Share

81. INI HIDUPKU!

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 18:02:55

“Pram, apa maksudmu?” Arya menatap putranya dengan tajam, wajahnya memancarkan keterkejutan sekaligus ketidakpercayaan.

“Aku akan menikah lagi dengan Puspita,” tegas Pram tanpa ragu. “Aku mau rujuk, Yah.”

“Apa Ayah tidak salah dengar?”

“Tidak. Aku tahu kalian tidak menyetujui, tapi ini hidupku. Aku tidak peduli lagi dengan restu siapa pun.”

Arya menghempaskan dirinya ke sofa, mengusap wajah dengan tangan gemetar. “Jadi kamu ingin menentang keluarga demi wanita itu?”

“Wanita itu bernama Puspita, Ayah,” koreksi Pram dengan nada dingin. “Dan ya, aku akan menikahinya. Dengan atau tanpa persetujuan keluarga.”

“Ayah tidak percaya ini.” Arya menggelengkan kepala. “Bahkan kamu tahu mendiang ibumu sangat menentang pernikahanmu. Kamu sengaja melakukan ini hanya karena Sakti akan menikah, bukan? Kamu seperti anak kecil, tidak mau kalah!”

Pram tersenyum tipis, penuh kepahitan. “Apa aku terlihat seperti anak kecil? Ini bukan tentang kalah atau menang. Ini tentang aku dan hidupku. Aku bahkan sudah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Han Han
banyak menderitanya ini cerita,tp seru juga sih cuma tegang mulu
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
kpn manisnya kak..masalah ruwet gak ada habisnya
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
hayo pram cari tau sblom sakti menikahi imel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   82. KERAGUAN ITU MASIH ADA

    “Pita …,” panggil Pram lagi, karena setelah mendesah kaget itu, Puspita tak terdengar lagi suaranya.“Bisa alihkan ke panggilan video? Aku ingin melihatmu dan Prily,” pinta Pram. “Aku rindu kalian.”Awalnya, tak ada jawaban dari Puspita hingga ….“Maaf, Mas. Aku tidak sedang bersama Prily. Aku sedang di kamar dan tidak memakai kerudung.”“Oh, Prily di mana?”“Tidur di kamarnya sama Mbak Sari.”“Ya sudah, Mas mau lihat kamu saja, boleh, kan?”“Maaf, tapi aku sedang tidak berkerudung.”“Lalu kenapa? Mas sudah lihat kamu tanpa kerudung, kan?”“Itu dulu, waktu aku masih istrimu. Masih halal. Ingat, sekarang ini kita belum memiliki ikatan lagi.”Pram menahan napasnya, lalu memejam sambil menelan ludah. Ya, Puspita dulu pernah halal untuknya, tapi ia sia-siakan. Jangankan menyentuhnya—memberi nafkah batin, melirik pun rasanya malas. Dan kini?Sang pria mengembuskan napasnya pada akhirnya. Lagi-lagi ia lupa mereka belum menikah lagi.“Iya, maaf, Mas lupa,” ujarnya lirih. “Tapi jangan takut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   83. KETEGANGAN INI

    Puspita terkejut bukan main. Kakinya sampai mundur beberapa langkah. Bagaimana bisa pria itu ada di sini? Bukankah Pram menyembunyikannya dengan sangat rapat di sini?Puspita menggenggam erat ujung tuniknya, mencoba menenangkan diri meskipun jantungnya berdegup tak karuan. Bersamaan dengan itu, ponselnya di atas nakas berkedip. Bi Narti yang melihat dari ambang pintu, menunjuknya.Puspita memejamkan mata sebelum memaksakan kakinya yang lemas untuk berjalan mengambil ponsel. Ternyata, nama Pram yang tertera di sana. Puspita menggigit bibirnya sebelum mengangkat panggilan.“Pita, jangan keluar!” Suara Pram yang sarat kekhawatiran langsung tertangkap indera pendengarannya. Cukup nyaring dan tegas.“Ingat, kamu jangan ke mana-mana. Jangan menampakkan diri. Aku sudah mengurus semuanya."Puspita menelan ludahnya. Ia yakin Pram sudah tahu kedatangan pamannya di vila. Semenjak kejadian penyerangan Imel, apalagi dia harus berangkat ke Jakarta, Pram menyewa beberapa pengawal untuk berjaga di sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   84. SURPRISE

