Share

90. SENDIRI

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-12-30 15:07:31
Ketukan tergesa di pintu kamar itu membuat Pram langsung terbangun dari rasa kantuk yang mulai menyerangnya. Ia melangkah cepat ke arah pintu, membuka kunci, dan mendapati salah seorang pengawal berdiri di depannya dengan wajah tegang.

“Bos, kami melihat seseorang di rooftop rumah ini,” lapor pengawal itu dengan napas tersengal. “Bayangan kecil, tapi kami yakin itu Sakti.”

Hati Pram seolah terjun bebas. Bayangan Sakti yang rapuh kembali terlintas di benaknya. Ia tahu betul betapa berat tekanan yang dirasakan adiknya.

“Kamu yakin itu dia?” tanya Pram dengan suara yang bergetar. Ia baru ingat jika ada rooftop di lantai tiga rumah orang tuanya ini. Dan saat ia kecil, ia sering menyendiri menghabiskan waktu di sana jika sedang dimarahi orang tuanya.

Jadi, Sakti di sana seharian ini?

Pengawal itu mengangguk. “Kami mencoba memanggil dari bawah, tapi dia tidak menjawab. Hanya berdiri di sana, tepat di pinggir atap.”

Tanpa berpikir panjang, Pram melesat keluar kamar. Ia hanya sempat menyamba
Rosemala

Yang menang pulsa di bab sebelumnya kak Erni Rahmalisnawati dan Mak Kenzo Nova Yandi. silakan DM di IGe akun kenie_rosemala, ya. yang lain hanya kurang cepat saja. terima kasih suah membaca buku ini, next saya masih akan mengadakan give away lagi

| 12
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Atri
ayo pram sakti...temukan teka teki dirumahmu...bersatulah jangan lemah
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
sakti tlng krjsama SM pram jngn smpai ayah n Imel tau
goodnovel comment avatar
indria rizki
kutunggu up mu Thor...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   91. MALAM YANG MENCEKAM

    Suara tegas menggema di malam yang sunyi, membuat tubuh Sakti mengejang ketakutan. Pemuda itu menoleh perlahan, mendapati sosok tinggi tegap yang berdiri dengan lampu menyilaukan. Tatapannya penuh amarah. Arya—ayahnya—berdiri mematung, namun suaranya yang baru saja berteriak masih menggema di benak Sakti.“Sakti! Apa yang kamu lakukan?” Lagi, bentakan Arya menggema, membuat tubuh Sakti terlonjak sebelum akhirnya mengkerut. Uluran tangannya terjatuh, hingga Pram gagal menangkapnya.Ketakutan merayapi hati Sakti. Tangannya yang tadi hampir menyentuh Pram kini justru kembali ditarik. Wajahnya memucat, gerakan dadanya berat dan napasnya tersengal. Sadar atau tidak, kakinya melangkah mundur, semakin mendekat ke tepi atap. Pram yang menyaksikan itu langsung panik.“Sakti, jangan! Tolong, Dek, jangan lakukan ini!” suara Pram pecah, hampir seperti tangisan. Tangannya gemetar terulur ingin meraih sang adik.Namun, tatapan Sakti kembali kosong. Keputusasaan kembali menguasainya, bercampur denga

    Last Updated : 2024-12-30
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   92. MANA LEBIH PENTING?

