Share

48. TIPU MUSLIHAT

Penulis: Herofah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lo laper nggak? Gue traktir makan deh," ucap Rain saat kini dirinya dan Sitta sudah keluar dari area hotel, menyusuri trotoar pejalan kaki.

"Iya gue emang niat mau cari makan keluar, soalnya duit gue nggak cukup kalau dipake makan di dalem," jawab Sitta keceplosan.

"Lah, lo nggak punya duit? Kan suami lo tajir?" Pekik Rain yang jadi kaget.

"Eh, bu-bukan gitu maksudnya, duit gue ada di ATM, cuma duit cash aja yang tinggal selembar. Mau ngambil tapi nggak ada ATM deket sini," untungnya Sitta punya ide untuk mencari alasan. Kalau sampai tau dirinya benar-benar tak punya uang saat ini, yang ada Sitta bisa kehilangan muka di hadapan Rain.

"Yaudah, gue traktir aja, gimana?"

Sitta menatap ragu wajah Rain, lalu dia menggeleng. "Nggak usah deh, gue pake duit gue aja. Cukup kok ini cuma buat makan bubur apa ketoprak."

"Yaudah, kalau nggak mau gue juga nggak maksa," balas Rain yang memang cuek.

Keduanya pun kembali berjalan dan berhenti di salah satu warung makan pinggir jalan.

Sitta memesan bu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mitchell Ray Chell
blm ada update baru
goodnovel comment avatar
Itta Irawan
mana si sitta kok blm up kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   49. SEBUAH PELUKAN

    "Kahfi? Sedang apa kamu di sini?" ucap Ranti saat pintu kamar hotel yang ditempati customer baru nya itu terbuka. Memunculkan sosok sang menantu di baliknya, membuat Ranti jelas terkejut.Tak bedanya dengan Ranti, Kahfi sendiri terlihat jauh lebih terkejut dari apa pun juga.Melihat keberadaan sang ibu mertua di hadapannya, Kahfi seperti melihat hantu di siang bolong.Saking syok, lelaki itu bahkan tak mampu berkata-kata, hingga suara seorang wanita dari arah dalam terdengar memanggil namanya."Kahfi, siapa yang datang?"Mendengar suara yang jelas-jelas begitu dia kenal, sontak kedua bola mata Ranti melotot dan langsung bergerak cepat menerobos masuk ke dalam kamar hotel itu. Tubuh Kahfi pun terdorong seiring Ranti yang merangsek masuk ke dalam.Tak ada hal yang bisa Kahfi lakukan saat itu sebagai pembelaan diri karena dia tahu semua sudah tamat baginya.Ranti pasti akan salah paham dan berpikir yang bukan-bukan."Kamu?" Gumam Ranti dengan napasnya yang mulai naik turun tak beraturan,

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   50. AMARAH YANG MELEDAK

    BRAK!Sitta terkejut saat Kahfi baru saja membanting pintu kamar apartemen miliknya, ketika keduanya baru saja sampai di sana.Usai kepergian Bulan, di mana Kahfi di parkiran tadi terlihat terus memohon agar Bulan tak pergi, mood Kahfi jelas sangat buruk. Itulah sebabnya, sejak di perjalanan menuju apartemen tadi sampai kini mereka tiba di sana, Kahfi terus bungkam, sementara Sitta pun bingung harus memulai aksi protesnya dari mana.Entah kenapa, nyali Sitta tiba-tiba saja ciut melihat betapa terpukulnya Kahfi atas sikap Bulan di parkiran hotel tadi.Sitta yang terlalu bingung harus melakukan apa, hanya bisa terpaku menatap Kahfi dan Bulan yang terlibat adu mulut di parkiran mobil.Kahfi yang menjelaskan pada Bulan tentang seluruh perasaannya selama ini, sementara Bulan yang meminta Kahfi untuk tidak lagi mengganggunya.*"Aku dan Sitta hanya menikah di atas kontrak, Bulan, kamu tau itu, kan? Aku sama sekali tidak mencintai Sitta, karena satu-satunya wanita yang aku cintai selama ini