    Puspita terus mengintip ke luar jendela, memastikan tidak ada kendaraan mencurigakan yang mengikuti mereka. Meski sudah ada pengawal yang menyertai dan memastikan keamanan mereka, tetap saja kekhawatiran itu ada. Apalagi mereka sempat terjebak macet cukup lama karena kecelakaan itu. Pram bahkan tidak mematikan sambungan telepon selama itu untuk membuat Puspita tenang. Bukan apa-apa, Prily yang tahu belakangan mereka tengah berada dalam mobil, rewel. Ia tidak nyaman berada dalam mobil yang tidak bergerak.Dengan bujukan Pram lewat sambungan video, Prily bisa sedikit tenang. Setelah beberapa jam, akhirnya mereka tiba di tujuan. Setidaknya Puspita bisa bernapas agak lega karena di jalan tidak ada halangan berarti selain kemacetan karena kecelakaan itu. Sepertinya sang paman memang sudah pergi. Mungkin mempercayai ucapan para pengawal yang mengatakan Puspita tidak di sana.Puspita menarik napas panjang berkali-kali setelah mobil yang membawa mereka memasuki halaman rumah yang luasnya mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   85. JANGAN BANYAK TANYA!

    Apa kamu tidak takut, Mas, kalau ternyata … Puspita sudah dipakai sama dosen itu?”Kepala dan hati Pram seketika terasa terbakar. Panas membara. Ingin rasanya ia membungkam mulut wanita yang sumpah demi apa pun sangat tidak tahu malu. Namun, ini hari penting baginya, dan di sini juga ada Prily dalam gendongannya. Pram memilih mengabaikan wanita itu dan kembali mengajak Puspita melanjutkan langkah.Ia yakin jika Imel sengaja melakukan itu untuk memancing emosinya. Atau lebih jauh untuk mengacaukan acara ini. Dan ia tentu saja tidak boleh kalah. Jangan gara-gara ucapan Imel semuanya jadi berantakan. Jangan sampai kail yang Imel sebar mengait di mana pun.Ia harus tetap tenang. Anggap saja Imel makhluk tak kasat mata. Karena perbuatannya memang tidak lebih baik dari hantu.“Mereka teman lama sejak di kampung lho, Mas. Segala sesuatu bisa saja terjadi. Apa Mas tidak berpikir jika dosen itu meninggalkan Puspita karena sudah bosan?”Lagi, kaki Puspita berhenti melangkah demi ucapan Imel yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   86. DUNIA BUKAN HANYA MILIK BERDUA

    Puspita menahan napas, kedua tangannya meremas ujung kebayanya dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Tubuh wanita itu menegang, hingga terlihat kaku. Bukan karena stagen yang melilit kuat perutnya, tetapi karena ketegangan hati dan pikirannya.Wanita itu memejamkan mata, mencoba meredakan berbagai letupan di dadanya. Senyuman Pram yang menjemputnya di kamar rias tadi cukup ampuh meredam rasa tegang dan groginya.Terbayang Pram yang awalnya membelalak saat melihat penampilannya—padahal ia hanya meminta makeup flawless dan kebaya sederhana—tetapi sesaat kemudian mengulurkan tangan untuk mengajaknya ke depan. "Kamu cantik," bisik Pram di dekat telinganya sesaat setelah tangan mereka saling bertaut. Bisikan itu berhasil menerbitkan semburat merah di wajah Puspita.Puspita menunduk malu-malu, sambil mulai menyamai langkah Pram.Ia bersyukur dua wanita yang mendandaninya hanya mendengarkan ucapan Pram. Mereka tidak mau membuka pintu karena Pram sudah berpesan akan kembali menjemput

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   87.

    Hari ini seperti mimpi bagi Puspita. Ia masih belum percaya bahwa ia telah kembali menikah dengan Pramudya, pria yang dulu membuangnya seperti sampah. Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Baru kemarin ia meninggalkan rumah Pram dengan luka hati yang menganga, kini keadaan berbalik, hatinya dipenuhi ladang bunga yang bermekaran di mana-mana.Sekali lagi, jalan hidup memang tidak ada yang tahu. Semua bisa berjalan seperti yang kita harapkan, tapi ada kalanya apa yang terjadi jauh dari harapan. Satu yang pasti, bahagia akan menyapa pada waktu yang tepat.Seperti yang Puspita rasakan saat ini. Mungkin, Tuhan saat ini sedang mengganti banyak kepahitan dalam hidupnya dengan rasa manis dari pernikahannya dengan Pram meski mereka baru saja memulai.Perlakuan Pram yang manis dan lembut membuatnya merasa terbang. Melayang-layang di nirwana, berguling-guling di antara hamparan awan putih yang lembut seperti kapas. Puspita merasakan keindahan yang meski belum sempurna, tetapi cukup membuatnya terl

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   88. KE MANA SAKTI?

