Share

42~NDS

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2025-04-28 09:48:55
“Pagi, Ma,” sapa Sastra menarik kursi di meja makan dan duduk di sana. Mama mertuanya itu sedang menikmati sarapan pagi, sementara Sastra baru saja akan sarapan.

“Pagi,” balas Anggi tersenyum pada Sastra yang duduk di sampingnya, tetapi di sisi yang berbeda. “Nada nggak turun?”

“Masih tidur.” Sastra menahan senyum, untuk meredam rasa canggung di depan mertuanya.

Anggi melipat bibir sesaat. Berusaha untuk tidak tertawa, agar situasi di antara mereka tetap terjaga.

“Oia, Ma.” Sastra buru-buru mengganti topik obrolan mereka, agar tidak semakin salah tingkah. Jika saat ini Arini dan Adrian yang berada di depannya, mereka berdua pasti sudah tertawa untuk meledek Sastra. “Nada sudah cerita masalah pertemuan kemarin dengan pak Rizal.”

“Nggak papa,” ujar Anggi sambil mengunyah pelan makanannya. “Nggak usah terlalu dipikirkan, karena papanya Nada sekarang sedang ditahan.”

“Tapi, Ma, apa besok gugatannya betul-betul dicabut?”

“Betul.” Anggi mengangguk pelan. “Ada surat yang sudah Mama tanda tang
Kanietha

Eaaakk ...

| 73
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Nada di Hati Sastra   43~NDS

    “Oke.” Sastra mengiyakan permintaan Nada, untuk tetap bekerja. “Tapi batasnya cuma sampai resepsi. Setelah itu, fokuslah dengan kuliahmu.”Nada mengangguk. “Makasih, Mas.”“Sama-sama,” ujar Sastra bergegas keluar mobil, lalu membukakan pintu untuk Nada.Jelang siang, Sastra memutuskan untuk menginap di hotel daripada tetap tinggal di rumah. Sebelum Milan dan Cairo pulang dari jalan-jalan, ia harus membawa Nada pergi lebih dulu. Sastra tahu betul, kalau dua bocah itu sudah datang, jangan harap ia bisa menikmati waktu berdua dengan istrinya.Terlebih lagi, ketika Sastra sudah menjanjikan Milan boleh menginap dengan Nada keesokan harinya, yaitu hari ini.Tidak .... Kali ini Sastra tidak akan mau mengalah dengan kedua keponakannya itu.“Ayo.” Sastra mengulurkan tangannya pada Nada, lalu segera membawa istrinya masuk ke dalam hotel. “Kamu duduk dulu, biar aku yang ke resepsionis.”“Tapi.” Nada mengeratkan genggamannya di tangan Sastra sebelum mereka berpisah. “Aku lupa tanya. Emm, Mas bawa

    Last Updated : 2025-04-28
  • Nada di Hati Sastra   44~NDS

    “Nggak dicabut?” Anggi sontak terkejut, begitu mendengar Sastra mengatakan bahwa gugatan cerainya dan Rizal akan terus diproses. Ia menatap pria itu dengan raut tidak percaya, berharap ada kesalahan dalam ucapannya. “Tapi kenapa?”“Saya tahu Mama terpaksa,” ucap Sastra.Mereka baru selesai makan malam dan sebelum beranjak ke mana-mana, maka Sastra menceritakan perihal pertemuannya dengan Rizal hari itu.“Dan saya harap, Mama nggak perlu lagi memikirkan harta gono gini,” sambungnya sambil meraih tangan Nada dan menggenggam erat. “Jangan pernah khawatir dengan masa depan Mama dan Nada, karena saya akan memastikan kalian tidak kekurangan apa pun.”“Sastra, Mama nggak mau merepotkan.” Anggi menghela napas panjang, tatapannya bergantian berpindah dari Sastra ke Nada. “Biarlah. Cabut saja gugatannya. Toh, papanya Nada juga ada di penjara dan mungkin akan ditahan beberapa tahun.”“Saya nggak pernah merasa direpotkan,” ucap Sastra. “Ibu Anggi itu sekarang juga mama saya, jadi, nggak usah sung