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   51. TUDUHAN MENYAKITKAN

    "KALAU BUKAN KARENA ULAH LO YANG UDAH MENGADUKAN KEBERADAAN GUE DI KAMAR HOTEL BULAN KE TANTE RANTI, MUNGKIN HUBUNGAN GUE SAMA BULAN NGGAK AKAN BERAKHIR SEPERTI INI, SETELAH APA YANG UDAH NYOKAP LO LAKUIN KE BULAN TADI! LO BENER-BENER EGOIS, TA! EGOIS DAN LICIK!" Ucap Kahfi dengan suaranya yang menggelegar, bak guntur di langit. Kahfi berteriak tepat di hadapan Sitta dengan tatapan penuh kemarahan.Masih terdiam dalam kebingungan, Sitta benar-benar tak menyangka jika Kahfi bisa sejahat itu menuduhnya tanpa bukti."Heh, gue nggak pernah ngelakuin itu ya! Jangan nuduh-nuduh orang seenaknya kalau nggak ada bukti!" balas Sitta tak terima."Apa gue masih perlu bukti sementara yang tau keberadaan gue di kamar hotel Bulan pagi ini ya cuma lo? Terus, gue harus nuduh siapa lagi kalau bukan lo, Ta?" Timpal Kahfi tak mau kalah. Lelaki itu kembali berkacak pinggang masih dengan amarahnya yang tercetak jelas di wajah."Selain gue kan masih ada orang yang bisa lo jadiin tersangka, yaitu Kak Bulan s

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   52. HUJAN DERAS DI MALAM HARI

    Cuaca siang ini mendung.Semendung suasana hati Sitta akibat perlakuan Kahfi.Setelah keluar dari apartemen Kahfi, Sitta langsung menaiki sebuah bus di lampu merah, bahkan tanpa dia melihat kemana tujuan bus itu pergi. Yang Sitta tahu, dia ingin cepat-cepat pergi jauh dari Kahfi.Sitta sangat kesal pada Kahfi yang telah seenak jidat menuduhnya macam-macam hanya berdasarkan asumsinya semata. Tanpa berusaha mencari bukti atas keakuratannya.Duduk di kursi paling belakang yang terletak di pojok dekat jendela, tatapan Sitta tak beralih dari luar jendela. Air matanya masih sesekali menetes, namun dia langsung menyekanya dengan cepat. Sitta tak ingin menjadi cengeng hanya karena lelaki macam Kahfi.Suara dering dari ponsel di dalam saku celana jeansnya, membuat Sitta pun bergerak untuk mengambilnya.Perasaan lega yang sarat seketika tampak di wajahnya yang manis dan sedikit pucat, ketika dia melihat nama Arka tertera di sana."Halo, Ka?" sapa Sitta memulai percakapan."Ta, kamu lagi ngapain

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   53. ADA MAYAT DI MASJID

    Bulan melepas seluruh pakaian syar'inya begitu dia sampai di dalam kamar di kediamannya di Bandung.Melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan langsung merendam tubuhnya di dalam bathtub yang dia isi air hangat, Bulan memejamkan mata.Ucapan demi ucapan Ranti terus mengusik ketenangannya di sepanjang perjalanannya menuju Bandung tadi.Setelah sekian tahun berlalu dirinya hidup bersama Ranti dan harus bersabar menerima segala sikap buruk dan tak adil Ranti terhadapnya, Bulan memang tak pernah sekali pun membalas perkataan Ranti yang sering kali menyakiti hati dan perasaannya.Bukan tanpa alasan mengapa selama ini Bulan selalu mengalah dan terlihat lemah di hadapan Ranti.Sejatinya dia tidak lemah.Dan Bulan paling benci dianggap lemah.Namun, demi tercapainya tujuan utama yang selama ini dia rancang sedemikian rupa, yakni membalaskan dendam atas penderitaan yang dialami sang Ibunda dahulu akibat perbuatan Ranti, dengan menghancurkan Ranti, melalui Sitta, Bulan pun rela menjadi orang lain

