Share

82. KERAGUAN ITU MASIH ADA

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-12-26 23:51:05

“Pita …,” panggil Pram lagi, karena setelah mendesah kaget itu, Puspita tak terdengar lagi suaranya.

“Bisa alihkan ke panggilan video? Aku ingin melihatmu dan Prily,” pinta Pram. “Aku rindu kalian.”

Awalnya, tak ada jawaban dari Puspita hingga ….

“Maaf, Mas. Aku tidak sedang bersama Prily. Aku sedang di kamar dan tidak memakai kerudung.”

“Oh, Prily di mana?”

“Tidur di kamarnya sama Mbak Sari.”

“Ya sudah, Mas mau lihat kamu saja, boleh, kan?”

“Maaf, tapi aku sedang tidak berkerudung.”

“Lalu kenapa? Mas sudah lihat kamu tanpa kerudung, kan?”

“Itu dulu, waktu aku masih istrimu. Masih halal. Ingat, sekarang ini kita belum memiliki ikatan lagi.”

Pram menahan napasnya, lalu memejam sambil menelan ludah. Ya, Puspita dulu pernah halal untuknya, tapi ia sia-siakan. Jangankan menyentuhnya—memberi nafkah batin, melirik pun rasanya malas. Dan kini?

Sang pria mengembuskan napasnya pada akhirnya. Lagi-lagi ia lupa mereka belum menikah lagi.

“Iya, maaf, Mas lupa,” ujarnya lirih. “Tapi jangan takut,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
derita berkepanjangan pita
goodnovel comment avatar
Nour07l
aneehh ,, kok bs tau tue paman'a
goodnovel comment avatar
Tanti Ngapak Vlog
aaa takutttt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   83. KETEGANGAN INI

    Puspita terkejut bukan main. Kakinya sampai mundur beberapa langkah. Bagaimana bisa pria itu ada di sini? Bukankah Pram menyembunyikannya dengan sangat rapat di sini?Puspita menggenggam erat ujung tuniknya, mencoba menenangkan diri meskipun jantungnya berdegup tak karuan. Bersamaan dengan itu, ponselnya di atas nakas berkedip. Bi Narti yang melihat dari ambang pintu, menunjuknya.Puspita memejamkan mata sebelum memaksakan kakinya yang lemas untuk berjalan mengambil ponsel. Ternyata, nama Pram yang tertera di sana. Puspita menggigit bibirnya sebelum mengangkat panggilan.“Pita, jangan keluar!” Suara Pram yang sarat kekhawatiran langsung tertangkap indera pendengarannya. Cukup nyaring dan tegas.“Ingat, kamu jangan ke mana-mana. Jangan menampakkan diri. Aku sudah mengurus semuanya."Puspita menelan ludahnya. Ia yakin Pram sudah tahu kedatangan pamannya di vila. Semenjak kejadian penyerangan Imel, apalagi dia harus berangkat ke Jakarta, Pram menyewa beberapa pengawal untuk berjaga di sa

    Last Updated : 2024-12-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   84. SURPRISE

    Puspita terus mengintip ke luar jendela, memastikan tidak ada kendaraan mencurigakan yang mengikuti mereka. Meski sudah ada pengawal yang menyertai dan memastikan keamanan mereka, tetap saja kekhawatiran itu ada. Apalagi mereka sempat terjebak macet cukup lama karena kecelakaan itu. Pram bahkan tidak mematikan sambungan telepon selama itu untuk membuat Puspita tenang. Bukan apa-apa, Prily yang tahu belakangan mereka tengah berada dalam mobil, rewel. Ia tidak nyaman berada dalam mobil yang tidak bergerak.Dengan bujukan Pram lewat sambungan video, Prily bisa sedikit tenang. Setelah beberapa jam, akhirnya mereka tiba di tujuan. Setidaknya Puspita bisa bernapas agak lega karena di jalan tidak ada halangan berarti selain kemacetan karena kecelakaan itu. Sepertinya sang paman memang sudah pergi. Mungkin mempercayai ucapan para pengawal yang mengatakan Puspita tidak di sana.Puspita menarik napas panjang berkali-kali setelah mobil yang membawa mereka memasuki halaman rumah yang luasnya mena

    Last Updated : 2024-12-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   85. JANGAN BANYAK TANYA!