    Last Updated : 2025-04-28
  • Nada di Hati Sastra   45~NDS

    “Siang, bu Mercy,” sapa Nada ramah dan tetap bersikap profesional, ketika melihat Mercy datang ke Firma. “Ada yang bisa dibantu.”“Siang,” balas Mercy juga bersikap ramah. “Saya sudah ada janji sama mas Ian. Tapi, beliau sudah telpon dan bilang sedikit telat.”Tanpa sengaja, tatapan Mercy menangkap sebuah cincin berlian yang begitu indah melingkar di jari manis Nada. Seketika hatinya dipenuhi tanda tanya. Apakah benar, Sastra menikah dengan Nada di malam reuni mereka kala itu?Mercy sempat menanyakan langsung pada Ian, dan pria itu membenarkan bahwa Sastra memang sudah menikah. Pernikahan itu digelar secara tertutup, tanpa mengundang siapa pun dari Firma. Namun, Ian menyebutkan bahwa resepsi akan menyusul kemudian, di mana seluruh karyawan akan turut diundang.Selain itu, Mercy juga sempat bertanya perihal hubungan Sastra dan Nada. Namun, Ian mengatakan jika ia tidak terlalu menyimak gosip yang ada di Firma. Jadi, Ian tidak bisa memberitahunya dengan pasti, gadis mana yang telah dinik

    Last Updated : 2025-04-29
  • Nada di Hati Sastra   46~NDS

    “Apa resepsinya nggak terlalu mewah?” Nada jadi khawatir sendiri dengan pandangan orang-orang nantinya. “Papaku lagi kena kasus. Aku nggak mau keluarga Mas Sastra nanti jadi bahan omongan.”“Nggak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujar Sastra yang menggunakan punggung Nada sebagai bantalnya. Sementara istrinya, sedang bertelungkup dan mengecek kembali semua persiapan resepsi mereka yang berada di layar laptop. “Berani buat fitnah, onar, atau bikin gosip yang nggak jelas, mereka sudah tahu konsekuensinya.”“Sombongnyaaa.”"Bukan sombong," sanggah Sastra, lalu meletakkan ponselnya. "Tapi itu fakta. Siapa pun yang kenal keluarga kami pasti tahu, sekali kami diganggu, kami nggak akan tinggal diam. Kami akan tuntut sampai pelakunya dapat hukuman yang setimpal."“Serem.” Nada menggoyangkan tubuhnya. Memberi kode agar Sastra bangkit dari punggungnya.Sastra bangkit seraya menggeram. “Kalau serem, kamu nggak bakal betah ada di tengah-tengah keluargaku,” ucapnya lalu membuka laci nakas dan berdec

    Last Updated : 2025-04-29
  • Nada di Hati Sastra   1~NDS

    “Papa?”Nada berdiri terpaku di sisi meja restoran. Menatap datar pada pria yang selama ini dipanggilnya Papa dan tengah duduk bersama seorang wanita asing.“Nada!” Rizal tersentak. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan putrinya di jam makan siang seperti sekarang. Wajahnya tegang sesaat, sebelum akhirnya memaksakan senyum dan berusaha bersikap tenang. “Kamu ngapain di sini?”“Justru aku yang harusnya tanya, Papa ngapain di sini?” Matanya menyipit tajam. Ia melirik sekilas ke arah wanita asing di sebelah papanya, sebelum bertanya dengan nada dingin. “Lo siapa?”“Dina,” ucapnya sambil mengulurkan tangan. Berusaha terlihat biasa, kendati ada sedikit perasaan was-was di hatinya.“Lo ngapain sama Papa gue?” Nada bersedekap. Intonasinya naik satu oktaf, membuat beberapa orang di sekitar mulai menoleh.Nada hanya menatap Dina sekilas tanpa ekspresi dan membiarkan tangan wanita itu menggantung di udara. Kemudian, pandangannya jatuh pada beberapa paper bag bermerek yang tergeletak di kursi y

