Share

24. Ubi bakar dan tawaran Pak Rusdi

Nasi Berkat 24

"Apa sebaiknya Bapak terima saja tawaran Pak Rusdi ya, Mak?" tanya Pak Kasno malam itu saat duduk di dingklik depan tungku sambil membakar ubi jalar.

Tangannya sibuk mengorek-ngorek bara api untuk menimbun ubi. Mulutnya sesekali meniup bara api agar tak padam.

"Gak usah, Pak. Lihat kondisi Bapak, baru juga sembuh. Kalau memang berniat memberi pekerjaan bukan begitu caranya. Bahkan dia tidak lupa dengan upah Bapak yang belum ia bayar. Seperti sengaja agar kita seolah-olah mengemis sama mereka," cerocos Mak Siti.

Ia duduk di bibir amben dengan memangku tampah. Matanya lekat mengamati beras di depannya dengan tangan sibuk membolak-balik beras mencari sisa rambut gabah yang tertinggal.

"Mak bukannya gak ikhlas dengan yang sudah terjadi. Tapi, kita harus belajar dari yang sudah-sudah. Bukan sekali dua kali Pak Rusdi berbuat demikian kan!" ucapnya lagi.

"Ya, Bapak cuma gak enak saja, Mak. Dikiranya kita sombong atau gimana, karena nolak kerjaan. Sedangkan Bapak kadang nyari k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status