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   54. PEMBUNUH AIDIL

    "Oh, ya ampun, sayang? Kamu nggak kenapa-kenapa, sayang? Aku syok banget tadi pas sampe di sini, aku pikir kamu yang meninggal, sayang," ucap Kahfi dengan sandiwaranya di hadapan polisi.Dengan wajah panik penuh intrik, Kahfi lantas memeluk Sitta dan menciumi wajah sang istri berkali-kali.Sitta yang terkejut awalnya hanya bisa melongo mendapat perlakuan seperti itu secara tiba-tiba, hingga akhirnya, dia pun sadar dan langsung berusaha melepaskan rangkulan Kahfi di pundaknya."Sayang, aku minta maaf ya? Aku bener-bener minta maaf dan janji nggak akan mengulangi kesalahan itu lagi," ucap Kahfi lagi seolah tak memberi kesempatan apa pun pada Sitta.Tatapan lelaki itu kini beralih pada pihak kepolisian di hadapan mereka, yang tampak menatap bingung."Hm, maaf Pak Polisi, saya ini suami Sitta. Tadi siang kami bertengkar, lalu istri saya pergi dari rumah, dan seharian ini saya terus mencarinya. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga," ucap Kahfi disertai kekehan kecil. Tangannya semakin merang

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   55. GENGGAMAN YANG HANGAT

    Sesampainya di basement apartemen dan Kahfi sudah memarkirkan kendaraan di sana dengan sempurna, Kahfi pun berniat untuk turun dari mobil.Menoleh ke arah Sitta di sisinya yang masih tertidur, Kahfi langsung membangunkan sang istri."Ta, udah sampe, Ta. Bangun," ucap Kahfi sambil mengguncang pelan bahu Sitta.Tubuh Sitta bergeser sedikit tanpa membuka mata, bibir gadis itu bergerak, seperti bergumam, dibarengi dengan kedua tangannya yang seketika memeluk tubuhnya erat, "dingin..."Reflek, Kahfi pun menyentuh kening Sitta dengan punggung tangan dan menjadi terkejut saat mendapati suhu tubuh Sitta yang sangat panas.Sitta demam?"Lo sakit? Mau berobat? Gue anter ke klinik ya?" ucap Kahfi spontan.Kepala Sitta menggeleng lemah. "Gue mau tidur..." ucapnya dengan suara super pelan.Melihat keadaan Sitta yang seperti ini, Kahfi jelas khawatir. Itulah sebabnya, Kahfi pun langsung menghubungi dokter klinik kenalannya, agar lekas mendatanginya ke apartemen."Ta, Ta," Kahfi kembali mengguncang

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   56. WELCOME TO BALI

    "Jangan ngambek lagi dong, gue minta maaf, ya? Lo mau, kan maafin gue?" Ucap Kahfi yang untuk pertama kalinya bersikap manis pada Sitta. Mengingat usia Sitta yang memang masih terbilang sangat muda, delapan belas tahun, hampir berbeda sepuluh tahun dengannya, Kahfi lah yang seharusnya lebih banyak mengalah dan bersabar. Terlebih, dalam keadaan Sitta yang sedang sakit seperti ini."Yaudah kalau lo masih nggak mau maafin gue, nggak apa-apa. Gue ke bawah dulu ya beli sarapan?" ucap Kahfi pada akhirnya setelah dia menunggu jawaban Sitta, namun gadis itu tetap saja bertahan dalam diam.Kahfi hendak melepas genggaman tangannya di jemari Sitta diiringi dengan gerakan tubuhnya yang ikut bangkit dari kursi, ketika jemari Sitta menahan jemarinya.Kepala gadis itu menoleh cepat dan berkata, "gue beneran nggak ngadu apa-apa ke nyokap gue kemarin, Fi. Lo bisa tanya langsung sama nyokap gue kalau masih nggak percaya."Kahfi tersenyum dan kembali menempelkan bokongnya di kursi.Membalas genggaman ta