    Apa kamu tidak takut, Mas, kalau ternyata … Puspita sudah dipakai sama dosen itu?”Kepala dan hati Pram seketika terasa terbakar. Panas membara. Ingin rasanya ia membungkam mulut wanita yang sumpah demi apa pun sangat tidak tahu malu. Namun, ini hari penting baginya, dan di sini juga ada Prily dalam gendongannya. Pram memilih mengabaikan wanita itu dan kembali mengajak Puspita melanjutkan langkah.Ia yakin jika Imel sengaja melakukan itu untuk memancing emosinya. Atau lebih jauh untuk mengacaukan acara ini. Dan ia tentu saja tidak boleh kalah. Jangan gara-gara ucapan Imel semuanya jadi berantakan. Jangan sampai kail yang Imel sebar mengait di mana pun.Ia harus tetap tenang. Anggap saja Imel makhluk tak kasat mata. Karena perbuatannya memang tidak lebih baik dari hantu.“Mereka teman lama sejak di kampung lho, Mas. Segala sesuatu bisa saja terjadi. Apa Mas tidak berpikir jika dosen itu meninggalkan Puspita karena sudah bosan?”Lagi, kaki Puspita berhenti melangkah demi ucapan Imel yan

    Last Updated : 2024-12-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   86. DUNIA BUKAN HANYA MILIK BERDUA

    Puspita menahan napas, kedua tangannya meremas ujung kebayanya dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Tubuh wanita itu menegang, hingga terlihat kaku. Bukan karena stagen yang melilit kuat perutnya, tetapi karena ketegangan hati dan pikirannya.Wanita itu memejamkan mata, mencoba meredakan berbagai letupan di dadanya. Senyuman Pram yang menjemputnya di kamar rias tadi cukup ampuh meredam rasa tegang dan groginya.Terbayang Pram yang awalnya membelalak saat melihat penampilannya—padahal ia hanya meminta makeup flawless dan kebaya sederhana—tetapi sesaat kemudian mengulurkan tangan untuk mengajaknya ke depan. "Kamu cantik," bisik Pram di dekat telinganya sesaat setelah tangan mereka saling bertaut. Bisikan itu berhasil menerbitkan semburat merah di wajah Puspita.Puspita menunduk malu-malu, sambil mulai menyamai langkah Pram.Ia bersyukur dua wanita yang mendandaninya hanya mendengarkan ucapan Pram. Mereka tidak mau membuka pintu karena Pram sudah berpesan akan kembali menjemput

    Last Updated : 2024-12-28
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   87.

    Hari ini seperti mimpi bagi Puspita. Ia masih belum percaya bahwa ia telah kembali menikah dengan Pramudya, pria yang dulu membuangnya seperti sampah. Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Baru kemarin ia meninggalkan rumah Pram dengan luka hati yang menganga, kini keadaan berbalik, hatinya dipenuhi ladang bunga yang bermekaran di mana-mana.Sekali lagi, jalan hidup memang tidak ada yang tahu. Semua bisa berjalan seperti yang kita harapkan, tapi ada kalanya apa yang terjadi jauh dari harapan. Satu yang pasti, bahagia akan menyapa pada waktu yang tepat.Seperti yang Puspita rasakan saat ini. Mungkin, Tuhan saat ini sedang mengganti banyak kepahitan dalam hidupnya dengan rasa manis dari pernikahannya dengan Pram meski mereka baru saja memulai.Perlakuan Pram yang manis dan lembut membuatnya merasa terbang. Melayang-layang di nirwana, berguling-guling di antara hamparan awan putih yang lembut seperti kapas. Puspita merasakan keindahan yang meski belum sempurna, tetapi cukup membuatnya terl

    Last Updated : 2024-12-28
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   88. KE MANA SAKTI?

    Pram mengusap wajahnya dengan kasar, seolah ingin menghapus semua beban yang menumpuk di pikirannya. Arya terus mengomel, menunjuk-nunjuk dirinya dengan tuduhan yang terasa seperti cambuk. Kata-kata itu tajam, menghujam hatinya. Namun, Pram tak ingin tinggal diam.“Cukup, Yah!” Pram membalas dengan nada tegas. Mata mereka saling bertemu, penuh amarah. “Jangan terus menyalahkan aku. Kalau Ayah mau jujur, siapa sebenarnya yang membiarkan Sakti tumbuh tanpa perhatian? Kalau Ayah mau peduli sedikit saja, dia tidak akan merasa terabaikan sampai melakukan hal-hal seperti ini! Terlebih di saat seperti ini, di saat ia butuh sandaran karena ditinggalkan ibu dan tiba-tiba harus menikah karena kesalahan semalam, harusnya Ayah ada untuknya.”Dada Pram sampai turun naik tak beraturan saking kuat menahan emosi.Arya membeku sejenak, tetapi kemarahannya kembali menyala. “Jangan berani-beraninya bicara seperti itu, Pram! Aku melakukan segalanya untuk keluarga ini, sementara kau hanya tahu bersenang-se

