Zeira sedang bersiap-siap, ia mengenakan pakaian rapi, seperti biasa ia selalu mengenakan celana jeans hitam dan baju kemeja putih. Siang ini ia akan pergi ke rumah sakit untuk menemani Vivi melakukan pemeriksaan kandungan. Zeira menitipkan Andrian kepada pelayan Siti sebelum ia dan Vivi pergi meninggalkan kediaman Nicolas.
Di perjalanan Zeira merasa resah, jantungnya tiba-tiba saja berdetak tidak menentu, ia berulangkali memutar kepalanya menghadap belakang, tetapi matanya tidak menemukan kecurigaan.
"Kamu kenapa Ra ?" Tanya Vivi.
"Enggak ada" sahut Zeira dengan senyum
"Tapi kenapa dari tadi melihat arah kebelakang terus ?" Lanjut Vivi
"Oh..itu, aku pikir tadi mobil yang di belakang kita adalah mobil Rian. Ternyata aku salah" dalih Zeira, ia takut jika Vivi ikut khawatir kalau dia mengatakan yang sebenarnya tentang perasaannya saat ini.
"Hm.." sahut Vivi "paman tolong berhenti sebentar" lanjut Vivi
"Baik Nyonya" Bara meng
Zeira sudah kembali ke kamar dengan membawa satu gelas kopi untuk suaminya, sedangkan Reyhan belum juga keluar dari kamar mandi. Pria tampan itu masih sibuk membersihkan setiap inci dari kulit mulusnya. Zeira yang sudah bosan menunggu, ia bangkit dari sofa melangkah menuju kamar mandi, di saat ia mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, tiba-tiba pintunya terbuka dan Reyhan berdiri tepat di hadapannya tampan mengenakan pakaian atau handuk."Mas..." Panggil Zeira dengan menutup matanya"Ada apa sayang" Reyhan memeluk Zeira dan menuntunnya dengan melangkah mundur hingga ke tempat tidur."Mas minum kopinya dulu, nanti keburu dingin" ucap Zeira dengan malu-malu"Kopinya nanti aja sayang, aku mau minum susu yang ini dulu" Reyhan meremas gundukan kenyal milik Zeira dengan lembut. Ia membuka kancing piyama Zeira satu persatu. Kini tubuh mulus Zeira hanya berbalut dengan bra merah dan lingerie berwarna senada."Mas" panggil Zeira dengan suara ma
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, Reyhan masih setia duduk di ruang kerjanya. Ia tidak habis pikir, dari mana hewan itu bisa masuk ke kediaman Nicolas. Tadi sore ia sudah memerintahkan seluruh pekerja yang ada di mansion itu untuk memeriksa seluruh pagar dan tembok, tetapi tidak ada yang rusak, semuanya aman dan baik-baik saja.Sementara Zeira sudah merasa resah menunggu Reyhan di kamar, ia mengangkat tubuh Andrian dari atas ranjang dan membawanya ke dalam gendongannya, lalu ia melangkah keluar dari kamar, menaiki anak tangga menuju ruang kerja Reyhan yang berada di lantai tiga.Ia membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruang kerja Reyhan tanpa mengetuknya terlebih dahulu."Mas ini sudah larut malam" ucap Zeira saat membuka pintu dan melihat Reyhan sedang duduk bersandar di kursinya.Reyhan refleks memutar kursinya untuk melihat Zeira "Hm... Sayang, kenapa belum tidur ?" Tanya Reyhan. Ia bangkit dari kursinya, melangkah mendekati Zeira dan meraih
Tepat pukul 7 pagi, Reyhan, Zeira dan Vivi berangkat menuju kediaman almarhum Aan. Mereka mengenakan pakaian hitam layaknya orang yang sedang berduka. Saat tiba di sana semua orang menatap kedatangan mereka. Zeira menjadi gugup karena merasa, kalau orang-orang pasti membicarakan mereka dan menyalakan mereka atas kejadian yang menimpah Aan. Tetapi ia berusaha tersenyum untuk membalas senyuman para pelayat yang ada di sana.Zeira dan Vivi bergabung dengan para ibu-ibu, sedangkan Reyhan dan Roy bergabung dengan para pelayat pria. Tidak sedikit diantara para pelayat yang bertanya tentang kejadian itu. Tetapi selalu Bara yang menjawab terlebih dahulu.Setelah waktu menunjukkan pukul 10, jenazah Aan di makamkan. Air mata Zeira dan Vivi tidak bisa berhenti mengalir dari matanya. Sungguh tangisan anak dan istri Aan sangat menyentuh hati, sehingga siapa yang mendengarnya ikut meneteskan air mata.Setelah pemakaman selesai, keluarga Nicolas tidak langsung kembali ke kedia
