terima kasih Vi, walaupun patungan itu ringan ! Jika terjatuh menimpa kepala, pasti akan terasa sakit" ucap Zeira kepada Vivi sambil mengelus dada"Iya Ra, untung saja aku melihatnya. Oh iya, yang ini cocok enggak untuk aku ?" Tanya Vivi sambil menyesuaikan sebuah gaun berwarna hitam di tubuhnya."Cocok, tapi aku kurang suka dengan warnanya" keluh Zeira"Terus warna apa yang bagus menurut kamu Ra ?" Vivi kembali memilih gaun yang tergantung di hadapannya"Warna merah pasti bagus" sahut Zeira"Tapi aku enggak suka warna merah, kamu kan tahu kalau dari dulu aku gak suka warna yang cerah""Iya sih. Ya sudah, ambil warna yang kamu suka
"ada apa dengan pak bos ?" Tanya salah satu karyawan kepada temannya."Aku juga enggak tahu" sahut yang satu"Tadi saat meeting pak bos baik-baik saja, tidak tegang seperti itu" ucap sekretaris yang ikut mendampingi Reyhan saat meeting"Jangan terlalu kepo dengan urusan orang lain" cibir security"Bukan kepo pak ! Cuma pak bos tidak biasanya seperti itu" sahut sekretaris.............Dalam perjalanan ke rumah sakit, Reyhan berkali-kali menghubungi Zeira, tetapi tidak dapat di hubungi, begitu juga dengan nomor Bara dan Vivi, tetapi tidak ada satupun yang tersambung. Reyhan semakin cemas, ia meminta sopir untuk menambah kecepatan mobilnya. Suasana jalan ibukota siang ini lumayan macet karena waktu jam istirahat, butuh waktu 45 menit untuk ia sampai di sana.Saat mobil yang ia tumpangi tiba di parkiran, dengan sigap Reyhan membuka pintu mobilnya sendiri dan berlari masuk ke dalam rumah sakit."Istri saya di kamar nomor be
Saat tiba di rumah sakit, Roy tidak sanggup untuk menahan cairan bening yang sudah memenuhi kelopak matanya dari tadi. Ia hanya bisa melihat istrinya dari balik kaca. Kondisi Vivi masih kritis sehingga Dokter belum mengizinkannya untuk ditemui."Bertahanlah demi aku" ucap Roy dari balik kaca sambil meneteskan butiran bening dari mata yang membasahi kedua pipinya."Sabar Roy, ini semua karena kesalahanku, jika aku lebih berhati-hati saat menyebrang jalan ! Semua ini tidak akan terjadi" ucap Zeira. Wanita satu anak itu menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa sahabatnya itu."Jangan berkata seperti itu, ini semua sudah takdir dari Tuhan" jawab Roy dengan tulus"Maafkan aku" Zeira memohon di hadapan Roy"Hei....apa yang kakak lakukan !" Roy menuntun Zeira bangkit dari hadapannya "jangan menyalakan dirimu, aku sudah katakan kalau ini adalah takdir dari yang kuasa" lanjutnya"Roy....." Ucap Zeira sambil memeluk era
Saat tiba di rumah sakit, Zeira meminta Roy untuk kembali ke kediaman Nicolas. Pria tampan itu sudah terlihat acak-acakan karena satu hari satu malam tidak istirahat. Karena Zeira memaksa, akhirnya Roy menurut, ia kembali ke kediaman Nicolas dengan mengendarai mobil sendiri. Ia meminta Bara dan pengawal itu untuk tetap di rumah sakit menemani Zeira dan ViviAir matanya menetes saat melihat keponakannya Andrian sedang di gendong Siti di teras mansion megah itu "selamat siang keponakan om yang ganteng" sapa Roy sambil mencubit gemas hidung mancung Andrian"Selamat siang om" sahut Siti dengan menirukan suara anak kecil."Apa tuan butuh bantuan untuk menyiapkan air hangat ?" Lanjut Siti bertanya"Tidak usah bi, biar aku saja. Bibi jaga Andrian saja" Roy melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah.Sementara di rumah sakit, Zeira merasa resah, perasaannya tiba-tiba tidak enak "mungkin ini efek karena aku tidak tidur satu malam ini" ucapnya kepada diriny