Bab terbaru

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   70. EPILOG

    "Ada laporan penting apa saja hari ini, Lex?" tanya Reygan pada sang asisten saat dirinya baru saja selesai menghadiri rapat pemegang saham pagi ini."Investasi tambang batu bara di kalimantan untuk dana properti apartemen Red Cherry, disetujui oleh bagian pembukuan, Rey," lapor Alex pada sang atasan.Reygan mengangguk paham. Menoleh ke atas meja kerjanya, Reygan tampak membuka sebuah berkas di sana."Bagaimana dengan pelelangan karya seni AGB Grup di pusat kota?" Tanya Reygan kemudian."Soal itu, barangnya berpindah tangan dan dialihkan ke Galeri lain yang memungkinkan terjadinya pelelangan dengan cakupan yang lebih besar, jadi, pelelangan di pusat kota resmi dibatalkan lusa kemarin," jawab Alex lagi."Oke, bagus. Dengan begitu keuntungan yang dihasilkan bisa lebih besar tentunya," sahut Reygan dengan tatapannya yang masih berpusat di lembar berkas di atas meja. "Ini, berkas pengunduran diri Resti?" kening Reygan tampak berkerut."Ya benar. Resti mengundurkan diri perakhir bulan ini,

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   69. PAGI YANG CERAH DI KOTA NEW YORK

    Flash back on...Setelah mengetahui kebenaran tentang Tia dari anak buahnya yang berhasil menemukan buku diary milik sang asisten, Bulan pun berhasil menemukan cara jitu untuk mengecoh Tia agar wanita itu mau mengakui bahwa dialah yang sudah meracuni otak Zarina untuk membunuh Aidil."Mba, Mba Tia tahu kan kalau sebentar lagi Ayah akan bebas?" ucap Bulan di hadapan Tia sewaktu dirinya mendatangi Tia di dalam gudang tua, di mana mayat Aidil dikuburkan."Ya, Tuan Azzam akan bebas sebentar lagi. Lalu, apa maksud Nona melakukan ini pada saya?" tanya Tia dengan posisi kedua tangan dan kakinya yang terikat dan didudukkan di atas kursi besi."Mba Tia tau kan, kalau saya sangat membenci Ayah selama ini?" Tatapan Bulan tertuju lurus pada sosok Tia di hadapannya. Sinis, dingin, dan tajam.Tia tidak menjawab."Jadi, saya tidak rela jika Ayah bebas dengan mudah. Itulah sebabnya, saya ingin membuat cerita rekayasa baru untuk memutar balikkan fakta mengenai kasus kematian Om Aidil, agar hukuman Aya

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   68. SEMUA DEMI SITTA

    Semuanya seperti mimpi bagi Sitta.Di saat dirinya mulai menemukan kebahagiaan dalam hubungan rumah tangganya dengan Kahfi saat ini, kenyataan pahit harus kembali menghantam Sitta dengan hebatnya atas fakta, bahwa sang ayah ternyata sudah meninggal.Sesampainya dia di rumah, disambut oleh senyum tipis Ranti, dan Laras yang memang selalu mengunjungi Ranti setiap hari.Mereka duduk saling berhadapan dengan Ranti yang duduk di sisi Sitta untuk mulai menceritakan semuanya pada Sitta.Tentang semua kisah masa lalu yang terjadi di antara dirinya, Aidil, Azzam, Zarina dan juga Tia.Hingga akhirnya, mereka pun berakhir di sisi makam Aidil saat ini."Maafkan Bunda Sitta, semua memang salah Bunda," ujar Ranti usai dirinya dan Sitta membacakan doa untuk sang Almarhum. "Mungkin, jika dulu Ibu mempercayai ayahmu, dan mau memaafkan dia, maka ayahmu tidak akan pergi menemui Zarina dan dia tidak akan mati ..." Ranti kembali menangis. Penyesalan di dalam hatinya setelah mengetahui bahwasanya Aidil mem