    “Kamu yakin, Pram?” tanya Arya pagi ini dengan raut wajah keras.“Tentu saja, itu yang terbaik buat Sakti.” Pram menjawab acuh setelah meneguk segelas air.Di meja makan itu hanya ada dirinya, sang ayah, dan Imel yang herannya tidak pernah pulang. Alasan keluarganya masih di luar negeri dan terbiasa menginap sejak Hasna masih ada selalu digunakan waktu itu. Alasan yang tidak bisa diterima akal Pram, tetapi sang ayah selalu membelanya.“Ayah hanya takut Sakti akan menyusahkanmu jika tinggal di sana.” Kali ini suara Arya lebih lembut.“Tidak apa-apa, Yah. Jika bukan aku kakaknya yang repot, mau siapa lagi? Sakti saat ini sangat butuh dukungan, kasih sayang, dan terutama rasa nyaman. Aku yakin di rumahku aku leluasa memberikannya.”“Apa maksudmu di sini tidak?”“Kejadian semalam menjadi pelajaran, Yah. Sakti bahkan tidak nyaman di rumahnya sendiri, di rumah orang tuanya.”“Kamu terlalu berlebihan, Pram. Menyebut rumah ini tidak nyaman untuk Sakti, padahal pernikahanmu yang membuatnya ber

    Last Updated : 2024-12-30
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   93. TERIMA KASIH

    “Mas minta maaf,” ujar Pram lembut. Tangannya menggenggam tangan Puspita. Tatapannya sayu menatap lurus mata sang istri yang menunduk di atasnya.Ini malam pertama mereka kembali ke rumah. Seharian mendampingi Sakti yang masih labil membuat mereka tidak bisa menghabiskan waktu berdua. Karenanya, saat melihat Sakti tidur, Pram memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya.Ia merebahkan kepala di pangkuan sang istri, menikmati rasa nyaman yang sayang sekali dulu tidak pernah ia sadari. Jemari tangannya diselipkan di antara jari-jari tangan Puspita hingga rasa hangat menyebar dari sana, mengaliri aliran darah hingga ke seluruh tubuh. Menghadirkan kenyamanan yang luar biasa.Diciuminya punggung tangan Puspita itu sebagai ucapan rasa terima kasih tak terhingga. “Maafin Mas, Sayang,” ulangnya lagi setelah puas menciumi punggung tangan dalam genggamannya.Puspita menunduk, memperhatikan wajah Pram yang tampak lebih lelah dari biasanya.“Untuk apa, Mas?” Puspita bertanya lembut.“Untuk semua

    Last Updated : 2024-12-31
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   94. MALU

    Puspita terhenyak mendengar kalimat itu. Terlebih bibir itu tersenyum tapi matanya masih tertutup. Ia gegas menutup mulut dengan kedua tangan. Fix, ia yakin Pram sebenarnya tidak tidur, hanya pura-pura saja.Wajah Puspita seketika panas. Mau disimpan di mana mukanya? Pram tahu kalau ia baru saja mencuri ciuman. Padahal ia belum pernah melakukannya, tapi rasa penasaran mendorongnya untuk bereksperimen, ia bahkan hampir menggigit bibir Pram.Puspita menggerakkan kakinya, dengan maksud agar Pram bangkit dari pangkuannya.Pram membuka matanya, menatap langsung ke arah istrinya yang masih membeku di tempat. Meski wajahnya hanya terlihat sebagian karena pemiliknya masih menutup mulut, namun semburat merah terlihat jelas di sana. Matanya membelalak.Pram tersenyum geli. Kemudian bangkit dan duduk di samping wanita yang malah buru-buru bangkit dari sofa, lalu melarikan diri.Pram menunduk sambil menggeleng. Senyum geli tak tertahankan. Gemas rasanya dengan sikap malu-malu istri kecilnya. Pusp

    Last Updated : 2024-12-31
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   95. MASIH MALU

