Mita mondar-mandir, ia pusing karena Andrian dari tadi tidak mau diam, baby mungil itu terus saja menagis seperti mencari ibu dan ayahnya.
"Aduh.... demamnya makin tinggi lagi" ucap Mita saat punggung tangannya menyentuh kening Andrian. Ia meminta bantu kepada baby sitter untuk membelikan obat demam di apotik yang tidak jauh dari kediamannya.
"Sayang jangan nagis terus dong, bunda pusing kalau seperti ini" keluh Mita kepada Andrian
"Atau aku hubungi Fadil ya, agar dia datang kemari, secara, Andrian kan nyaman dengannya waktu di Singapura" tanya Mita kepada dirinya sendiri.
"Tapi, tidak.....tidak...tidak.... Siapapun tidak boleh mengetahui tempat ini, dan tidak boleh ada yang mengetahui kalau aku sudah kembali ke Prancis" Mita mengurungkan niatnya untuk menghubungi dan meminta Fadil datang ke Singapura, ia takut jika Fadil akan memberitahukan kepada orang lain kalau dia berada di Prancis
Pret...suara ayam kejepit terdengar dari arah pantat Andrian.<
"AW....sayang, ini sangat nikmat" ucap Reyhan sambil menekan kepala Zeira dengan tangannya untuk semakin memperdalam."Huk...huk..." Zeira tiba-tiba batuk, karena Reyhan menumpahkan cairan cintanya di mulut Zeira. Ia beralih masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan mulutnya."Sayang, kamu tidak apa-apa kan ?" Tanaya Reyhan dengan cemas"Aku enggak apa-apa mas, hanya saja aku kesal" protes Zeira. Ia mendorong tubuh Reyhan dengan lembut saat akan keluar dari kamar mandi"Maafkan aku sayang" ucap Reyhan, ia mengerti apa yang membuat istrinya itu kesal. Apa lagi kalau bukan karena Reyhan mengeluarkan airnya di tempat yang salah.Zeira hanya diam, ia mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di atas lantai marmer, lalu memakainya kembali."Sayang maafkan aku" Reyhan berusaha membujuk Zeira"Bagaimana aku bisa memaafkan mas ! Kesalahan mas itu sudah melampaui batas" sahut Zeira dengan kesal"Iya sayang, aku minta
Satu minggu telah berlalu, tapi pihak kepolisian belum menemukan di mana Andrian dan Mita, wanita licik itu bagaikan di telan bumi, ia sama sekali tidak meninggalkan tanda-tanda ke mana ia pergi dan di mana ia saat ini. Begitu juga dengan Fadil, sampai saat ini ia masih tetap menutup mulut dan tidak mau mengatakan ke mana Mita pergi membawa Andrian.Sedangkan Zeira sudah mulai mengigat suami dan anaknya walaupun terkadang ia masih sering marah tanpa sebab dan merajuk seperti anak kecil, bahkan terkadang ia tertawa dan menagis sendiri. Hal itu membuat Reyhan tidak pernah meninggalkan kediaman Nicolas, ia mempercayakannya kantor DUBER GRUP kepada ayahnya untuk sementara ini, sedangkan Roy masih tetap menangani perusahaan Carles, karena Carles sudah kembali ke Prancis untuk mengambil bukti-bukti penyebab kematian ayahnya Fadil sewaktu dulu.Pagi ini keluarga Nicolas sedang berkumpul di ruang makan untuk menikmati sarapan pagi."Mah, tolong temani Vivi hati ini untu
Fina menyodorkan sebuah map berwarna biru kepada Reyhan "kamu lihat sendiri" ucap FinaReyhan meraih map dari tangan Fina, matanya membulat saat membaca apa yang ada di atas satu lembar kertas putih di dalam map itu."Apa ini ?" Tanya Reyhan. Ia bertanya bukan karena tidak mengerti, tetapi ia bertanya karena terkejut dan bingung apa yang harus ia katakan."Iya sayang, besok Vivi akan operasi, setelah operasi dia tidak akan bisa mengandung untuk selamanya. Mama tidak tahu bagaimana perasaan adikmu saat mendengar kabar ini nanti" cemas Fina.Reyhan menjatuhkan bokongnya dengan kasar di atas kursi. Ia tidak mengerti kenapa musibah bertubi-tubi datang menghantam seluruh keluarganya. Rasanya Tuhan benar-benar tidak adil bagi hidupnya. Ia kembali membuka mata saat Fina menyentuh pundaknya."Sayang, jangan terlalu memikirkannya, kamu fokus pada Zeira dan mencari Andrian saja. Masalah Vivi biar mama dan Roy yang mengurusnya" ucap Fina unt
Reyhan cukup nyaman, karena tidak ada satupun yang mengenalinya, tidak seperti biasanya, wanita cabai-cabaian selalu meminta berfoto saat bertemu dengannya. Tapi satu hal yang membuat ia merasa risih, semua orang yang ada di sana fokus melihat Zeira, bagaimana tidak ? Zeira sudah menghabiskan 2 porsi bakso tetapi ia masih meminta satu porsi lagi, tentu saja mengundang perhatian semua orang."Sayang, apa kamu belum kenyang ?" Bisik Reyhan dengan lembut di telinga Zeira"Em...belum" jawab Zeira tanpa melihat Reyhan, ia fokus menyantap bakso yang ada di hadapannya."Habis ini, kita pulang ya ?" Ajak Reyhan"Tapi aku mau tambah lagi mas" protes Zeira"Kalau mau tambah, kita bungkus saja ya ? Nanti makannya di rumah. Soalnya mas ada urusan penting" bujuk Reyhan. Ia sengaja membuat alasan agar Zeira mau."Hm...." Jawab Zeira dengan singkat, ia tidak bisa bicara karena mulutnya dipenuhi dengan bakso.Reyhan bangkit dari kursinya,