    Last Updated : 2025-03-17
  • Nada di Hati Sastra   2~NDS

    “Ini baru yang namanya liar!”Nada mencengkeram rambut Dina, menariknya ke belakang dengan gerakan kasar hingga wanita itu terhuyung, nyaris kehilangan keseimbangan."LEPASIN!" Dina meronta panik, merintih kesakitan. Tangannya menggapai udara, mencoba mencakar lengan Nada, tetapi gadis itu terlalu gesit. Nada terus menarik dan memutar kepala Dina ke berbagai arah, membuat wanita itu terhuyung tidak menentu dan hampir terjatuh.Dina tidak bisa menggapai tubuh Nada, karena gadis itu berada di belakangnya. Ketika ia hendak berputar, Nada dengan gesit tetap memposisikan tubuh di belakangnya."Lo pikir lo siapa!" Nada berteriak. Ia tidak mau peduli dengan banyak mata yang melihat dan merekam tindakan brutalnya. Baginya, semakin banyak yang merekam justru semakin bagus.Jika mau rusak, maka Nada akan merusak semuanya sekalian. Berikut dengan image papanya yang berprofesi sebagai karyawan penting di salah satu perusahaan negara. “Mas,” rintih Dina putus asa.“Nada! Cukup!” Rizal akhirnya m

    Last Updated : 2025-03-17
  • Nada di Hati Sastra   3~NDS

    “Apa!” Nada menggeleng. Tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya dari Anggi. Napasnya tercekat dan dadanya semakin sesak. “Dina itu ... istri papa?”Nada tertawa getir. Ternyata, kenyataan yang terungkap lebih menyakitkan dari apa yang ia lihat tadi siang.“Kapan? Sejak kapan Papa nikah dan sejak kapan Mama tahu semuanya?” cecar Nada tidak sabar dan langsung beranjak dari tempatnya. Ia berdiri di tengah ruang dengan perasaan gusar. Menunggu jawaban dari orang tuanya.“Nada, duduk dulu,” pinta Anggi masih menatap pipi putrinya yang memerah.“Aku nggak mau duduk,” tolak Nada lalu bersedekap dengan tangan yang mengepal erat. “Aku mau jawaban.”“Sudah satu setengah tahun,” jawab Rizal tetap tenang saat memberi jawaban pada putrinya. “Dan Papa sudah minta izin ke Mamamu sebelum menikah.”Satu setengah tahun?Nada sontak membeku di tempat. Jadi ... selama ini ia hidup dalam kebohongan? Keluarga harmonis yang selama ini sempat tercipta di kepala, menyimpan rahasia yang cukup membuatnya

    Last Updated : 2025-03-17
  • Nada di Hati Sastra   4~NDS

    “Nada ...” Anggi mendorong tuas kursi rodanya mendekati Nada yang masih berdiri tegak di tempatnya. Wajah Nada sudah basah dengan air mata dan sesenggukan menahan tangis. “Mama minta maaf karena sudah merahasiakan semua ini sama kamu,” ucapnya sambil meraih dan menggenggam tangan putrinya.Nada menatap mamanya tanpa bisa berkata-kata. Entah harus menyalahkan siapa, karena kedua orang tuanya ternyata punya andil dalam kejadian ini.“Tapi kamu harus paham dengan kondisi Mama,” lanjut Anggi menunduk, menatap kedua kakinya yang tidak lagi berguna. “Dan papamu ... dia punya kebutuhan yang nggak bisa Mama beri.”Air mata Nada kembali menitik, tetapi ia segera mengusapnya kasar. Sebenarnya, Nada belum terlalu dewasa untuk memikirkan masalah yang terjadi di dalam rumah tangga orang tuanya. Namun, setidaknya Nada bisa mengerti dengan kebutuhan yang dimaksud oleh Anggi.“Jadi, Mama kenal dengan Dina?” tanya Nada menarik tangannya dari genggaman mamanya.Anggi mengangguk pelan. Ada rasa kecewa k

