Dua hari telah berlalu, tetapi belum ada tanda-tanda keberadaan Andrian, polisi sudah mencari di seluruh ibu kota, begitu juga dengan Reyhan yang saat ini berada di Singapura, ia juga sudah meminta bantuan pada pihak polisi Singapura untuk mencari Fadil, tetapi belum membuahkan hasil.
Hari ini Vivi sudah di izinkan untuk kembali ke kediaman Nicolas, kondisinya sudah jauh lebih baik, tetapi ia masih tetap harus di tangani pihak medis, karena kondisi rahimnya yang belum stabil.
Dalam perjalanan menuju kediaman Nicolas, Vivi selalu bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa Zeira tidak pernah datang menemuinya ke rumah sakit semenjak ia sadar dari koma. Apa mungkin Zeira benci kepadaku atau Roy menyalahkan Zeira atas keguguran yang aku alami, sehingga Roy tidak mengizinkannya untuk datang menemui aku ? Pertanyaan itu yang selalu berputar-putar di dalam pikiran Vivi seperti baling-baling pesawat yang siap untuk terbang.
"Sayang, kamu kenapa termenung seperti itu ?"
Malam semakin larut, Fina masih fokus memandang wajah menantunya yang sedang tertidur lelap, ia juga meneteskan air mata setiap kali mengigat momen kebersamaannya bersama Andrian, baby mungil itu dulunya sering ia gendong dan tidur bersamanya, kini cucu kesayangannya itu entah di mana dan dengan siapa.Ting-nong ting-nong ponsel Zeira yang terletak di atas meja berbunyi. Dengan sigap Fina meraihnya dari atas meja, ia melangkah ke arah balkon lalu menjawab panggilan yang masuk ke ponsel Zeira."Hallo" sapa Fina setelah mengusap layar ponselnyaNamun tidak ada balasan dari seberang sana."Hallo....hallo...." Fina kembali menyapa karena dari tadi hanya hening dan tidak ada jawaban*Mungkin salah sambung* ucap Fina sambil memutuskan sambungan teleponnyaSaat ia kembali masuk ke dalam kamar, ia melihat Zeira sudah duduk di atas sofa "kamu sudah bangun sayang ?" ucap Fina sambil melangkah menghampiri Zeira"Mama...." Panggil Zei
Tepat pukul 10 pagi, Reyhan sudah tiba di bandara, saat ia keluar dari bandara, Bara sudah menunggunya.Dengan sigap Bara menghampiri Reyhan saat ia melihat tuan besarnya itu turun dari tangga eskalator."Selamat pagi tuan" sapa Bara"Selamat pagi" sahut Reyhan"Kita langsung ke rumah sakit" perintah Reyhan setelah masuk ke dalam mobil."Baik tuan" jawab Bara dengan hormatSepanjang perjalanan Reyhan hanya diam, ia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobilnya sambil memejamkan mata."Tuan" panggil Bara dari bangku pengemudi"Hm..." Sahut Reyhan dengan singkat tanpa membuka mata"Aku ingin mengatakan sesuatu kepada tuan""Katan saja" jawab Reyhan, lagi-lagi ia menjawab dengan singkatSebelum membuka mulut, Bara terlebih dulu menelan salivanya dengan kasar, ia sebenarnya takut ingin mengatakannya kepada Reyhan "tuan...." Bara kembali menutup mulutnya"Ada apa ? Katakan saja, aku
Saat ini keluarga Nicolas sedang berkumpul di meja makan untuk menikmati makan malam bersama, semua hening tidak ada yang bicara, hanya suara dentingan sendok yang memenuhi ruangan yang luas itu. Setelah selesai makan, Zeira merengek meminta Reyhan untuk menemaninya jalan-jalan di taman depan."Kalau mas enggak mau menemani aku ! Ya sudah, aku pergi sama Andrian saja" ancam Zeira."Iya sayang, iya" jawab Reyhan dengan terpaksa"Permisi tuan" ucap Bara tiba-tiba dari arah ruang tamu"Iya, ada apa paman ?" Sahut Roy"Itu, Dokter nyonya sudah datang""Ow... baiklah, minta untuk menunggu sebentar" jawab Reyhan"Baik tuan" Bara memutar tubuhnya, melangkah menghampiri Dokter dan mempersilahkannya menunggu di ruang tamu.Reyhan meminta Roy, Vivi dan Fina terlebih dulu menemui dokternya, soalnya Zeira sedang merajuk, jadi ia harus membujuknya dulu. Setelah 15 menit membujuk Zeira dengan berbagai macam cara ! Akhirnya hati wanita
"sungguh, aku tidak melakukannya tuan, apa yang dia katakan adalah bohong" bantah AsepReyhan melemparkan satu pukulan di wajah Asep, ia melupakan janjinya kepada polisi, kalau ia tidak akan menyentuhnya. Kesabaran Reyhan sudah habis melihat Asep yang berusaha membela diri dan melimpahkan semua kesalahannya kepada Siti. Reyhan meraih ponsel miliknya dari atas meja, lalu menghadapkan layarnya ke hadapan Asep. "Ini apa ?" Sentak Reyhan"Bukankah di situ sudah jelas, kamu yang memberikan sesuatu kepada dia ?" Lanjut Reyhan sambil menunjuk SitiWajah Asep berubah menjadi pucat, tangannya gemetar, bibirnya tiba-tiba sulit untuk dibuka setelah melihat video yang ada di ponsel Reyhan. Di sana sudah jelas terlihat, kalau dirinyalah yang memberikan obat kepada Siti. Hal itu membuat ia tidak bisa lagi untuk membela diri."Maafkan aku tuan" Asep melakukan seperti apa yang dilakukan Siti. Ia bersujud memohon di kaki Reyhan.Reyhan menarik kakinya d
