Pandangannya buram. Sesaat, ia lebih memilih mati dibandingkan menahan rasa nyeri. Tubuhnya masih tak bisa digerakkan.
Hanya matanya yang mengerjap beberapa kali untuk melihat situasi sekitarnya.
Sudah berapa lama ia berada di sini?
Dan bagaimana dengan Judish?
Pepohonan tinggi itu seakan mengoloknya dari atas. Angkuh sekali.
Jika saja ada seseorang yang menyadari keberadannya, ia harap itu Judish.
Ia tak bisa kembali ke rumah William. Tidak dengan keadaannya yang begitu miris.
Hari semakin gelap. Ia tak dapat melihat dengan jelas. Rasanya begitu menakutkan.
Beberapa binatang kecil terbang di sekitarnya. Menggigit tubuhnya dengan sangat rakus.
Ia tak ingin berakhir di sini.
Boo harus kembali ke kediaman William segera sebelum binatang buas menemukannya di sini.
Ia harus bisa menahan nyeri untuk pergi dari sini.
Seusai ciuman panas keduanya. Judish ikut berbaring di sisi kanan Boo. Pria itu sengaja menautkan jemari mereka. Memandangi lagit-langit kamar yang nampak begitu indah. Judish meraih jemari gadisnya, menyisipkan kecupan lembut di sekitar pergelangan tangannya. Kecupan itu terus naik hingga lengan, bahu, dan tubuhnya mulai mengungkung di atas. Kening keduanya saling menyatu. Menghirup napas satu sama lain. Ada letupan keras di antara keduanya. Letupan penuh kasih yang baru mereka bina. Baik Boo maupun Judish, melakukannya dengan perlahan. Lekukan sepanjang collarbone menjadi pilihan pertama Judish. Ia mengecup sekitar area itu dengan napas yang memburu. Menghirup aroma gadisnya dengan rakus. Aroma lemon yang segar menguar dari tubuh Boo. Maklum saja, ia selalu menggunakan aroma segar untuk beraktivitas. Lidah Judish ikut mencicipi tubuh gadis itu. Tubuh Boo meremang. Sensasi
Setelah semalaman Judish terjaga di kamarnya untuk sekadar memperhatikan Boo yang kelelahan, ia ahirnya bangun lebih awal.Perutnya sudah lapar karena semalam ia melewatkan makan malamnya.Jika ada yang bertanya mengapa baik Charlie maupun penghuni lainnya tak mengkhawatirkan Boo, jawabannya adalah karena setelah malam panas mereka berdua, pria itu melakukan pertemuan dengan seluruh penghuni. Termasuk memberitahu bahwa dirinya dan Boo telah bersama.Ingin tahu siapa yang protes paling depan?Charlie?Bukan. Bahkan jawabannya bukan William.Namun, Valdish dan Christ yang sejak lama mengincar gadis itu.Sementara Charlie terlihat biasa saja saat ia mengatakan bahwa waktunya akan terbagi untuk kekasihnya.Pria kelinci itu hanya sibuk memainkan konsol gamenya. Seperti enggan mengetahui apa yang terjadi.Ini sedikit mengusiknya karena yang ia tahu, Charlie selalu ingin bersamanya setiap saat. Bahkan tak ada satu p
Boo sengaja bangun pagi untuk menyiapkan sarapan untuk anggota keluarganya kini. Dibantu oleh para Nanny yang begitu ramah menyambutnya di dapur. Ia sangat bahagia hari ini karena sejak ia mengatakan ingin tidur bersama Judish, tak ada gangguan yang ia dapatkan lagi. Bahkan mungkin, ia tak ingat kapan terakhir kali ia dijahili oleh benda_-benda di kamarnya itu. Yang jelas, ia terbebas.Nany Salad mengatakan padanya bahwa ini adalah kali pertama dirinya mengetahui jika William mengizinkan orang asinb berada di rumahnya. Wanita tua bergigi dua itu dengan semangat mengajarinya membuat berbagai hidangan kesukaan para makhluk dan... sedikit memberi bocoran tentang asal usul mereka."Nanny, dari semua hal yang kau ceritakan, apa William juga termasuk makhluk seperti mereka?"Nanny Rose yang baru saja memasukkan potongan wortel, terkejut hingga tak sengaja menjatuhkan beberapa peralatan makan di meja pantry. Wanita tua yang umurnya nyaris seperti Nanny Sala
Ini pertama kalinya Boo uring-uringan perihal Judish yang didominasi oleh Daisy sejak pagi tadi.Ia mendapati kekasihnya itu sibuk bercengkrama dengan kekasih William. Ntah apa yang mereka bicarakan.Berlatar di ruang utama, Boo melepas penatnya di sofa empuk. Ia baru saja pulang sekolah. Hatinya kesal karena sejak kepulangannya, Judish sama sekali tak menyambutnya.Oh, apa mungkin pria itu tak melihat kedatangannya?Dengan kesal, ia menyentak kakinya sembari berjalan menuju pantry. Tujuannya adalah mengambil minuman dingin. Pikirannya harus jernih.Namun, pandangannya tetap pada Judish dan Daisy yang ada di taman samping.Terdapat kaca bening besar yang bisa melihat pemandangan luar. Jadi, ia tak dapat mengarahkan pandangannya ke arah lain.Botol minuman kemasan ia lempar ke dustbin di bawah lemari pendingin.Ia tak bisa biarkan gadis itu mengambil alih kekasihnya.Rencananya ia aka