"ada apa mas ?" Zeira kembali bertanya"Sayang" Reyhan membawa Zeira duduk ke sofa"Iya mas, kamu kenapa aneh seperti ini mas, tangan kamu dingin, wajah kamu pucat. Mas lagi sakit" Zeira meletakkan punggung tangannya di kening Reyhan, untuk memastikan suaminya itu sedang sakit atau tidak"Sayang, aku tidak sakit" Reyhan meraih tangan Zeira dari keningnya"Sayang bagaimana pun, aku harus mengatakanny kepadamu" lanjutnya sambil menggenggam tangan Zeira dengan erat"Apa sih mas ? Jangan buat aku penasaran seperti dong mas" protes Zeira yang sudah mulai kesal karena dari tadi Reyhan belum juga mengatakannya"Anak kita Andrian hilang sayang" ucap Reyhan"Mas, kamu jangan bercanda, ini enggak lucu" protes Zeira. Ia mendorong tangan Reyhan"Aku tidak bercanda sayang, ini memang kenyataan, tadi bibi Siti menghubungiku saat di kantor polisi. Tapi kamu tidak perlu terlalu cemas, pihak yang berwajib sudah men
Ucapan Carles membuat Reyhan jadi curiga terhadap Asep. Ia meminta Bara untuk memperhatikan setiap gerak-geriknya.Sementara di rumah sakit Aulia Hospital, Roy sedang merasa bahagia, karena Vivi sudah sadarkan diri. Wanita yang baru saja keguguran itu, berkali-kali menanyakan di mana Zeira."Sayang, Zeira baik-baik saja, dia tidak terluka sama sekali. Tadi siang dia ada di sini menjaga kamu""Terus dia di mana sayang ?""Aku rasa dia sangat lelah, jadi aku meminta kak Reyhan untuk mengantarnya pulang" jawab Roy. Pria tampan itu tidak ingin menceritakan apa yang terjadi saat ini kepada Vivi.Vivi tiba-tiba berteriak sekuat mungkin, saat tangannya mengusap perutnya yang sudah rata, dari tadi ia belum menyadari tentang kandungan. Dengan sigap Roy memeluknya."Sayang, sayang, kamu harus kuat" Roy mengecup ujung kepala Vivi berkali-kali"Roy, ada apa dengan kandunganku ?" Tanya Vivi sambil menagis histeris"Sayang, kamu mengal
Dua hari telah berlalu, tetapi belum ada tanda-tanda keberadaan Andrian, polisi sudah mencari di seluruh ibu kota, begitu juga dengan Reyhan yang saat ini berada di Singapura, ia juga sudah meminta bantuan pada pihak polisi Singapura untuk mencari Fadil, tetapi belum membuahkan hasil.Hari ini Vivi sudah di izinkan untuk kembali ke kediaman Nicolas, kondisinya sudah jauh lebih baik, tetapi ia masih tetap harus di tangani pihak medis, karena kondisi rahimnya yang belum stabil.Dalam perjalanan menuju kediaman Nicolas, Vivi selalu bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa Zeira tidak pernah datang menemuinya ke rumah sakit semenjak ia sadar dari koma. Apa mungkin Zeira benci kepadaku atau Roy menyalahkan Zeira atas keguguran yang aku alami, sehingga Roy tidak mengizinkannya untuk datang menemui aku ? Pertanyaan itu yang selalu berputar-putar di dalam pikiran Vivi seperti baling-baling pesawat yang siap untuk terbang."Sayang, kamu kenapa termenung seperti itu ?"
Malam semakin larut, Fina masih fokus memandang wajah menantunya yang sedang tertidur lelap, ia juga meneteskan air mata setiap kali mengigat momen kebersamaannya bersama Andrian, baby mungil itu dulunya sering ia gendong dan tidur bersamanya, kini cucu kesayangannya itu entah di mana dan dengan siapa.Ting-nong ting-nong ponsel Zeira yang terletak di atas meja berbunyi. Dengan sigap Fina meraihnya dari atas meja, ia melangkah ke arah balkon lalu menjawab panggilan yang masuk ke ponsel Zeira."Hallo" sapa Fina setelah mengusap layar ponselnyaNamun tidak ada balasan dari seberang sana."Hallo....hallo...." Fina kembali menyapa karena dari tadi hanya hening dan tidak ada jawaban*Mungkin salah sambung* ucap Fina sambil memutuskan sambungan teleponnyaSaat ia kembali masuk ke dalam kamar, ia melihat Zeira sudah duduk di atas sofa "kamu sudah bangun sayang ?" ucap Fina sambil melangkah menghampiri Zeira"Mama...." Panggil Zei