Setelah pulang dari kantor, Reyhan mengumpulkan semua pelayan wanita, ia sangat kecewa dengan kecerobohan mereka yang mengakibatkan istrinya terjatuh."Apa kalian sudah bosan bekerja di rumah ini ?" Tanya Reyhan dengan nada yang dingin, namun sanggup untuk membuat semua pelayan itu gemetar dan berkeringat dingin."Apa kalian sudah bosan bekerja di rumah ini ?" Reyhan kembali mengulang pertanyaannya"Sepertinya kalian harus pensiun saat ini juga. Aku akan mempekerjakan pelayan baru di rumah ini. Kumpul barang-barang kalian, dan datang ke ruang kerjaku untuk mengambil upah terakhir kalian" lanjut Reyhan karena tidak ada satupun yang berani menjawabnya"Ti...tidak tuan" sahut Siti dengan gugup karena takut"kami masih berharap tetap bekerja di rumah ini. Maafkan atas kesalahan yang kami lakukan tuan" lanjutnya dengan nada yang memohon"Maafkan kami tuan, kami tidak akan mengulanginya lagi" timpal pelayan yang satu lagi."Kami minta
Setelah Asep pergi, Zeira melangkah masuk ke dalam rumah, ia menemui siti dan memintanya untuk memberikan obat kepada Asep."Bi, tolong berikan obat ini kepada pak Asep, seperti beliau sedang tidak enak badan" ucap Zeira sambil menyodorkan kotak obat kepada pelayan Siti."Baik Nyonya" sahut Siti dengan hormat. Ia keluar dari pintu khusus pelayan menuju rumah yang ada di belakang mansion megah itu. Siti melangkah menuju kamar 09, tangannya terhenti saat ingin mengetuk pintu, Indra pendengarannya tidak sengaja mendengar suara tawa seorang pria dari dalam kamar itu."Baik bos, aku sudah melakukan seperti yang kita rencanakan. Percayalah tidak akan ada yang mengetahuinya" suara dari dalam kamar"Dia bicara dengan siapa ? Rencana apa yang sudah ia lakukan ?" Bisik dalam hati Siti.Tok....tok...tok.... Siti mengetuk pintu kamar Asep.Tidak lama pintu terbuka, Asep menjulurkan kepalanya dari balik pintu "ada apa buk Siti ?" Tanya Asep dengan nada y
Saat ini Zeira dan Vivi sedang berada disebuah toko pusat perbelanjaan. Usia kandungan Vivi yang sudah memasuki 4 bulan, membuat semua pakaiannya tidak bisa dipakai lagi, karena berat badannya yang naik drastis.Setelah selesai berbelanja pakaian, mereka menuju toko perhiasan. Zeira membeli beberapa perhiasan untuk ia pakai saat acara peresmian kafe milik Carles. Sedangkan Vivi hanya membeli satu kalung dengan liontin berwarna putih.Sebelum kembali ke kediaman Nicolas, mereka sempat makan siang di sebuah kafe yang ada di dalam Mall itu."Ra, kira-kira berapa hari ya, kita di Bandung ?" Tanya Vivi sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya."Kata mas Reyhan 2 atau 3 hari" sahut Zeira"Ra, kok perasaan aku tiba-tiba enggak enak ya ?" Ucap Vivi sambil menyudahi makanannya."Apa kamu merasa sakit perut ?" Tanya Zeira. Ia berpikir kalau Vivi merasa sakit di bagian perutnya, karena wanita hamil memang kerap tidak enak badan atau se
Cuaca yang indah menyambut keluarga Nicolas di pagi hari. Saat ini kedua pasangan suami istri itu sedang menikmati sarapan pagi. Setelah sarapan mereka langsung berangkat ke Bandung dengan menaiki pesawat pribadi milik keluarga Nicolas.Sebelum berangkat, Reyhan sudah mempercayakannya mansion megah itu kepada Bara dan Siti, karena kedua pelayan ini yang paling Reyhan percayai dan yang paling lama bekerja dengannya.Tepat pukul 9 mereka sudah tiba di Bandung. Saat mereka tiba di hotel, Carles sudah menunggu di lobi. Pria tampan itu bangkit dari kursi melangkah menghampiri mereka."Apa kabar Bro" sapa Carles sambil berjabat tangan dengan Reyhan lalu memeluknya. Mereka sudah hampir dua tahun tidak bertemu, wajar saja jika mereka saling rindu, yang namanya sahabat pasti merindukan sahabatnya. Bukankah begitu ? Ya begitulah hehehe, biar enggak terlalu tegang."Baik Bro" sahut Reyhan sambil melepaskan pelukannya."Apa kabar adikku" sapa Carles kepada Roy
Semua para tamu undangan telah pergi, saat ini hanya tinggal mereka yang ada di kafe itu. Reyhan membujuk Carles untuk jujur kepadanya tentang hubungannya dengan Mita, tetapi sahabatnya itu tidak mau membuka mulut, ia selalu menantang jika di tuduh memiliki hubungan atau kenal dengan Mita.Dengan harapan yang kecewa mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Zeira dan Reyhan masuk ke dalam kamarnya. Andrian bersama seorang pelayan yang mereka bawa dari kediaman Nicolas husus menjaga Andrian masuk ke kamar tepat di sebelah kamar mereka. Sedangkan Roy dan Vivi pergi mencari angin segar di pusat kota dan Carles masih tinggal di kafe bersama para calon karyawannya."Sayang terima kasih ya ?" Ucap Vivi kepada Roy sambil bergelayut manja di lengan suaminya itu."Terima kasih untuk apa sayang ?" Tanya Roy. Ia sedikit bingung dengan ucapan terima kasih dari Istrinya itu. Sebab ia tidak memberikan ataupun tidak melakukan sesuatu yang indah saat ini."Terima kasih u