    "Sayang... bangun, sudah subuh." Suara mengalun membangunkan Puspita disertai dengan sentuhan lembut di pipinya.Puspita mengerjap dan menggeliat."Sayang… sudah subuh. Bangun dulu, yuk. Mandi dulu." Lagi, suara itu terdengar. Mengalun bagai melodi indah yang sampai kapan pun tidak akan Puspita lupa. Suara Pram yang membangunkannya di pagi pertama setelah penyatuan mereka.Puspita tersenyum masih dengan mata terpejam, tetapi beberapa detik setelahnya ia bangkit dengan mendadak. Bukan apa-apa. Ia baru menyadari suaminya sudah lebih dulu bangun.Puspita mengucek matanya, mengerjap berulang kali hingga wajah Pram yang sudah terlihat segar, tampak sedang tersenyum. Pria itu duduk di sisi ranjang dengan sudah berpakaian rapi. Sementara dirinya?"Aaa…" Puspita memekik seraya menarik selimut untuk menutupi dadanya saat menyadari dirinya duduk dengan tubuh polosan. Seketika rasa malu menyeruak di dadanya. Selimut bukan hanya menutupi dadanya, tapi kini juga ia tutupkan ke wajahnya. Puspita be

    Last Updated : 2024-12-31
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   96. PAGI YANG DAMAI

    “Muka kamu merah,” bisik Pram pagi ini di meja makan, hingga membuat pipi Puspita yang memang sudah merona bertambah merah. “Jangan bilang masih malu. Kalau masih malu juga nanti Mas buka lagi bajunya.”“Ssttt!” Puspita mendesis dan melotot. Pelototan yang sama sekali tidak menakutkan. Malah membuat Pram semakin gemas dengan istrinya itu karena matanya yang bundar kecil dipaksa melebar.“Waktunya makan, jangan berisik!” ujar Puspita juga dengan berbisik. Lalu mulai menuangkan sarapan di beberapa piring. Sementara Pram langsung duduk sambil tersenyum.Bukan tanpa alasan jika Puspita kesal pada suaminya itu, di sana selain ada Prily dan Mbak Sari, juga ada Sakti yang perasaannya masih sangat sensitif hingga harus pintar-pintar mereka jaga.“Mau makan soto?” tanya Puspita pada Sakti yang hanya dibalas dengan anggukan samar dan singkat. Wanita itu menyajikan semangkuk soto yang masih mengepulkan asap tipis ke hadapan adik iparnya itu.“Mau juga, dong.” Pram tidak mau kalah, ia menyodorkan

    Last Updated : 2025-01-01
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   97. SELALU MENUDUH

    Pram mendengus, mencoba menahan emosi yang perlahan mendidih. "Calon suami?”“Ya, Sakti calon suamiku, bukan?” Imel berkata dengan tenangnya. Kedua tangannya bahkan dilipat di dada.“Itu kalau rencana tidak berubah.”“Maksud kamu apa, Mas Pram?” Imel melepas tangannya. Tatapan curiga mulai berpendar di matanya.Kini, Pram dengan santai memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana. “Kondisi kejiwaan Sakti masih belum sepenuhnya pulih. Ia tidak mungkin menikah dalam kondisi seperti itu, kan?”“Maksud Mas Pram, aku harus menunggu gitu?”Pram menatap tajam wanita yang di matanya begitu memaksa. “Menurutmu?”“Sampai berapa lama, Mas? Ingat, Sakti sudah menodaiku, dan sebagai laki-laki dia harus bertanggung jawab.”Pram kembali mendengus. Lalu tatapan tajam itu berubah menjadi tatapan menilai.“Kenapa kamu begitu ngotot ingin Sakti menikahimu? Padahal kamu sendiri yang bilang kalau Sakti bukan siapa-siapa. Dia hanya anak ingusan yang tidak akan sanggup memberimu nafkah? Apa ada tujuan la

    Last Updated : 2025-01-01
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   98. ADA APA?