    Last Updated : 2025-03-17

Latest chapter

  • Nada di Hati Sastra   46~NDS

    “Apa resepsinya nggak terlalu mewah?” Nada jadi khawatir sendiri dengan pandangan orang-orang nantinya. “Papaku lagi kena kasus. Aku nggak mau keluarga Mas Sastra nanti jadi bahan omongan.”“Nggak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujar Sastra yang menggunakan punggung Nada sebagai bantalnya. Sementara istrinya, sedang bertelungkup dan mengecek kembali semua persiapan resepsi mereka yang berada di layar laptop. “Berani buat fitnah, onar, atau bikin gosip yang nggak jelas, mereka sudah tahu konsekuensinya.”“Sombongnyaaa.”"Bukan sombong," sanggah Sastra, lalu meletakkan ponselnya. "Tapi itu fakta. Siapa pun yang kenal keluarga kami pasti tahu, sekali kami diganggu, kami nggak akan tinggal diam. Kami akan tuntut sampai pelakunya dapat hukuman yang setimpal."“Serem.” Nada menggoyangkan tubuhnya. Memberi kode agar Sastra bangkit dari punggungnya.Sastra bangkit seraya menggeram. “Kalau serem, kamu nggak bakal betah ada di tengah-tengah keluargaku,” ucapnya lalu membuka laci nakas dan berdec

  • Nada di Hati Sastra   45~NDS

    “Siang, bu Mercy,” sapa Nada ramah dan tetap bersikap profesional, ketika melihat Mercy datang ke Firma. “Ada yang bisa dibantu.”“Siang,” balas Mercy juga bersikap ramah. “Saya sudah ada janji sama mas Ian. Tapi, beliau sudah telpon dan bilang sedikit telat.”Tanpa sengaja, tatapan Mercy menangkap sebuah cincin berlian yang begitu indah melingkar di jari manis Nada. Seketika hatinya dipenuhi tanda tanya. Apakah benar, Sastra menikah dengan Nada di malam reuni mereka kala itu?Mercy sempat menanyakan langsung pada Ian, dan pria itu membenarkan bahwa Sastra memang sudah menikah. Pernikahan itu digelar secara tertutup, tanpa mengundang siapa pun dari Firma. Namun, Ian menyebutkan bahwa resepsi akan menyusul kemudian, di mana seluruh karyawan akan turut diundang.Selain itu, Mercy juga sempat bertanya perihal hubungan Sastra dan Nada. Namun, Ian mengatakan jika ia tidak terlalu menyimak gosip yang ada di Firma. Jadi, Ian tidak bisa memberitahunya dengan pasti, gadis mana yang telah dinik

  • Nada di Hati Sastra   44~NDS

    “Nggak dicabut?” Anggi sontak terkejut, begitu mendengar Sastra mengatakan bahwa gugatan cerainya dan Rizal akan terus diproses. Ia menatap pria itu dengan raut tidak percaya, berharap ada kesalahan dalam ucapannya. “Tapi kenapa?”“Saya tahu Mama terpaksa,” ucap Sastra.Mereka baru selesai makan malam dan sebelum beranjak ke mana-mana, maka Sastra menceritakan perihal pertemuannya dengan Rizal hari itu.“Dan saya harap, Mama nggak perlu lagi memikirkan harta gono gini,” sambungnya sambil meraih tangan Nada dan menggenggam erat. “Jangan pernah khawatir dengan masa depan Mama dan Nada, karena saya akan memastikan kalian tidak kekurangan apa pun.”“Sastra, Mama nggak mau merepotkan.” Anggi menghela napas panjang, tatapannya bergantian berpindah dari Sastra ke Nada. “Biarlah. Cabut saja gugatannya. Toh, papanya Nada juga ada di penjara dan mungkin akan ditahan beberapa tahun.”“Saya nggak pernah merasa direpotkan,” ucap Sastra. “Ibu Anggi itu sekarang juga mama saya, jadi, nggak usah sung