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   67. PERGI KE TEMPAT YANG JAUH

    Suasana berkabung masih nampak nyata di ruko milik Ranti.Toko Laundry itu hari ini tutup setelah kasus menghilangnya Aidil akhirnya terungkap.Berkat kesaksian Tia yang berhasil melarikan diri dari tawanan anak buah Bulan, kini Ranti pun bisa mendapatkan titik terang mengenai di mana sebenarnya sang suami berada saat ini.Meski, pada akhirnya harapan Ranti harus pupus tatkala mengetahui bahwasanya, sang suami telah meninggal dunia sejak belasan tahun yang lalu.Kerangka mayat Aidil ditemukan terkubur di belakang kediaman lama Zarina dan Azzam yang kini sudah dibangun gudang penyimpanan barang-barang tak terpakai.Setelah proses autopsi selesai oleh tim forensik, yang akhirnya menyatakan bahwa Aidil tewas setelah mendapat luka tusukan berkali-kali di bagian perut dan dada serta leher korban, tersangka Zarina lantas menguburkan Aidil di lahan kosong belakang rumahnya.Itulah kiranya cerita yang Tia sampaikan di hadapan pihak kepolisian hari itu.Tia mendatangi kantor polisi dan mengaku

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   66. SEBUAH ALASAN

    "Maksudnya, lo maen bareng sama Reygan dan cewek itu? Salome?"Kahfi menepuk jidat frustasi karena lagi-lagi Sitta memotong ucapannya sebelum dia sempat menyelesaikan ceritanya."Nggak Ta, Reygan pesen dua cewek waktu itu dan kita juga mainnya di kamar terpisah. Rumah Reygan di Bandung udah kayak lapangan golf, Ta. Kamu kalau jalan sendirian di sana pasti kesasar.""Jadi, lo pertama gituan sama pela*cur?""Nggak," jawab Kahfi dibarengi gelengan kepala."Ya terus sama siapa dong?""Waktu itu, aku belum berani main sampe ke tahap itu, Ta. Karena aku emang sama sekali nggak punya pengalaman. Alhasil, aku cuma main-main aja sama tuh cewek, main luar. Make out," beritahu Kahfi lebih lanjut.Kali ini, Sitta diam dan memilih menunggu Kahfi melanjutkan ceritanya ketimbang bertanya terus menerus."Dan karena Jessica lah, awalnya hubungan persahabatan aku sama Reygan mulai renggang," ucap Kahfi dengan tatapan yang mengawang jauh. Seakan bernostalgia ke masa-masa SMA nya dahulu."Dulu, aku emang

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   65. PERTANYAAN SITTA

    "Masih sakit? Nggak, kan?" tanya Kahfi saat dirinya dan Sitta baru saja selesai menunaikan aktifitas panas mereka pagi ini.Hawa sejuk sepoi-sepoi angin pantai yang berhembus dari arah balkon, dengan awan mendung yang membuat cuaca terlihat syahdu di luar sana, menjadikan kegiatan pagi ini terasa lebih romantis.Sitta dan Kahfi masih asik merebahkan diri di tempat tidur dalam keadaan mereka yang tak berbusana. Menutupi rapat-rapat tubuh mereka dengan selimut, mereka tidur dengan posisi Sitta yang menyandarkan kepalanya di bahu Kahfi."Hm, sedikit sih, agak aneh kalau dibawa jalan," aku Sitta dengan polosnya.Kahfi mencuil ujung hidung Sitta yang lancip, "makanya, sering-sering aja, nanti juga lama-lama terbiasa."Sitta langsung mengerucutkan bibir dengan tangan yang reflek memukul dada sang suami."Huh, itu sih mau nya lo.""Kamu, Ta, jangan lo-gue lagi," protes Kahfi kemudian."Emang kenapa?""Ya nggak enak aja di dengernya. Nggak romantis tau nggak?""Tapi gue kan nggak terbiasa ngo

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   64. ARE YOU READY, HONEY?

