Share

65

Aku mengusap air mata yang menitik di pipi karena tatapan benci Mas Angga barusan. Ah, sakit sekali hatiku, tidak menyangka Mas Angga akan menatapku penuh kebencian seperti tadi. Walaupun kami akan berpisah, inginku kami tetap baik-baik saja tanpa bermusuhan. Tapi mengingat tatapan Mas Angga tadi, sepertinya keinginanku itu akan sulit terwujud.

Aku menggelengkan kepala cepat saat ingat Mas Angga membukakan pintu mobil untuk Yana. Apa-apaan sih, aku. Gak guna banget merasa sakit hati begini. Tapi, kenapa Mas Angga membukakan pintu mobil untuk Yana? Aku terus bertanya-tanya.

Ah, sudahlah. Gak penting banget aku mikirin itu. Aku kembali mengusap air mata, menoleh lalu menatap ke arah teman baruku dengan tak nyaman.

"Maafin aku, ya? Aku agak mellow."

"Gak papa, Din," jawab Mei.

"Lelaki tadi itu, dia adalah suamiku. Aku dan dia mau cerai," ucapku agar hatiku tak sesak lagi. Dengan curhat, itu akan membuat hatiku sedikit lega.

"Yang sabar ya, Din," ucap Nari terlihat mengasihaniku.

"Iya, m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status