  • Nada di Hati Sastra   43~NDS

    “Oke.” Sastra mengiyakan permintaan Nada, untuk tetap bekerja. “Tapi batasnya cuma sampai resepsi. Setelah itu, fokuslah dengan kuliahmu.”Nada mengangguk. “Makasih, Mas.”“Sama-sama,” ujar Sastra bergegas keluar mobil, lalu membukakan pintu untuk Nada.Jelang siang, Sastra memutuskan untuk menginap di hotel daripada tetap tinggal di rumah. Sebelum Milan dan Cairo pulang dari jalan-jalan, ia harus membawa Nada pergi lebih dulu. Sastra tahu betul, kalau dua bocah itu sudah datang, jangan harap ia bisa menikmati waktu berdua dengan istrinya.Terlebih lagi, ketika Sastra sudah menjanjikan Milan boleh menginap dengan Nada keesokan harinya, yaitu hari ini.Tidak .... Kali ini Sastra tidak akan mau mengalah dengan kedua keponakannya itu.“Ayo.” Sastra mengulurkan tangannya pada Nada, lalu segera membawa istrinya masuk ke dalam hotel. “Kamu duduk dulu, biar aku yang ke resepsionis.”“Tapi.” Nada mengeratkan genggamannya di tangan Sastra sebelum mereka berpisah. “Aku lupa tanya. Emm, Mas bawa

  • Nada di Hati Sastra   42~NDS

    “Pagi, Ma,” sapa Sastra menarik kursi di meja makan dan duduk di sana. Mama mertuanya itu sedang menikmati sarapan pagi, sementara Sastra baru saja akan sarapan.“Pagi,” balas Anggi tersenyum pada Sastra yang duduk di sampingnya, tetapi di sisi yang berbeda. “Nada nggak turun?”“Masih tidur.” Sastra menahan senyum, untuk meredam rasa canggung di depan mertuanya.Anggi melipat bibir sesaat. Berusaha untuk tidak tertawa, agar situasi di antara mereka tetap terjaga.“Oia, Ma.” Sastra buru-buru mengganti topik obrolan mereka, agar tidak semakin salah tingkah. Jika saat ini Arini dan Adrian yang berada di depannya, mereka berdua pasti sudah tertawa untuk meledek Sastra. “Nada sudah cerita masalah pertemuan kemarin dengan pak Rizal.”“Nggak papa,” ujar Anggi sambil mengunyah pelan makanannya. “Nggak usah terlalu dipikirkan, karena papanya Nada sekarang sedang ditahan.”“Tapi, Ma, apa besok gugatannya betul-betul dicabut?”“Betul.” Anggi mengangguk pelan. “Ada surat yang sudah Mama tanda tang

  • Nada di Hati Sastra   41~NDS

    “Kenapa Papa harus bikin Mama menderita!” desis Nada pelan. Ia Meminta sedikit waktu bicara dengan Rizal, sebelum pria itu kembali pergi mendekam di tahanan. “Harusnya—”“Karena sedari awal Papa nggak mau cerai dengan mamamu,” sela Rizal ikut memelankan suaranya. “Mamamu yang ngotot cerai, Nad. Sementara Papa cuma mau keluarga kita utuh. Coba kamu pahami pemikiran Papa.”“Apa karena Dina pergi ninggalin Papa, terus Papa jadiin mama tumbal! Begitu?”“Nada.” Rizal menggeleng dan menangkup kedua lengan Nada. Putrinya tidak akan bisa mengelak, karena mereka masih berada di keramaian. Nada harus menjaga nama baik keluarga Wiguna, karena itulah, meski mereka berdebat tetapi senyum itu selalu tersemat di wajahnya. “Sekali lagi Papa bilang, Papa cuma mau keluarga kita tetap utuh. Jangan selalu berpikiran negatif, karena Papa itu selalu sayang sama kalian.”“Kalau sayang, harusnya Papa lepasin mama!” Nada bergeser, agar tangan Rizal tidak lagi berada di tubuhnya. “Biarkan mama hidup bahagia.”“