Setelah selesai mandi, Reyhan dan Zeira keluar dari kamar melangkah menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk makan malam bersama."Mas aku malu" bisik Zeira saat mereka di tangga"Kenapa malu sayang ?" Tanya Reyhan dengan polosnya."Aku malu, karena rambut kita berdua basah" jawab Zeira dengan tersenyum malu."Enggak apa-apa, kitakan sudah menikah. Wajar dong suami istri melakukannya" jawab Reyhan dengan santai. Reyhan masih tetap menggandeng tangan Zeira, ia masih belum sepenuhnya percaya, kalau Zeira suda pulih kembali. Ia berpikir mungkin saja saat ini Zeira sadar karena efek obat.Fina tersenyum saat melihat rambut Reyhan dan Zeira sama-sama basah, sudah lama ia tidak melihat seperti ini, semenjak ia datang dari Prancis, baru kali ini ia melihat pemandangan seperti saat ini."Selamat malam sayang ?" Sapa Fina dengan senyum."Selamat malam mama" jawab Zeira dengan hormat.Fina sedikit bingung, biasanya Zeira pasti menja
Suara burung bernyanyi merdu, terdengar dari hutan lindung yang ada di belakang mansion itu. Saat ini seorang wanita cantik sedang berdiri di balkon kamarnya untuk menghirup udara segar di pagi hari, ia membentangkan kedua tangannya sambil menikmati tetesan embun di wajahnya."Ini masih pagi sekali sayang" bisik Reyhan tepat di telinga Zeira, ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping istrinya itu."Mas, kamu buat aku kaget" protes Zeira "Apa aku terlihat begitu menakutkan, sehingga istriku yang cantik ini kaget melihatku datang ?" Canda Reyhan, ia berusaha untuk menghibur Zeira walaupun hatinya saat ini sedang khawatir dan cemas memikirkan Andrian."Tidak mas, kamu tidak menakutkan, bahkan kamu sangat tampan sama seperti putra kita Andrian" Zeira mulai meneteskan air mata. Setiap melihat wajah Reyhan, ia pasti membayangkan wajah putranya, sebab Andrian begitu mirip dengan papanya. Hanya matanya yang berbeda dengan Reyhan, Andrian me
"tidak, saya tidak kenal dengannya" jawab pria itu dengan nada yang nyaris tidak terdengar"Dia adalah putra sulung dari Bagaskara. Kita akan di pecat hari ini juga jika berani bermain-main dengannya. Ikuti sesuai peraturan sebelum ia menghubungi komandan" bisik pria itu."Hm... baiklah, kamu kenapa tidak bicara dari tadi" geram pria sombong itu kepada temannya"Baiklah pak, anda bisa bertemu dengan bayi itu. Ternyata anda adalah paman dari bayi itu, tadi saya hanya takut jika orang lain datang berpura-pura sebagai keluarganya" dalih pria sombong itu. Ia jadi takut setelah mengetahui siapa yang ada di hadapannya...................Zeira, Fina, Roy dan Reyhan sudah bisa sedikit tersenyum setelah Vivi keluar dari ruang operasi, dan saat ini ia sudah sadar dan berada di ruang rawat inap.Ting-nong ting-nong suara ponsel Reyhan.Dengan sigap Reyhan meraih ponsel miliknya dari saku celana, ia mengusap layarnya setelah melihat nama yang muncul
Tiga hari telah berlalu, di mana hari ini Vivi akan kembali dari rumah sakit ke kediaman Nicolas, sebenarnya ia belum bisa untuk pulang, tetapi ia sudah merasa bosan berada di rumah sakit. Hal itu membuat Roy mengijinkannya pulang dan meminta dokter untuk merawatnya di rumah. Namanya juga orang kaya, ya bebas dong meminta rawat di rumah sendiri atau di rumah sakit, yang penting ada uang. Iya kan ? Apa lagi pemilik saham terbesar di rumah sakit itu adalah keluarga Nicolas, tentu tidak ada yang bisa melarang dan menolak permintaan mereka.Suasana di kediaman Nicolas masih sama seperti satu bulan terakhir ini, rumah itu terasa sepi, tidak seperti biasanya. Waktu dulu di saat Fina dan Richard datang dari Prancis, ruang tamu dan ruang keluarga selalu ramai karena mereka berkumpul dan bercanda tawa. Tetapi satu bulan ini, tidak ada canda tawa di sana. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing, sedangkan Zeira selalu mengurung diri di dalam kamarnya.Tetapi saat Vivi tiba di