    Pram mengusap wajahnya dengan kasar, seolah ingin menghapus semua beban yang menumpuk di pikirannya. Arya terus mengomel, menunjuk-nunjuk dirinya dengan tuduhan yang terasa seperti cambuk. Kata-kata itu tajam, menghujam hatinya. Namun, Pram tak ingin tinggal diam.“Cukup, Yah!” Pram membalas dengan nada tegas. Mata mereka saling bertemu, penuh amarah. “Jangan terus menyalahkan aku. Kalau Ayah mau jujur, siapa sebenarnya yang membiarkan Sakti tumbuh tanpa perhatian? Kalau Ayah mau peduli sedikit saja, dia tidak akan merasa terabaikan sampai melakukan hal-hal seperti ini! Terlebih di saat seperti ini, di saat ia butuh sandaran karena ditinggalkan ibu dan tiba-tiba harus menikah karena kesalahan semalam, harusnya Ayah ada untuknya.”Dada Pram sampai turun naik tak beraturan saking kuat menahan emosi.Arya membeku sejenak, tetapi kemarahannya kembali menyala. “Jangan berani-beraninya bicara seperti itu, Pram! Aku melakukan segalanya untuk keluarga ini, sementara kau hanya tahu bersenang-se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   89. LELAH

    “Kenapa semua orang bertanya padaku?” Pram bertanya penuh penekanan. “Ayahnya Sakti dan calon istrinya Sakti, mereka sama-sama tahu Sakti hilang, tapi masih bertanya padaku apa Sakti sudah ketemu?” Pram menirukan pertanyaan Arya dengan nada mencibir.“Tidakkah ayah dan calon istrinya ingin ikut mencari di mana keberadaannya? Atau sama sekali tidak peduli dan hanya menyerahkan saja pencariannya pada si Pramudya yang dianggap penyebab menghilangnya Sakti?”Ucapan Pram cukup menohok. Terbukti dua orang di hadapannya tak mampu berkata-kata. Pram menatap lelah dua orang itu sebelum berlalu dari hadapan mereka. Hatinya sudah cukup penuh dengan semua sandiwara keluarga ini. Ayahnya sudah benar-benar menjadi orang asingyang sulit ia mengerti.Pram berjalan tergesa menuju kamarnya di mana anak dan istrinya menunggu. Sejenak ingin menghilangkan penat dengan menemui mereka. Pria itu meminta Sari untuk berpindah kamar dan meminta pelayan yang menunggu di depan kamarnya mengantar.Sang pengasuh han

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   155. TIDAK JADI

    Puspita merasakan dadanya sesak seolah oksigen tidak mau masuk ke paru-parunya. Pandangannya berkunang-kunang, dan tubuhnya terasa lemas. Semua yang baru saja tersaji di depan matanya seolah cerita dongeng fantasi yang hanya ada dalam khayalan.Otaknya mendadak tidak bekerja hingga sulit mencerna apa yang baru saja terjadi. Suara melengking Tika yang memanggil namanya dan meminta tolong masih terngiang hingga memekakkan telinga. Tetapi, slide-slide nyata dalam kehidupan yang dijalaninya terus berputar di kepalanya.Tubuhnya nyaris terjengkang jika Pram tidak sigap menangkapnya. Pram sampai duduk bersimpuh untuk menahan tubuh Puspita yang tidak bertenaga sama sekali. Tubuh wanita itu ia sandarkan di pangkuannya. Sejatinya, ia pun terlalu kaget dengan semua ini hingga tak mampu melakukan apa pun selain ternganga.Nama Putra Pradipta ia sebut dua kali saat menikahi Puspita sebagai ayahnya, tetapi siapa sangka jika itu adalah Pradipta Putra Bimantara, anak tunggal Rangga Bimantara dan jug

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   154. BERCANDA?

