Tepat pukul 7 pagi, Reyhan, Zeira dan Vivi berangkat menuju kediaman almarhum Aan. Mereka mengenakan pakaian hitam layaknya orang yang sedang berduka. Saat tiba di sana semua orang menatap kedatangan mereka. Zeira menjadi gugup karena merasa, kalau orang-orang pasti membicarakan mereka dan menyalakan mereka atas kejadian yang menimpah Aan. Tetapi ia berusaha tersenyum untuk membalas senyuman para pelayat yang ada di sana.
Zeira dan Vivi bergabung dengan para ibu-ibu, sedangkan Reyhan dan Roy bergabung dengan para pelayat pria. Tidak sedikit diantara para pelayat yang bertanya tentang kejadian itu. Tetapi selalu Bara yang menjawab terlebih dahulu.
Setelah waktu menunjukkan pukul 10, jenazah Aan di makamkan. Air mata Zeira dan Vivi tidak bisa berhenti mengalir dari matanya. Sungguh tangisan anak dan istri Aan sangat menyentuh hati, sehingga siapa yang mendengarnya ikut meneteskan air mata.
Setelah pemakaman selesai, keluarga Nicolas tidak langsung kembali ke kedia
Setelah pulang dari kantor, Reyhan mengumpulkan semua pelayan wanita, ia sangat kecewa dengan kecerobohan mereka yang mengakibatkan istrinya terjatuh."Apa kalian sudah bosan bekerja di rumah ini ?" Tanya Reyhan dengan nada yang dingin, namun sanggup untuk membuat semua pelayan itu gemetar dan berkeringat dingin."Apa kalian sudah bosan bekerja di rumah ini ?" Reyhan kembali mengulang pertanyaannya"Sepertinya kalian harus pensiun saat ini juga. Aku akan mempekerjakan pelayan baru di rumah ini. Kumpul barang-barang kalian, dan datang ke ruang kerjaku untuk mengambil upah terakhir kalian" lanjut Reyhan karena tidak ada satupun yang berani menjawabnya"Ti...tidak tuan" sahut Siti dengan gugup karena takut"kami masih berharap tetap bekerja di rumah ini. Maafkan atas kesalahan yang kami lakukan tuan" lanjutnya dengan nada yang memohon"Maafkan kami tuan, kami tidak akan mengulanginya lagi" timpal pelayan yang satu lagi."Kami minta
Setelah Asep pergi, Zeira melangkah masuk ke dalam rumah, ia menemui siti dan memintanya untuk memberikan obat kepada Asep."Bi, tolong berikan obat ini kepada pak Asep, seperti beliau sedang tidak enak badan" ucap Zeira sambil menyodorkan kotak obat kepada pelayan Siti."Baik Nyonya" sahut Siti dengan hormat. Ia keluar dari pintu khusus pelayan menuju rumah yang ada di belakang mansion megah itu. Siti melangkah menuju kamar 09, tangannya terhenti saat ingin mengetuk pintu, Indra pendengarannya tidak sengaja mendengar suara tawa seorang pria dari dalam kamar itu."Baik bos, aku sudah melakukan seperti yang kita rencanakan. Percayalah tidak akan ada yang mengetahuinya" suara dari dalam kamar"Dia bicara dengan siapa ? Rencana apa yang sudah ia lakukan ?" Bisik dalam hati Siti.Tok....tok...tok.... Siti mengetuk pintu kamar Asep.Tidak lama pintu terbuka, Asep menjulurkan kepalanya dari balik pintu "ada apa buk Siti ?" Tanya Asep dengan nada y
Saat ini Zeira dan Vivi sedang berada disebuah toko pusat perbelanjaan. Usia kandungan Vivi yang sudah memasuki 4 bulan, membuat semua pakaiannya tidak bisa dipakai lagi, karena berat badannya yang naik drastis.Setelah selesai berbelanja pakaian, mereka menuju toko perhiasan. Zeira membeli beberapa perhiasan untuk ia pakai saat acara peresmian kafe milik Carles. Sedangkan Vivi hanya membeli satu kalung dengan liontin berwarna putih.Sebelum kembali ke kediaman Nicolas, mereka sempat makan siang di sebuah kafe yang ada di dalam Mall itu."Ra, kira-kira berapa hari ya, kita di Bandung ?" Tanya Vivi sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya."Kata mas Reyhan 2 atau 3 hari" sahut Zeira"Ra, kok perasaan aku tiba-tiba enggak enak ya ?" Ucap Vivi sambil menyudahi makanannya."Apa kamu merasa sakit perut ?" Tanya Zeira. Ia berpikir kalau Vivi merasa sakit di bagian perutnya, karena wanita hamil memang kerap tidak enak badan atau se