    Last Updated : 2024-12-29
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   89. LELAH

    “Kenapa semua orang bertanya padaku?” Pram bertanya penuh penekanan. “Ayahnya Sakti dan calon istrinya Sakti, mereka sama-sama tahu Sakti hilang, tapi masih bertanya padaku apa Sakti sudah ketemu?” Pram menirukan pertanyaan Arya dengan nada mencibir.“Tidakkah ayah dan calon istrinya ingin ikut mencari di mana keberadaannya? Atau sama sekali tidak peduli dan hanya menyerahkan saja pencariannya pada si Pramudya yang dianggap penyebab menghilangnya Sakti?”Ucapan Pram cukup menohok. Terbukti dua orang di hadapannya tak mampu berkata-kata. Pram menatap lelah dua orang itu sebelum berlalu dari hadapan mereka. Hatinya sudah cukup penuh dengan semua sandiwara keluarga ini. Ayahnya sudah benar-benar menjadi orang asingyang sulit ia mengerti.Pram berjalan tergesa menuju kamarnya di mana anak dan istrinya menunggu. Sejenak ingin menghilangkan penat dengan menemui mereka. Pria itu meminta Sari untuk berpindah kamar dan meminta pelayan yang menunggu di depan kamarnya mengantar.Sang pengasuh han

    Last Updated : 2024-12-29
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   90. SENDIRI

    Ketukan tergesa di pintu kamar itu membuat Pram langsung terbangun dari rasa kantuk yang mulai menyerangnya. Ia melangkah cepat ke arah pintu, membuka kunci, dan mendapati salah seorang pengawal berdiri di depannya dengan wajah tegang. “Bos, kami melihat seseorang di rooftop rumah ini,” lapor pengawal itu dengan napas tersengal. “Bayangan kecil, tapi kami yakin itu Sakti.”Hati Pram seolah terjun bebas. Bayangan Sakti yang rapuh kembali terlintas di benaknya. Ia tahu betul betapa berat tekanan yang dirasakan adiknya. “Kamu yakin itu dia?” tanya Pram dengan suara yang bergetar. Ia baru ingat jika ada rooftop di lantai tiga rumah orang tuanya ini. Dan saat ia kecil, ia sering menyendiri menghabiskan waktu di sana jika sedang dimarahi orang tuanya.Jadi, Sakti di sana seharian ini?Pengawal itu mengangguk. “Kami mencoba memanggil dari bawah, tapi dia tidak menjawab. Hanya berdiri di sana, tepat di pinggir atap.”Tanpa berpikir panjang, Pram melesat keluar kamar. Ia hanya sempat menyamba

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   286

    “Kok, pergi?” Prabu bergumam heran, tubuhnya otomatis bangkit berdiri dari belakang meja.Tanpa menghiraukan panggilan sekretarisnya yang terdengar risih, Prabu segera melangkah cepat ke arah pintu.“Pak Prabu, ini belum selesai tanda tangannya—”Tapi Prabu tidak mendengarkan. Langkahnya mantap, menyusul sosok wanita yang baru saja keluar dengan wajah dingin dan sorot mata menusuk.“Andini!” panggilnya dari belakang.Namun wanita itu tak menoleh. Ia terus berjalan cepat melewati lorong kantor yang dipenuhi aktivitas siang hari. Tumit sneakers-nya berdetak keras melawan lantai marmer, berpacu dengan degup jantungnya yang tak kalah gaduh.“Andini! Tunggu!”Panggilan itu tak dihiraukan. Perasaan aneh mulai bercokol di dada Andini. Ia menyesal datang. Menyesal membawa sesuatu yang bahkan sekarang terasa konyol. Di tangannya tergenggam kotak makan berisi grilled salmon, makanan kesukaan Prabu. Ia tahu dari Oma tadi pagi.Andini sengaja memasak sendiri. Ia ingin memberi kejutan dengan tiba-

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   285.