    Ruangan mendadak penuh dengan gemuruh para tamu yang saling berbicara heran, sebelum akhirnya pandangan mereka tertuju pada Puspita yang mulutnya menganga.Wanita itu sejak tadi sudah merasa lelembutnya tak lagi di sana. Bahkan suara Prabu bagai seorang pendongeng yang jauh dan hanya terdengar suaranya saja.Yang dirasakan Puspita adalah kembali ke masa lalu, masa-masa kecilnya yang penuh kebahagiaan bersama kedua orang tuanya. Sebelum akhirnya semua kebahagiaan itu direnggut paksa darinya bersamaan dengan meninggalnya orang tuanya.Puspita di sini, tapi hati dan pikirannya kembali ke masa-masa itu. Masa-masa yang diceritakan Prabu. Semua tergambar dengan jelas dalam ingatannya, seperti yang terjadi dalam semua slide foto itu.Puspita masih mematung. Ia tidak mengerti apa arti semua ini. Sementara mata semua orang kini tertuju padanya. Sebagian menatap iba, sebagian lagi meremehkan, dan sebagian lainnya tampak bingung. Semua orang di sana kembali berdengung, saling bicara sambil menat

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   153. ADIK PRABU

    “Ini adalah orang tua saya.”Prabu menunjuk layar besar yang kini menampilkan pasangan muda yang sangat serasi. Tampan dan cantik.“Pradipta Putra Bimantara dan Riyanti Rahman,” lanjut Prabu dengan bangga."Mereka pasangan yang bahagia dan saling mencintai. Sayangnya ….” Prabu menjeda kalimat, terlihat ada napas yang berat untuk diembuskan. Kilat luka berpendar di matanya.“Ibu saya harus meninggalkan kami semua saat menghadirkan saya ke dunia. Ibu saya berpulang dan meninggalkan luka yang mendalam untuk ayah saya.” Akhirnya, Prabu menarik napas meski terlihat sangat berat.Semua hadirin sepertinya ikut larut dengan apa yang Prabu rasakan. Terlebih ada getar dalam kalimat terakhir Prabu. Nyonya Rangga yang berdiri didampingi suaminya, juga Tika, bahkan sudah menghapus sudut matanya dengan tisu.“Ayah saya frustrasi berat atas meninggalnya wanita terkasih hingga akhirnya memutuskan menanggalkan semua yang sudah ia miliki sebagai satu-satunya penerus Bimantara Group. Ayah pergi jauh den

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   152. CERITA PRABU

    Puspita menoleh dan mendapati Pram yang menatapnya kesal. Ternyata pria itu menunggunya. Hanya saja, saking tidak mau bicara, sang suami hanya menatapnya.Puspita mengerjap dan menunduk, lalu menghampiri Pram dan mengekorinya. Mereka bergabung dengan tetamu lain yang sudah menyimak Prabu di panggung sana.Baru saja beberapa detik mereka bergabung, seseorang datang dan berdiri di samping Pram. Lalu mengucapkan kalimat yang membuat mood Pram semakin buruk.“Halo, anak laki-lakiku, aku tidak menyangka akan bertemu di sini denganmu.”Pram menelan ludah tanpa melirik sama sekali. Ia mencoba fokus pada Prabu di depan sana.“Oh, ya, perkenalkan dulu, ibu barumu,” lanjut suara itu seraya menunjuk wanita muda yang bergelayut manja di lengannya.“Mungkin kamu belum tahu kalau kami sudah menikah secara resmi, Pram. Jadi mulai sekarang hormati Imel sebagai istriku, ya.”Pram sama sekali tidak peduli, mencoba mengabaikan apa pun yang Arya ucapkan. Jika pun ada banyak hal yang ingin ia bicarakan, b

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   151.

    Puspita sontak menarik tangannya dari genggaman Prabu. Seakan tersengat, matanya membelalak lebar. Ia tidak menyangka Pram menemukannya di sini. Dalam keadaan yang akan membuatnya semakin salah paham.Lorong yang sepi pun terasa sangat mencekam saat Pram melangkah mendekat. Suara ketukan sepatunya yang bersatu dengan lantai berlomba dengan detak jantung Puspita yang melonjak-lonjak.“Jadi … memang begini perbuatan kalian di belakangku?” tanya Pram dengan tatapan perpaduan antara kekecewaan dan kemarahan. Ada luka juga di sana.Puspita menggeleng cepat. Ia ingin menyangkal, tetapi Pram dengan cepat mendahului.“Apa kamu mau bilang lagi ini tidak seperti yang aku pikirkan?” tanya Pram sinis. “Jadi, apa yang harus aku pikirkan melihat istriku berduaan bahkan berpegangan dengan pria lain?”“Mas ….” Kepala Puspita semakin menggeleng. Bibirnya bergetar.“Kemarin kamu bisa bilang aku salah paham karena hanya melihat foto. Apa aku masih salah paham juga jika sudah melihat dengan mata sendiri

