"yang sabar ya" ucap Reyhan sambil mengelus sesuatu yang berdiri tegap di bawah pusarnya.
"Mas ngomong sama siapa ?" Zeira memutar tubuhnya menghadap Reyhan
"Ngomong sama ini" Reyhan menunjuk sesuatu yang menonjol di dalam celana boxer yang ia pakai.
"Mas..." Panggil Zeira dengan wajah yang merah merona karena malu.
"Bantu aku untuk menidurkannya ya ?" Bujuk Reyhan sambil meraih tangan Zeira dan meletakkannya di atas burung Beo miliknya.
"Mas, ah..." Protes Zeira, tetapi tangannya menggenggam milik Reyhan.
Pria satu anak itu tersenyum melihat istrinya yang pura-pura menolak tapi mau. Ia melumat bibir Zeira dengan rakus dan penuh gairah, mencium seluruh leher jenjang Zeira dan memberikan beberapa tanda kiss Mark di sana.
Saat Zeira sudah hanyut dalam sentuhan Reyhan, dan sudah beberapa kali mendesah karena kenikmatan, begitu juga dengan Reyhan yang sudah melambung tinggi di atas awan dan sebentar lagi akan menembus lagi ke 7. Tetapi se
Satu Minggu telah berlalu, di mana hari ini di kediaman Nicolas mengadakan acara doa 7 hari kepergian ibunya Vivi. Seluruh mansion megah itu telah dipenuhi para undangan yang ingin melakukan doa bersama. Tetapi mata Zeira menyorot seseorang yang tidak asing duduk di hadapan mereka dengan mengenakan gaun berwarna hitam dan hijab dengan warna yang senada.Zeira menatapnya dengan tajam namun dibalas dengan senyum manis dari Mita, dia berlaku seolah-olah teman dekat kedua menantu keluarga Nicolas.Saat acara doa berakhir, Mita berdiri di dekat keluarga Nicolas untuk berjabat tangan dengan para tamu yang akan pulang. Wanita yang satu ini memang tidak memiliki malu. Setelah semua tamu pergi, Zeira menghampiri Mita yang berdiri di dekat Reyhan."Kamu untuk apa datang kemari ?" Tanya Zeira dengan tatapan tajam, setajam keris yang siap untuk menikam."Aku turut berdukacita atas kepergian Tante Maria. Aku juga memiliki kenangan indah bersama almarhum. Maafkan aku y
Tiga hari telah berlalu, di mana hari ini Fina akan kembali ke Prancis. Zeira dan Vivi sedang sibuk berkutat di dapur untuk memasak rendah permintaan ayah mertuanya. Sedangkan Fina sibuk mengemas barang-barangnya di kamar ditemani cucu kesayangan Andrian. Sebenarnya ia belum ingin meninggalkan kediaman Nicolas, tetapi ia juga tidak tega terlalu lama meninggalkan suaminya sendirian di Prancis.Tepat pukul 12, Reyhan sudah kembali dari kantor, ia sengaja pulang lebih awal agar bisa memberangkatkan ibunya kembali ke Prancis.Seisi mansion megah itu merasa tidak bersemangat karena Fina akan kembali ke Prancis. Bukan hanya menantu dan anaknya saja, tetapi para pelayan juga ikut sedih. Karena sejak kehadiran Fina di kediaman Nicolas, membuat suasana rumah itu menjadi hidup dan ramai. Fina selalu mengajak anak dan menantunya untuk makan bersama setiap hari. Hal itu yang membuat para pelayan semakin bersemangat, karena makanan yang mereka hidangkan selalu habis, tidak seperti
Satu Minggu telah berlalu setelah Fina kembali ke Prancis. Dalam satu Minggu ini Zeira dan Vivi selalu bekerja sama untuk mengurus Andrian, karena Reyhan sedang berada di luar kota untuk perjalanan bisnis. Saat ini Zeira sedang berbincang dengan seorang pria paruh baya, dia adalah pak Asep. Asep akan bekerja sebagai petugas kebersihan taman yang berada di belakang mansion megah itu, sebelumnya taman itu diurus pak Rahmat, tetapi karena istrinya mengalami kecelakaan dan lumpuh, pak Rahmat jadi berhenti bekerja untuk merawat istrinya di desa."Apa bapak sudah paham dengan tugasnya ?" Tanya Zeira kepada Asep"Sudah nyonya" sahut Asep dengan hormat."Ya sudah, sekarang bapak istirahat dulu, besok baru mulai bekerja. Aku akan meminta paman Bara untuk mengantar bapak, di belakang sudah ada rumah khusus untuk pekerja dan di sana bukan hanya Bapak, tetapi ada 12 orang" Zeira memanggil Bara dan memintanya untuk mengantar Asep ke kamarnya.Setelah Asep dan Ba
Sore ini Zeira sedang duduk santai di teras sambil menggendong Andrian, ia tidak hanya berdua dengan Andrian tetapi ada Vivi juga, mereka berbincang sambil minum kopi dan beberapa macam makanan ringan yang di buat oleh Zeira tadi siang.Vivi sedari tadi fokus menatap Asep yang sedang menyiram bunga di taman depan, ia merasa kasihan kepada pria paruh baya itu, selain umumnya yang sudah setengah abad, rambut pria itu sudah memutih, kulitnya terlihat keriput dan tubuhnya kurus seperti tidak terawat."Ra, aku merasa kasihan melihat pak Asep. Dia kan sudah tua, tetapi masih harus bekerja, apa anaknya gak ada ya ?" Ucap Vivi"Iya sih, kemari katanya dia tidak punya anak" sahut Zeira"Oh ya ? Pantas saja dia bekerja keras. Tapi dia punya istri kan Ra ?" Tanya Vivi yang semakin penasaran tentang status Asep sang tukang taman."Iya, dia punya istri di kampung. Itu Roy sudah pulang" Zeira menunjuk arah mobil Roy yang baru masuk dari gerbang. Tidak lama