Cuaca yang indah menyambut keluarga Nicolas di pagi hari. Saat ini kedua pasangan suami istri itu sedang menikmati sarapan pagi. Setelah sarapan mereka langsung berangkat ke Bandung dengan menaiki pesawat pribadi milik keluarga Nicolas.Sebelum berangkat, Reyhan sudah mempercayakannya mansion megah itu kepada Bara dan Siti, karena kedua pelayan ini yang paling Reyhan percayai dan yang paling lama bekerja dengannya.Tepat pukul 9 mereka sudah tiba di Bandung. Saat mereka tiba di hotel, Carles sudah menunggu di lobi. Pria tampan itu bangkit dari kursi melangkah menghampiri mereka."Apa kabar Bro" sapa Carles sambil berjabat tangan dengan Reyhan lalu memeluknya. Mereka sudah hampir dua tahun tidak bertemu, wajar saja jika mereka saling rindu, yang namanya sahabat pasti merindukan sahabatnya. Bukankah begitu ? Ya begitulah hehehe, biar enggak terlalu tegang."Baik Bro" sahut Reyhan sambil melepaskan pelukannya."Apa kabar adikku" sapa Carles kepada Roy
Semua para tamu undangan telah pergi, saat ini hanya tinggal mereka yang ada di kafe itu. Reyhan membujuk Carles untuk jujur kepadanya tentang hubungannya dengan Mita, tetapi sahabatnya itu tidak mau membuka mulut, ia selalu menantang jika di tuduh memiliki hubungan atau kenal dengan Mita.Dengan harapan yang kecewa mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Zeira dan Reyhan masuk ke dalam kamarnya. Andrian bersama seorang pelayan yang mereka bawa dari kediaman Nicolas husus menjaga Andrian masuk ke kamar tepat di sebelah kamar mereka. Sedangkan Roy dan Vivi pergi mencari angin segar di pusat kota dan Carles masih tinggal di kafe bersama para calon karyawannya."Sayang terima kasih ya ?" Ucap Vivi kepada Roy sambil bergelayut manja di lengan suaminya itu."Terima kasih untuk apa sayang ?" Tanya Roy. Ia sedikit bingung dengan ucapan terima kasih dari Istrinya itu. Sebab ia tidak memberikan ataupun tidak melakukan sesuatu yang indah saat ini."Terima kasih u
Ting-nong ting-nong. Suara dering ponsel Reyhan membangunkan Zeira dari tidur panjangnya. Dengan malas ia membuka mata, lalu menurunkan kedua kakinya dari ranjang, melangkah menghampiri meja untuk meraih ponsel milik suaminya itu.Ia kembali ke ranjang dan membangunkan Reyhan. Setelah memberikan ponselnya, ia kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur."Sayang, jangan tidur lagi dong" ucap Reyhan setelah memutuskan sambungan teleponnya"Aku masih ngantuk mas, ini masih malam" sahut Zeira."Ini bukan malam lagi sayang, tapi sudah jam 9" sahut ReyhanMata Zeira terbuka sempurna, ia meraih ponsel miliknya dari atas meja kecil yang ada di dekat tempat tidur. Matanya semakin membuat saat melihat 5 panggilan tidak terjawab dan 3 pesan dari Vivi."Aduh.....aku lupa untuk menghidupkan nada ponselku tadi malam. Vivi sudah menghubungiku sebanyak 5 kali dan mengirimkan tiga pesan, terus sekarang mereka sudah menunggu di kafe Carles " geru
Kedua wanita yang bersahabat sejak kecil itu sedang sibuk memilih pakaian, Zeira membantu Vivi untuk memilih pakaian yang pas untuk sahabat sekaligus adik iparnya itu. Patung yang berdiri di belakang Zeira tiba-tiba terjatuh, dengan sigap Vivi menarik tangan sahabatnya itu agar terhindar dari patung."Terima kasih Vi, walaupun patungan itu ringan ! Jika terjatuh menimpa kepala, pasti akan terasa sakit" ucap Zeira kepada Vivi sambil mengelus dada"Iya Ra, untung saja aku melihatnya. Oh iya, yang ini cocok enggak untuk aku ?" Tanya Vivi sambil menyesuaikan sebuah gaun berwarna hitam di tubuhnya."Cocok, tapi aku kurang suka dengan warnanya" keluh Zeira"Terus warna apa yang bagus menurut kamu Ra ?" Vivi kembali memilih gaun yang tergantung di hadapannya"Warna merah pasti bagus" sahut Zeira"Tapi aku enggak suka warna merah, kamu kan tahu kalau dari dulu aku gak suka warna yang cerah""Iya sih. Ya sudah, ambil warna yang kamu suka
"ada apa dengan pak bos ?" Tanya salah satu karyawan kepada temannya."Aku juga enggak tahu" sahut yang satu"Tadi saat meeting pak bos baik-baik saja, tidak tegang seperti itu" ucap sekretaris yang ikut mendampingi Reyhan saat meeting"Jangan terlalu kepo dengan urusan orang lain" cibir security"Bukan kepo pak ! Cuma pak bos tidak biasanya seperti itu" sahut sekretaris.............Dalam perjalanan ke rumah sakit, Reyhan berkali-kali menghubungi Zeira, tetapi tidak dapat di hubungi, begitu juga dengan nomor Bara dan Vivi, tetapi tidak ada satupun yang tersambung. Reyhan semakin cemas, ia meminta sopir untuk menambah kecepatan mobilnya. Suasana jalan ibukota siang ini lumayan macet karena waktu jam istirahat, butuh waktu 45 menit untuk ia sampai di sana.Saat mobil yang ia tumpangi tiba di parkiran, dengan sigap Reyhan membuka pintu mobilnya sendiri dan berlari masuk ke dalam rumah sakit."Istri saya di kamar nomor be