    “Sayang, hari ini Mas harus ke kantor sebentar.” Dengan hanya menggunakan handuk, Pram berucap begitu keluar dari kamar mandi. Sambil menggosok rambutnya yang basah, ia menatap wanita yang masih berbaring di ranjang.Ia tahu wanita itu sudah bangun, terbukti kelopak matanya bergerak-gerak hingga bulu mata lentiknya ikut bergoyang. Hanya saja wanita itu masih berpura-pura tidur.Dan berhasil, kalimatnya barusan bukan hanya membuat wanita itu membuka mata, tapi juga bangkit dari tidurnya.“Ke kantor?” tanyanya dengan mata membola.Pria yang menghentikan gosokan di rambutnya itu mengangguk sambil menahan senyum. Gemas melihat ekspresi wanitanya. “Ya.”Wanita itu menyingkap selimut, lalu turun dari ranjang. Tadi setelah salat subuh, mereka kembali terlibat pergumulan panas hingga rasanya enggan turun dari tempat tidur. Tapi mendengar suaminya akan pergi, ia bergegas bangkit.“Mas, katanya nggak ke kantor dulu selama seminggu.” Bibir itu maju.Pram menghela napas. “Iya, seharusnya begitu.

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   155. TIDAK JADI

    Puspita merasakan dadanya sesak seolah oksigen tidak mau masuk ke paru-parunya. Pandangannya berkunang-kunang, dan tubuhnya terasa lemas. Semua yang baru saja tersaji di depan matanya seolah cerita dongeng fantasi yang hanya ada dalam khayalan.Otaknya mendadak tidak bekerja hingga sulit mencerna apa yang baru saja terjadi. Suara melengking Tika yang memanggil namanya dan meminta tolong masih terngiang hingga memekakkan telinga. Tetapi, slide-slide nyata dalam kehidupan yang dijalaninya terus berputar di kepalanya.Tubuhnya nyaris terjengkang jika Pram tidak sigap menangkapnya. Pram sampai duduk bersimpuh untuk menahan tubuh Puspita yang tidak bertenaga sama sekali. Tubuh wanita itu ia sandarkan di pangkuannya. Sejatinya, ia pun terlalu kaget dengan semua ini hingga tak mampu melakukan apa pun selain ternganga.Nama Putra Pradipta ia sebut dua kali saat menikahi Puspita sebagai ayahnya, tetapi siapa sangka jika itu adalah Pradipta Putra Bimantara, anak tunggal Rangga Bimantara dan jug

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   154. BERCANDA?

    Ruangan mendadak penuh dengan gemuruh para tamu yang saling berbicara heran, sebelum akhirnya pandangan mereka tertuju pada Puspita yang mulutnya menganga.Wanita itu sejak tadi sudah merasa lelembutnya tak lagi di sana. Bahkan suara Prabu bagai seorang pendongeng yang jauh dan hanya terdengar suaranya saja.Yang dirasakan Puspita adalah kembali ke masa lalu, masa-masa kecilnya yang penuh kebahagiaan bersama kedua orang tuanya. Sebelum akhirnya semua kebahagiaan itu direnggut paksa darinya bersamaan dengan meninggalnya orang tuanya.Puspita di sini, tapi hati dan pikirannya kembali ke masa-masa itu. Masa-masa yang diceritakan Prabu. Semua tergambar dengan jelas dalam ingatannya, seperti yang terjadi dalam semua slide foto itu.Puspita masih mematung. Ia tidak mengerti apa arti semua ini. Sementara mata semua orang kini tertuju padanya. Sebagian menatap iba, sebagian lagi meremehkan, dan sebagian lainnya tampak bingung. Semua orang di sana kembali berdengung, saling bicara sambil menat

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   153. ADIK PRABU

    “Ini adalah orang tua saya.”Prabu menunjuk layar besar yang kini menampilkan pasangan muda yang sangat serasi. Tampan dan cantik.“Pradipta Putra Bimantara dan Riyanti Rahman,” lanjut Prabu dengan bangga."Mereka pasangan yang bahagia dan saling mencintai. Sayangnya ….” Prabu menjeda kalimat, terlihat ada napas yang berat untuk diembuskan. Kilat luka berpendar di matanya.“Ibu saya harus meninggalkan kami semua saat menghadirkan saya ke dunia. Ibu saya berpulang dan meninggalkan luka yang mendalam untuk ayah saya.” Akhirnya, Prabu menarik napas meski terlihat sangat berat.Semua hadirin sepertinya ikut larut dengan apa yang Prabu rasakan. Terlebih ada getar dalam kalimat terakhir Prabu. Nyonya Rangga yang berdiri didampingi suaminya, juga Tika, bahkan sudah menghapus sudut matanya dengan tisu.“Ayah saya frustrasi berat atas meninggalnya wanita terkasih hingga akhirnya memutuskan menanggalkan semua yang sudah ia miliki sebagai satu-satunya penerus Bimantara Group. Ayah pergi jauh den