    Andini menghela napas pelan sambil merapikan kerudung kemarin yang dipakainya lagi. Kemeja putih Prabu yang kebesaran kini sudah terganti dengan satu yang sedikit lebih pas—setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti memakai daster laki-laki. Ia menemukan kemeja berwarna biru tua di dalam lemari, mungkin milik Prabu saat masih bujangan. Untuk bawahannya, ia beruntung menemukan celana jeans yang tampaknya sudah lama tidak dipakai.“Lumayan…” gumamnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Meski masih kebesaran di beberapa bagian, setidaknya ia tidak terlihat seperti peserta lomba kostum paling nyeleneh pagi itu.Di belakangnya, Prabu bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada. Kepalanya menggeleng pelan.Mereka keluar kamar setelah Andini merasa rapi, dan belum sempat mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Puspita dan Pram yang juga sepertinya baru keluar kamar. Tangan keduanya yang saling mengait mesra menandakan bahwa mereka pasangan yang paling bahagia pagi ini.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   284. TIDAK APA-APA

    Andini menahan napas, seluruh tubuhnya kaku seperti patung lilin. Jari-jarinya masih menempel di pipi Prabu, sementara matanya tak berkedip memandang lelaki itu yang kini membuka mata.Waktu seperti berhenti. Detik terasa seperti menit.Prabu menatapnya dalam diam. Tak ada ekspresi. Tak ada teguran. Tapi juga… tak ada senyum.Andini panik. Apa Prabu marah karena ia sudah lancang? Ah, ia sudah siap jika saja pria itu akan memarahinya.Namun tepat ketika ia hendak membuka mulut untuk meminta maaf atau sekadar mencari alasan, mata Prabu perlahan terpejam lagi. Tubuhnya bergeser sedikit, dan suara napasnya kembali terdengar pelan.“…Din…” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan dari alam mimpi.Andini menegakkan tubuhnya perlahan. “Mas?” tanyanya pelan, ragu.Tak ada jawaban. Hanya dengkuran lembut sebagai balasan.Andini mematung beberapa detik sebelum menjatuhkan diri ke kasur, punggungnya menghantam ranjang dengan lemas.“Ya Allah…” desahnya lega. “Dia cuma mengigau. Ya ampun, aku kira

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   283. BALADA BAJU DINAS

    Prabu mengangkat alis, meluaskan matanya. “Hmm… ya, ini Oma yang menyiapkan. Kamu bisa pilih salah satunya untuk malam ini,” ujarnya tanpa menoleh. Matanya masih menyapu seluruh koleksi baju di dalam lemari sambil menahan senyum.Andini mendesah frustrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. “Aku tidak ganti baju saja,” ujarnya akhirnya, lalu berjalan pelan dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa kesal, malu, dan bingung bercampur jadi satu di dalam hatinya. Situasi ini sungguh di luar dugaan.Prabu menutup pintu lemari perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Andini. Tatapannya lembut, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang halus. “Ganti saja, tidak apa-apa. Itu sudah Oma siapkan buat kamu.”Andini mendongak, menatapnya sejenak lalu membuang pandangan lagi. “Aku tidak mungkin memakai pakaian seperti itu, Mas.”“Kenapa?” tanya Prabu, mengangkat satu tangannya, seolah benar-benar tidak mengerti.Wajah Andini memerah. Bibirnya mengatup rapat, mencoba menahan jawaban yang sebetulnya sudah

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   282. ADA KECOA?

    “Prilly sudah tidur?” tanya Andini dengan berbisik saat melihat Puspita bangkit dari ranjang Prilly. Mereka kini berada di dalam kamar di mana Chiara dan Prilly berbagi kamar. Ada dua tempat tidur kecil yang berdampingan di sana. Sengaja disediakan seperti itu agar saat kedua anak itu menginap mereka bisa menghabiskan waktu berdua.Puspita mengangguk. “Sudah, Mbak. Chiara bagaimana?” tanya Puspita balik, juga dengan berbisik.“Sudah,” Andini menjawab pelan sebelum bangkit dan merapikan selimut Chiara.Keduanya lalu keluar dari kamar itu setelah memastikan anak-anak lelap. Mereka baru saja membacakan dongeng pengantar tidur.“Chiara biasa dibacakan buku, ya?” tanya Andini setelah menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar anak-anak tidak terganggu dengan suaranya.“Iya, Mbak. Sejak lahir kan, Prilly memang sama aku, jadi setiap mau tidur aku biasakan baca dongeng biar gampang tidurnya. Waktu dia baru lahir aku malah tidur sekamar sama dia, biar gampang kalau dia nangis.”“Ibunya?