Charlie mendengkus sebal sebab Daisy mengancamnya dengan mudah. Sebenarnya ia tak takut dengan gadis itu. Hanya saja ia lebih baik menghindari Daisy karena ia tahu bahwa gadis itu bisa melakukan apa saja termasuk menyakiti orang sekitarnya. Charlie mendekati Daisy hingga tak ada jarak di antara keduanya. Sembari berbisik tajam, "Berhentilah bermain-main penyihir. Jika aku melihatmu mengakiti orang-orang sekitarku seperti tadi. Aku akan melenyapkanmu seperti kawananmu terdahulu." Kemudian tubuh gadis itu di dorongnya menjauh. Ia jelas tahu siapa Daisy itu. Gadis itu penyihir yang licik. Hanya saja yang ia tak ketahui adalah tujuan William membawanya kemari. Jujur saja sejak melihatnya melukai Boo dan Nanny, ia jadi ingin membalasnya. Hanya saja gadis itu bukan lawannya. Dan pastinya... William harus ia beritahu sebelum gadis itu semakin menjadi. ------------- Boo telah ditangani Nurse
Sejak makan malam usai, William dan Daisy terlihat begitu mesra. Lebih tepatnya si gadis penyihir itu yang semakin menempel. Anehnya, William seakan tak merasa canggung maupun terganggu. Biasanya ia akan dengan tegas saat siapapun mengganggu waktu senggangnya. Hari ini, justru sebaliknya. Sepasang kekasih itu kini tengah berada di ruang utama. Daisy dengan manja meminta William membelikannya beberapa perhiasan untuk pergi ke acara pesta bersama temannya nanti. Dengan mudahnya William memberikan sebuah kartu hitam unlimited pada gadis itu. Tentu saja semua orang yang menyaksikan kejadian itu terheran. Bukankah beberapa hari lalu William meminta mereka untuk berhemat karena perusahaan sedang tak stabil? Hosea saja yang meminta pinjam sore tadi untuk memperbaiki mobil mereka tak diberikan. Mengapa gadis ini dengan mudahnya meminta? Bahkan William tak mengatakan apapun setelahnya.
Suasana pagi itu kentara berbeda. Christ, Charlie, dan Boo hanya diam menikmati sarapan mereka. Penghuni lainnya sibuk dengan urusan masing-masing. Oh, sepertinya Boo melupakan sepasang kekasih yang bersama mereka dalam satu meja. Daisy lagi-lagi membuat suasana semakin buruk. Kemarin setelah ia memintanya membawakan tas dan pergi bersama keduanya di pusat perbelanjaan, gadis penyihir itu terus menyuruhnya membawakan banyak barang hasil memeras William. Boo tentu tak bisa berkutik saat William terus memarahinya jika ia tak menuruti ucapan Daisy. Bahkan hari ini pun ia yang diminta menyiapkan sarapan untuk seluruh penghuni. Sebenarnya saat ia terbangun di pagi buta, Charlie maupun Christ hendak membantunya jika saja Daisy terlebih dulu menatapnya tajam. "Will, aku membuatkan teh hangat untukmu. Cobalah." Daisy meletakkan secangkir teh hangat di sebelah roti isi William. Senyum gadis itu
Sesuai perintah William padanya. Boo membiarkan Daisy kembali mengontrol seluruh penghuni bahkan William sekali pun. Ia harus menemukan Azua secepatnya. Kemarin setelah keluar dari kamar William, gadis itu membuka map coklat itu di kamarnya. Iya, kamar miliknya sendiri. Boo sedikit takut karena benda di kamarnya itu. Namun, ia harus bisa membantu William. Saat membuka pintu kamar, ia disambut oleh shoesick yang dengan sengaja menginjak kaki telanjangnya, "Ah, kau ini kenapa?" Boo sebal karena sepatu busuk itu begitu keras menginjaknya. Suara tawa terdengar dari kamarnya. Bahkan sepertinya baggie begitu menyukai siksaan kecil yang ia dapatkan. "Gadis jahat, masih berani kau ke sini? Kukira kau akan terus bersembunyi di balik Judish," ejek Baggie yang kemudian menghentakkan tali miliknya yang terjuntai ke lantai. Tali itu dengan keras mengenai kaki Boo. Gadis itu merintih karena perih. Tak hanya sekali, Bagg