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   152. CERITA PRABU

    Puspita menoleh dan mendapati Pram yang menatapnya kesal. Ternyata pria itu menunggunya. Hanya saja, saking tidak mau bicara, sang suami hanya menatapnya.Puspita mengerjap dan menunduk, lalu menghampiri Pram dan mengekorinya. Mereka bergabung dengan tetamu lain yang sudah menyimak Prabu di panggung sana.Baru saja beberapa detik mereka bergabung, seseorang datang dan berdiri di samping Pram. Lalu mengucapkan kalimat yang membuat mood Pram semakin buruk.“Halo, anak laki-lakiku, aku tidak menyangka akan bertemu di sini denganmu.”Pram menelan ludah tanpa melirik sama sekali. Ia mencoba fokus pada Prabu di depan sana.“Oh, ya, perkenalkan dulu, ibu barumu,” lanjut suara itu seraya menunjuk wanita muda yang bergelayut manja di lengannya.“Mungkin kamu belum tahu kalau kami sudah menikah secara resmi, Pram. Jadi mulai sekarang hormati Imel sebagai istriku, ya.”Pram sama sekali tidak peduli, mencoba mengabaikan apa pun yang Arya ucapkan. Jika pun ada banyak hal yang ingin ia bicarakan, b

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   151.

    Puspita sontak menarik tangannya dari genggaman Prabu. Seakan tersengat, matanya membelalak lebar. Ia tidak menyangka Pram menemukannya di sini. Dalam keadaan yang akan membuatnya semakin salah paham.Lorong yang sepi pun terasa sangat mencekam saat Pram melangkah mendekat. Suara ketukan sepatunya yang bersatu dengan lantai berlomba dengan detak jantung Puspita yang melonjak-lonjak.“Jadi … memang begini perbuatan kalian di belakangku?” tanya Pram dengan tatapan perpaduan antara kekecewaan dan kemarahan. Ada luka juga di sana.Puspita menggeleng cepat. Ia ingin menyangkal, tetapi Pram dengan cepat mendahului.“Apa kamu mau bilang lagi ini tidak seperti yang aku pikirkan?” tanya Pram sinis. “Jadi, apa yang harus aku pikirkan melihat istriku berduaan bahkan berpegangan dengan pria lain?”“Mas ….” Kepala Puspita semakin menggeleng. Bibirnya bergetar.“Kemarin kamu bisa bilang aku salah paham karena hanya melihat foto. Apa aku masih salah paham juga jika sudah melihat dengan mata sendiri

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   150. TOLONGLAH

    Puspita mencuri-curi pandang saat Pram berbincang dengan Rangga dan istrinya. Ia mencari keberadaan Prabu. Ia berharap bisa bicara dengan pria itu sebelum acara dimulai. Sayangnya, pria itu tidak terlihat di mana pun di ruangan itu. Matanya justru menangkap seseorang yang wajahnya sangat familiar.Puspita sampai terjengkit kaget.Di sana, di antara para tamu undangan yang ia yakin semuanya adalah relasi bisnis keluarga Bimantara, ia melihat ada pria berusia lebih dari setengah abad yang menatap sinis ke arahnya.Puspita mengucek matanya setelah beberapa saat terperangah. Sayangnya, setelah ia mengucek mata, orang itu sudah tak terlihat lagi di sana. Puspita berkedip beberapa kali, lalu mencari dengan matanya ke semua penjuru ruangan, tetapi ia tidak mendapati orang yang dicarinya.Wanita itu kemudian menggeleng. Mungkin ia sedang berhalusinasi karena melihat pamannya berada di antara para tamu undangan.Bagaimana mungkin sang paman ada di sana? Bukankah semua tamu hanya dari kalangan

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   149. PESTA APA?