  • Nada di Hati Sastra   40~NDS

    “Katanya mau ngomong, tapi nggak datang-datang,” keluh Nada kembali didera rasa gelisah. Saat ini, hanya tinggal Nada dan Anggi saja yang berada di ruangan. Namun, pria itu belum juga muncul.Apa yang diinginkan Rizal sebenarnya?Jarum jam terus berputar, waktu akad pun akan segera datang. Nada sudah siap dengan kebaya dan riasan sempurna di wajahnya. Namun, pria yang katanya ingin bicara dengan Nada, tidak kunjung memasuki kamar.“Mungkin papamu nggak jadi ke sini,” ujar Anggi. “Nggak usah dipikirkan. Lebih baik fokus dengan pernikahanmu. Sudah siap, kan?”Nada menghela sambil menggeleng. “Aku bingung, Ma.”“Duduk sini,” pinta Anggi menepuk sudut tempat tidur. Sejak tadi, Nada hanya berdiri dan gelisah, menunggu papanya yang tidak kunjung datang. Nada menurut. Kembali membuang napas besar ketika duduk di samping Anggi. “Aku ... kenapa aku jadi ... apa aku bisa jadi istri yang baik?” Ingin rasanya Nada mengusap wajah dan mengacak rambutnya, tetapi tidak bisa. “Nikah itu, kan ... ngg

  • Nada di Hati Sastra   39~NDS

    “Kenapa masih bawa bekal!” Nada berseru geregetan, ketika masih melihat tas bekal milik Sastra ada di jok belakang. “Mas, kan, tinggal nyebrang jalan kalau mau jemput, jadi, harusnya bisa sarapan di rumah seperti biasanya.”“Lebih enak disuapin kamu,” jawab Sastra mulai melajukan mobilnya. “Buruan diambil, terus suapi aku lagi,” ujarnya sambil menepuk pelan perutnya. “Laper.”Nada melirik tajam, lalu berbalik mengambil tas bekal milik pria itu. Membukanya, lalu mengeluarkan kotak bekal tersebut seperti biasa.Nada menarik napas panjang dan tidak boleh protes. Sastra sudah melakukan banyak hal untuknya, lebih dari yang bisa ia bayangkan. Yang paling penting, pria itu telah memberi kenyamanan untuk mamanya.Setelah resmi pindah, Nining kembali bekerja bersama Anggi dan hal itu membuat Nada tidak perlu lagi merasa was-was ketika berada di luar rumah. Bahkan, Sastra sudah membayar gaji Nining untuk tiga bulan ke depan.Singkatnya, Nada berutang banyak pada Sastra. Terlalu banyak.“Kata m

  • Nada di Hati Sastra   38~NDS

    “Silakan masuk,” ucap Sastra setelah pintu rumah bagian sampingnya terbuka.Dengan terpaksa, ia harus membawa Anggi dan Nada masuk melalui pintu samping, karena tidak ada jalur untuk kursi roda jika lewat pintu utama rumah. Karena itulah, dalam waktu dekat Sastra akan merenovasi beberapa bagian di rumahnya, agar memudahkan calon ibu mertuanya menggunakan kursi roda.“Milan sama Cairo ada di dalam, Bik?” tanya Sastra pada Yeyen, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Adrian.“Sudah sama Ibu, Mas.”“Makasih.”Sastra menunjukkan jalan menuju ruang keluarga, di mana suara berisik Milan dan Cairo mulai terdengar.“Mereka ke sini juga?” tanya Nada yang cukup lama tidak bertemu dengan dua bocil yang selalu ribut itu.“Aku bilang kalau kamu mau ke sini sama bu Anggi.” Sastra menghela panjang ketika melihat bantal sofa di ruang tengahnya sudah berjajar di karpet. Ditambah, Milan dan Cairo saat ini sedang melompat-lompat di atasnya. Padahal, sofa itu baru Sastra beli dan dikirim kemarin sia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status