Sebelum matahari terbit, Reyhan sudah meninggal kediaman Nicolas, ia sengaja pergi lebih awal agar Zeira tidak mengetahuinya. Tepat pukul 7 pagi, ia sudah terbang ke Singapura dengan menaiki pesawat pribadi. Dalam perjalanan, Reyhan tidak hentinya melihat alamat yang ada di layar ponsel miliknya, ingin rasanya ia segera tiba di sana. Tanpa terasa, ia sudah menghabiskan waktu selama 1 jam 47 menit dalam pesawat, kini ia sudah tiba di bandara Singapura."Selamat pagi tuan" sapa seorang pria kepada Reyhan"Iya, selamat pagi pak" jawab Reyhan dengan ramah dan sedikit bingung, sebab ia tidak mengenal siapa pria yang sedang menyapanya saat ini"Maaf pak, perkenalkan nama saya Fazri. Saya sopir pribadi tuan Carles" pria itu memperkenalkan dirinya kepada Reyhan.Setelah masuk ke dalam mobil, Reyhan meraih ponsel miliknya dari saku celananya, ia menghubungi Carles untuk mengatakan terima kasih kepada sahabatnya itu, karena sudah berbaik hati menyuruh s
Apa yang selama ini Fadil takutkan, kini telah terjadi. Ia bagaikan buah simalakama, jujur atau tidak jujur, dia tetap lah akan mendapatkan risiko. Walaupun sudah berkali-kali ia mendapatkan pukulan dari Reyhan dan Carles, Fadil tetap memilih tutup mulut. Ia sebenarnya ingin jujur ke mana Mita membawa Andrian, tetapi hatinya tidak tega jika Mita akan masuk penjara setelah Reyhan menemukannya. Walaupun ia kesal dengan perlakuan Mita akhir-akhir ini, tetapi semua itu hilang tertelan besarnya rasa kasih sayangnya kepada Mita. Entah mengapa ia bisa memiliki rasa yang sedalam ini kepada Mita, sementara mereka tidak memiliki hubungan apapun melainkan sebatas TTM, teman tapi mesra."Aku akan menyiksamu sampai kamu membuka mulut" ancam Reyhan"Bunuh lah aku sekarang juga, jangan buang-buang waktumu, karena aku tidak akan pernah membuka mulut untuk mengatakan di mana Mita" jawab Fadil dengan pasrah"Aku tidak akan membunuhmu secepat ini, aku akan membunuhmu secara
Mita mondar-mandir, ia pusing karena Andrian dari tadi tidak mau diam, baby mungil itu terus saja menagis seperti mencari ibu dan ayahnya."Aduh.... demamnya makin tinggi lagi" ucap Mita saat punggung tangannya menyentuh kening Andrian. Ia meminta bantu kepada baby sitter untuk membelikan obat demam di apotik yang tidak jauh dari kediamannya."Sayang jangan nagis terus dong, bunda pusing kalau seperti ini" keluh Mita kepada Andrian"Atau aku hubungi Fadil ya, agar dia datang kemari, secara, Andrian kan nyaman dengannya waktu di Singapura" tanya Mita kepada dirinya sendiri."Tapi, tidak.....tidak...tidak.... Siapapun tidak boleh mengetahui tempat ini, dan tidak boleh ada yang mengetahui kalau aku sudah kembali ke Prancis" Mita mengurungkan niatnya untuk menghubungi dan meminta Fadil datang ke Singapura, ia takut jika Fadil akan memberitahukan kepada orang lain kalau dia berada di PrancisPret...suara ayam kejepit terdengar dari arah pantat Andrian.
"AW....sayang, ini sangat nikmat" ucap Reyhan sambil menekan kepala Zeira dengan tangannya untuk semakin memperdalam."Huk...huk..." Zeira tiba-tiba batuk, karena Reyhan menumpahkan cairan cintanya di mulut Zeira. Ia beralih masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan mulutnya."Sayang, kamu tidak apa-apa kan ?" Tanaya Reyhan dengan cemas"Aku enggak apa-apa mas, hanya saja aku kesal" protes Zeira. Ia mendorong tubuh Reyhan dengan lembut saat akan keluar dari kamar mandi"Maafkan aku sayang" ucap Reyhan, ia mengerti apa yang membuat istrinya itu kesal. Apa lagi kalau bukan karena Reyhan mengeluarkan airnya di tempat yang salah.Zeira hanya diam, ia mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di atas lantai marmer, lalu memakainya kembali."Sayang maafkan aku" Reyhan berusaha membujuk Zeira"Bagaimana aku bisa memaafkan mas ! Kesalahan mas itu sudah melampaui batas" sahut Zeira dengan kesal"Iya sayang, aku minta