    Puspita menarik napas panjang sebelum turun dari mobil. Dadanya terasa sangat sesak karena selama dalam perjalanan menuju rumah keluarga Bimantara itu, tak sepatah kata pun Pram berucap. Mereka hanya saling diam meski duduk berdampingan.Saat menerima surat undangan dari Prily, sebenarnya ia malas untuk ikut datang. Toh, hubungannya dengan Pram sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, Pram hanya menitipkan surat itu pada anaknya. Sebenci itukah Pram padanya, bahkan sekadar menyampaikan kartu undangan saja tidak sudi?Kalau mau egois, Puspita lebih baik tidak ikut datang. Toh, ia juga tidak tahu pesta apa gerangan yang harus dihadirinya itu. Namun, ia tidak ingin Pram malu. Ia bahkan masih memikirkan reputasi Pram meski sang suami sedang marah padanya.Lagipula, bukankah di sana ia bisa bertemu dengan Prabu? Ini kesempatan baik, harus ia gunakan untuk meminta tolong Prabu menjelaskan yang sesungguhnya. Bagaimanapun caranya, ia harus bicara dengan pria itu. Jika bukan pada kesempatan ini, i

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   148. BERNYALI ATAU TIDAK?

    Wanita berrok pendek berlari menuju pintu ruangan Prabu saat mendengar suara gaduh dari dalam sana. Ia sebenarnya sudah curiga sejak awal karena tamu bosnya datang dengan wajah tegang dan penuh amarah.Suara bentakan terdengar menggema di ruangan megah itu. Sekretaris membuka pintu dan langsung memekik melihat bosnya tersungkur di lantai dengan tamunya masih melayangkan tangan.Wanita itu berlari untuk melerai, berusaha menenangkan Pram yang tengah dikuasai amarah. Setelahnya, ia membantu Prabu untuk bangun dan memapahnya ke sofa.Pram berdiri dengan rahang mengeras, napasnya memburu. Tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan amarah yang membara dalam dadanya.Sementara itu, Prabu yang kini duduk bersandar di sofa mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Tatapannya tetap lurus di wajah merah Pram. Senyum sinis tersungging dari bibir pecah Prabu. Sama sekali tidak ada rasa marah atau takut yang ia tampakkan."Beginikah cara seorang Pramudya Adiguna menyelesaikan masalah?" tanya Prabu san

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   147. TIDAK PROFESIONAL

    Puspita berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Dadanya sesak, pikirannya kusut, dan hatinya penuh dengan kegelisahan. Sudah dua hari sejak kejadian kemarin, dan Pram tetap diam. Pria itu bahkan memilih tidur di ruang kerjanya, seolah kehadiran Puspita di rumah ini hanyalah gangguan yang harus dihindari.Tidak ada pengusiran dan kata talak seperti dulu, tidak ada kata-kata kasar yang menghujam lagi, tapi didiamkan seperti ini jauh lebih menyakitkan.Ia tinggal di rumah seseorang, tapi si empunya rumah sama sekali tak menganggapnya ada. Pram selalu menghindarinya seolah tak ingin lagi melihatnya. Waktu makan yang biasanya mereka gunakan untuk bercengkerama hangat, hanya kekosongan meja makan yang didapatkan Puspita. Hingga terkadang ia pun malas untuk sekadar mengisi perut.Pram selalu meminta pelayan yang mengantar makan ke ruang kerjanya dan bukan dirinya.Puspita sampai bingung bagaimana melanjutkan hidup. Ia tidak mungkin pergi karena tidak ada kata talak dan pengusiran seperti dulu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status