    "Ta, Sitta, bangun, Ta."Menggeliat pelan, Sitta merasakan tubuhnya diguncang sesuatu.Membuka selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke perut, bersamaan dengan kedua bola matanya yang terbuka, Sitta merentangkan kedua tangannya ke samping, sekadar merelaksasi otot-otot tubuhnya yang terasa pegal.Apa yang habis dia lakukan semalam? Kenapa Sitta merasa sangat lelah?Kahfi yang sudah rapi dengan peci dan kain sarungnya reflek berdiri membelakangi Sitta saat itu."Bangun, Ta, sana mandi, kita Shalat Shubuh berjamaah," ucap Kahfi yang jadi salah tingkah."Emang jam berapa sih? Kok gue ngantuk banget, ya?" keluh Sitta masih tidak sadar dengan keadaannya saat itu.Hingga Kahfi pun menyalakan lampu utama kamar hotelnya, sehingga cahaya di kamar tersebut menjadi terang benderang agar Sitta bisa melihat sendiri jam di dinding kamar.Bersamaan dengan itu, kedua bola mata Sitta terbelalak hebat begitu mendapati dirinya yang tak memakai pakaian atas, hingga tangannya dengan cepat menarik kembali

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   63. KECUPAN MANIS YANG SINGKAT

    "Lo mau nggak jadi istri gue beneran, Ta?" tanya Kahfi setelah akhirnya dia memantapkan hati untuk bicara.Meski pun ragu sempat singgah dan membuatnya takut, Kahfi tetap yakin bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar.Kahfi hanya berusaha memperbaiki jalan yang sudah seharusnya dia tempuh bersama Sitta dalam hubungan pernikahan mereka yang abnormal.Kahfi hanya ingin memperbaiki diri. Menjadi seorang lelaki yang bisa bertanggung jawab atas ucapan ikrar janji sucinya di hadapan keluarga dan Sang Maha Pencipta.Bukan menjadi pecundang yang bisanya hanya berlindung dibalik topeng sebuah kemunafikkan.Kahfi lelah berada di jalan yang salah dan dia butuh Sitta sebagai pendampingnya kelak menuju jalan yang lurus.Meraih jemari Sitta ke dalam genggamannya, Kahfi menatap lekat kedua bola mata sendu Sitta yang masih berair."Pernikahan bohongan yang kita jalani sekarang memang gue yang memulai. Gue yang mencetuskan ide ini lebih dulu lalu ngeracunin lo dengan hal-hal konyol yang tanpa pernah

  • NIKAH? TAPI BOHONG!   62. PERMINTAAN KAHFI

    "Arka putusin gue, Fi," beritahu Sitta saat Kahfi kini sudah duduk bersamanya.Mereka duduk di tepi pantai kuta, menikmati suasana pantai kuta yang ramai di malam hari.Menyodorkan sapu tangan miliknya, karena air mata Sitta yang terlihat mengalir deras seperti air bah. Gadis itu semakin terisak usai Kahfi datang menghampirinya beberapa menit tadi. Padahal sebelumnya, tangisan Sitta biasa saja."Kenapa Arka tiba-tiba putusin lo? Pasti ada alasannya, kan?" tanya Kahfi dengan perasaan senang luar biasa. Melihat Sitta menangis seperti ini, dia memang iba, namun dibalik rasa iba itu, sesungguhnya Kahfi tersenyum bahagia setelah mengetahui alasan mengapa Sitta sampai menangis malam ini.Sitta menundukkan kepala, terlihat ragu untuk bercerita, meski akhirnya, dia bicara juga."Kayaknya, gara-gara tadi, pas dia mau cium bibir gue, terus gue nggak mau," aku Sitta dengan polosnya.Jika tadi Kahfi hanya menahan senyum bahagianya, kali ini, susah payah, lelaki itu harus menahan diri untuk tidak

DMCA.com Protection Status