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   281. BERARTI

    Suara lembut gesekan sendok dan garpu berpadu harmonis dengan dentingan piano klasik yang dimainkan langsung oleh seorang pianis profesional di sudut ruangan. Lampu gantung kristal berkilau di atas meja makan panjang berlapis taplak renda putih gading, menambah kesan megah di ruang makan utama kediaman keluarga Bimantara.Andini nyaris tak bisa memercayai semua ini. Ia berada di antara keluarga suaminya yang merupakan salah satu konglomerat negeri ini. Opa Rangga—pemilik kerajaan bisnis Bimantara Group—menyambutnya dengan pelukan dan senyum tulus sejak mereka tiba tadi sore. Bahkan Chiara dipeluk hangat oleh Oma, sebelum seorang pelayan membawanya menuju ruang bermain yang diisi segala jenis mainan edukatif impor.Benar-benar penyambutan sempurna untuk seseorang yang menjadi bagian keluarga itu pun tidak sengaja dan tanpa rencana. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh kakaknya dulu, kini justru didapatkan secara utuh olehnya. Rasa haru dan syukur membuncah di dada Andini, namun tet

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   280. BAJU DINAS

    Mungkin Prabu memang beruntung pernah memperistri Irena, tapi dirinya … ah, rasanya itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan menyiapkan sarapan pagi saja masih kerepotan.Andini tersenyum kaku sebelum akhirnya membuka suara lagi. “Kamu udah lama nikah, ya?”Puspita yang saat itu sedang menekuri ponselnya karena baru saja ada pesan masuk, menoleh sekilas. “Belum sampai dua tahun, Mbak,” jawabnya, tangan masih sibuk membalas pesan.“Jadi, kamu nikah umur dua puluh?”“Iya.”“Wah, hebat. Kamu nikah usia muda, tapi langsung bisa ngurus rumah tangga. Ngurus suami, ngurus anak sambung.”Puspita melirik lagi sedikit, lalu kembali pada ponselnya. Bibirnya menahan senyum. “Aku kan, dulu pembantu sebelum nikah sama Mas Pram, Mbak. Jadi, hal seperti itu sudah biasa kulakukan.”“Apa? Pembantu?” suara Andini terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.“Hmmm…” Puspita mengangguk dan tersenyum lembut. “Aku pembantu di rumah Mas Pram. Bu Soraya, istri pertama Mas Pram y

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   279. IPAR

    Andini melangkah perlahan menyusuri lorong rumah sakit, aroma disinfektan menyambut tiap hembusan napasnya. Dari balik kaca besar ruang NICU, matanya tertuju pada satu inkubator kecil yang menampung makhluk mungil bernama Raja. Ia berdiri dalam diam, menatap dengan tatapan sendu dan penuh rindu. Setiap hari, ada rasa khawatir sekaligus harapan yang bertarung dalam dadanya.Entah sampai kapan Raja akan di sana, karena sampai saat ini pihak rumah sakit belum melaporkan perkembangan signifikan. Menurut mereka, butuh waktu berbulan-bulan hingga ia tumbuh normal seperti bayi yang lahir cukup bulan.Namun, ia dan Prabu akan menunggu waktu itu tiba. Waktu di mana Raja bisa mereka peluk dan bawa pulang. Untuk saat ini, Raja mungkin masih betah di sini karena merasakan ibunya setiap saat. Secara, ini rumah sakit tempat sang ibu bekerja.“Masih tidur, ya?” suara lembut menyapa dari sampingnya.Andini menoleh. Puspita berdiri di sana tanpa ia sadari kedatangannya. Adik iparnya itu tampak begitu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   278. HATI YANG MENGHANGAT

    Prabu dan Chiara bersiap-siap berangkat. Andini membantu membetulkan dasi kecil di leher Chiara yang kini berseragam rapi. Prabu berdiri di dekat pintu, menggenggam tas kerja dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggandeng jemari mungil Chiara.“Hati-hati di jalan, ya,” ucap Andini sambil tersenyum lembut, berdiri di ambang pintu. Ia melambaikan tangan kecilnya—kebiasaan yang mulai terasa hangat setiap pagi.Prabu tersenyum, dan Chiara balas melambaikan tangan. “Kami berangkat dulu, Onti, eh maaf … Mama ….” Chiara menutup mulut dengan lima jari mungilnya.Andini berkedip lembut seraya mengulum senyum. Semua hanya butuh waktu saja sampai mereka terbiasa, karena sejatinya ia pun sedang beradaptasi. Anak sekecil Chiara sudah bagus bisa cepat tanggap.Prabu dan Chiara akhirnya berjalan menyusuri lorong apartemen. Suara ketukan sepatu mereka yang bergema bagai simfoni yang mengalun lembut, membelai dada Andini.Wanita itu masih berdiri di sana, memandangi punggung keduanya yang p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status