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   150. TOLONGLAH

    Puspita mencuri-curi pandang saat Pram berbincang dengan Rangga dan istrinya. Ia mencari keberadaan Prabu. Ia berharap bisa bicara dengan pria itu sebelum acara dimulai. Sayangnya, pria itu tidak terlihat di mana pun di ruangan itu. Matanya justru menangkap seseorang yang wajahnya sangat familiar.Puspita sampai terjengkit kaget.Di sana, di antara para tamu undangan yang ia yakin semuanya adalah relasi bisnis keluarga Bimantara, ia melihat ada pria berusia lebih dari setengah abad yang menatap sinis ke arahnya.Puspita mengucek matanya setelah beberapa saat terperangah. Sayangnya, setelah ia mengucek mata, orang itu sudah tak terlihat lagi di sana. Puspita berkedip beberapa kali, lalu mencari dengan matanya ke semua penjuru ruangan, tetapi ia tidak mendapati orang yang dicarinya.Wanita itu kemudian menggeleng. Mungkin ia sedang berhalusinasi karena melihat pamannya berada di antara para tamu undangan.Bagaimana mungkin sang paman ada di sana? Bukankah semua tamu hanya dari kalangan

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   149. PESTA APA?

    Puspita menarik napas panjang sebelum turun dari mobil. Dadanya terasa sangat sesak karena selama dalam perjalanan menuju rumah keluarga Bimantara itu, tak sepatah kata pun Pram berucap. Mereka hanya saling diam meski duduk berdampingan.Saat menerima surat undangan dari Prily, sebenarnya ia malas untuk ikut datang. Toh, hubungannya dengan Pram sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, Pram hanya menitipkan surat itu pada anaknya. Sebenci itukah Pram padanya, bahkan sekadar menyampaikan kartu undangan saja tidak sudi?Kalau mau egois, Puspita lebih baik tidak ikut datang. Toh, ia juga tidak tahu pesta apa gerangan yang harus dihadirinya itu. Namun, ia tidak ingin Pram malu. Ia bahkan masih memikirkan reputasi Pram meski sang suami sedang marah padanya.Lagipula, bukankah di sana ia bisa bertemu dengan Prabu? Ini kesempatan baik, harus ia gunakan untuk meminta tolong Prabu menjelaskan yang sesungguhnya. Bagaimanapun caranya, ia harus bicara dengan pria itu. Jika bukan pada kesempatan ini, i

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   148. BERNYALI ATAU TIDAK?

    Wanita berrok pendek berlari menuju pintu ruangan Prabu saat mendengar suara gaduh dari dalam sana. Ia sebenarnya sudah curiga sejak awal karena tamu bosnya datang dengan wajah tegang dan penuh amarah.Suara bentakan terdengar menggema di ruangan megah itu. Sekretaris membuka pintu dan langsung memekik melihat bosnya tersungkur di lantai dengan tamunya masih melayangkan tangan.Wanita itu berlari untuk melerai, berusaha menenangkan Pram yang tengah dikuasai amarah. Setelahnya, ia membantu Prabu untuk bangun dan memapahnya ke sofa.Pram berdiri dengan rahang mengeras, napasnya memburu. Tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan amarah yang membara dalam dadanya.Sementara itu, Prabu yang kini duduk bersandar di sofa mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Tatapannya tetap lurus di wajah merah Pram. Senyum sinis tersungging dari bibir pecah Prabu. Sama sekali tidak ada rasa marah atau takut yang ia tampakkan."Beginikah cara seorang Pramudya Adiguna menyelesaikan masalah?" tanya Prabu san

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   147. TIDAK PROFESIONAL

    Puspita berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Dadanya sesak, pikirannya kusut, dan hatinya penuh dengan kegelisahan. Sudah dua hari sejak kejadian kemarin, dan Pram tetap diam. Pria itu bahkan memilih tidur di ruang kerjanya, seolah kehadiran Puspita di rumah ini hanyalah gangguan yang harus dihindari.Tidak ada pengusiran dan kata talak seperti dulu, tidak ada kata-kata kasar yang menghujam lagi, tapi didiamkan seperti ini jauh lebih menyakitkan.Ia tinggal di rumah seseorang, tapi si empunya rumah sama sekali tak menganggapnya ada. Pram selalu menghindarinya seolah tak ingin lagi melihatnya. Waktu makan yang biasanya mereka gunakan untuk bercengkerama hangat, hanya kekosongan meja makan yang didapatkan Puspita. Hingga terkadang ia pun malas untuk sekadar mengisi perut.Pram selalu meminta pelayan yang mengantar makan ke ruang kerjanya dan bukan dirinya.Puspita sampai bingung bagaimana melanjutkan hidup. Ia tidak mungkin pergi karena tidak ada kata talak dan pengusiran seperti dulu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status