Zeira sedang bersiap-siap, ia mengenakan pakaian rapi, seperti biasa ia selalu mengenakan celana jeans hitam dan baju kemeja putih. Siang ini ia akan pergi ke rumah sakit untuk menemani Vivi melakukan pemeriksaan kandungan. Zeira menitipkan Andrian kepada pelayan Siti sebelum ia dan Vivi pergi meninggalkan kediaman Nicolas.Di perjalanan Zeira merasa resah, jantungnya tiba-tiba saja berdetak tidak menentu, ia berulangkali memutar kepalanya menghadap belakang, tetapi matanya tidak menemukan kecurigaan."Kamu kenapa Ra ?" Tanya Vivi."Enggak ada" sahut Zeira dengan senyum"Tapi kenapa dari tadi melihat arah kebelakang terus ?" Lanjut Vivi"Oh..itu, aku pikir tadi mobil yang di belakang kita adalah mobil Rian. Ternyata aku salah" dalih Zeira, ia takut jika Vivi ikut khawatir kalau dia mengatakan yang sebenarnya tentang perasaannya saat ini."Hm.." sahut Vivi "paman tolong berhenti sebentar" lanjut Vivi"Baik Nyonya" Bara meng
Zeira sudah kembali ke kamar dengan membawa satu gelas kopi untuk suaminya, sedangkan Reyhan belum juga keluar dari kamar mandi. Pria tampan itu masih sibuk membersihkan setiap inci dari kulit mulusnya. Zeira yang sudah bosan menunggu, ia bangkit dari sofa melangkah menuju kamar mandi, di saat ia mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, tiba-tiba pintunya terbuka dan Reyhan berdiri tepat di hadapannya tampan mengenakan pakaian atau handuk."Mas..." Panggil Zeira dengan menutup matanya"Ada apa sayang" Reyhan memeluk Zeira dan menuntunnya dengan melangkah mundur hingga ke tempat tidur."Mas minum kopinya dulu, nanti keburu dingin" ucap Zeira dengan malu-malu"Kopinya nanti aja sayang, aku mau minum susu yang ini dulu" Reyhan meremas gundukan kenyal milik Zeira dengan lembut. Ia membuka kancing piyama Zeira satu persatu. Kini tubuh mulus Zeira hanya berbalut dengan bra merah dan lingerie berwarna senada."Mas" panggil Zeira dengan suara ma
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, Reyhan masih setia duduk di ruang kerjanya. Ia tidak habis pikir, dari mana hewan itu bisa masuk ke kediaman Nicolas. Tadi sore ia sudah memerintahkan seluruh pekerja yang ada di mansion itu untuk memeriksa seluruh pagar dan tembok, tetapi tidak ada yang rusak, semuanya aman dan baik-baik saja.Sementara Zeira sudah merasa resah menunggu Reyhan di kamar, ia mengangkat tubuh Andrian dari atas ranjang dan membawanya ke dalam gendongannya, lalu ia melangkah keluar dari kamar, menaiki anak tangga menuju ruang kerja Reyhan yang berada di lantai tiga.Ia membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruang kerja Reyhan tanpa mengetuknya terlebih dahulu."Mas ini sudah larut malam" ucap Zeira saat membuka pintu dan melihat Reyhan sedang duduk bersandar di kursinya.Reyhan refleks memutar kursinya untuk melihat Zeira "Hm... Sayang, kenapa belum tidur ?" Tanya Reyhan. Ia bangkit dari kursinya, melangkah mendekati Zeira dan meraih
Tepat pukul 7 pagi, Reyhan, Zeira dan Vivi berangkat menuju kediaman almarhum Aan. Mereka mengenakan pakaian hitam layaknya orang yang sedang berduka. Saat tiba di sana semua orang menatap kedatangan mereka. Zeira menjadi gugup karena merasa, kalau orang-orang pasti membicarakan mereka dan menyalakan mereka atas kejadian yang menimpah Aan. Tetapi ia berusaha tersenyum untuk membalas senyuman para pelayat yang ada di sana.Zeira dan Vivi bergabung dengan para ibu-ibu, sedangkan Reyhan dan Roy bergabung dengan para pelayat pria. Tidak sedikit diantara para pelayat yang bertanya tentang kejadian itu. Tetapi selalu Bara yang menjawab terlebih dahulu.Setelah waktu menunjukkan pukul 10, jenazah Aan di makamkan. Air mata Zeira dan Vivi tidak bisa berhenti mengalir dari matanya. Sungguh tangisan anak dan istri Aan sangat menyentuh hati, sehingga siapa yang mendengarnya ikut meneteskan air mata.Setelah pemakaman selesai, keluarga Nicolas tidak langsung kembali ke kedia