Beranda / Semua / NANNY TO MOMMY / Batch 3 : Kecewa

Share

Batch 3 : Kecewa

Penulis: Rose Marberry
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-02 09:36:12

"Selamat pagi." Azyan mendengar suara bariton yang mengantar tidurnya. Gadis itu tersadar, ia baru tertidur selama 45 menit. Ia tak bisa tidur karena perlakuan Dennis yang tiba-tiba, dan sekarang ia harus bangun lagi.

Sebenarnya, Azyan masih mengantuk, tapi ia sadar diri. Akhirnya dengan senyuman ia terbangun. Keduanya saling menyapa dengan senyuman pagi.

"Dia nggak sadar-sadar." Dennis melihat ke arah Baby Danish, dan tersenyum. Azyan hanya tersenyum, ia juga heran, Baby Danish begitu nyenyak. Biasanya bayi merah itu terbangun 2-4 kali karena pampers penuh atau ingin makan. Tapi, tidak sama sekali. Sepertinya, ia kelelahan karena menangis.

Dennis bangun dari ranjang. Dan menggaruk rambutnya sambil menguap, semua hal itu tak pernah lepas dari pandangan Azyan.

"Saya mau buat sarapan. Kalau ngantuk tidur aja." Dennis pun keluar. Meninggalkan Azyan yang memerah. Hey, ia hanya seorang pengasuh tapi kenapa ia bersikap seperti Nyonya di rumah ini? Azyan menggeleng, bangun dan mengisi kebutuhan di kamar mandi.

Gadis itu keluar dari kamar mandi, dan Baby Danish sama sekali belum sadar. Azyan dibuat geleng-geleng, begitu nyamannya tangan Dennis, hingga Baby Danish tak sadar. Padahal, jika bersamanya, bayi merah itu sering membuatnya begadang.

Azyan mendekati Baby Danish. "Pagi baby, nyenyak benar. Neny ganti pampers ya." Dengan pelan dan hati-hati, Azyan melihat isi pampers Baby Danish, penuh. Tapi tak sadar sama sekali, gadis itu hanya bisa tersenyum bangga. Azyan akhirnya membuka pampers Baby Danish, mengelap bokong bayi itu dengan tisu dan memakai pampers lagi. Baby Danish sedikit terkejut, tapi bayi itu menutup matanya lagi, sepertinya ia begitu lelah.

Azyan akhirnya membereskan tempat tidur, ketika ia menarik seprai bagian Dennis, ia bisa merasakan seprai itu terasa hangat. Bahkan, aroma tubuh Dennis masih tertinggal disana, menarik napas panjang, Azyan mengambil sebanyak mungkin aroma tersebut.

"Zyan sarapan." Dennis memasukan kepalanya ke kamar, tapi badannya tertinggal di luar. Azyan mengelus dadanya, lelaki itu selalu saja membuat jantungnya copot, karena selalu hadir tiba-tiba?

Azyan akhirnya mengelung rambutnya asal, niatnya awal ia ingin menyisir rambut.

Di atas meja, sudah ada 4 potongan roti bakar, capucino untuk Dennis, dan susu untuk melancarkan ASI. Bahkan, Dennis harus repot-repot membuatkan untuk Azyan, yang notabene hanya pengasuh.

"Duduk Zyan." Dengan gugup, Azyan duduk di samping Dennis. Entah, kenapa lelaki kaku ini, selalu membuat Azyan kehabisan kata? Action yang ia buat, terasa begitu nyata bagi kehidupan Azyan.

"Jam berapa kuliah?"

"10 bang."

"Yaudah. Saya juga mau jemput Bu Amin," Azyan hanya diam. Dan meminum susu tersebut sambil memandang Dennis. Wajah Dennis itu tampan, bahkan jika dilihat lagi, ia seperti copyan ayahnya. Tak ada yang beda, kecuali Ayah Dennis suka tersenyum, tetapi Dennis jarang tersenyum.

"Baby." Kedua manusia dewasa itu bersorak, ketika mendengar suara tangisan bayi. Dengan refleks, Azyan dan Dennis sama-sama mengeser kursi dan berlari ke kamar. Terlihat, Baby Danish yang mengerak-gerakan tangannya sambil menangis.

Azyan akhirnya mengendong, dan memeriksa isi pampers Baby Danish. Benar saja, bayi merah itu baru saja membuang kotorannya. Azyan melirik pada Dennis yang tak suka dengan bau-bau kotoran bayi. Tapi, lelaki itu masih berdiri disana. Akhirnya, Azyan membuka pampers Baby Danish, dan mengambil tisu basah dan pampers lagi.

"Yaudah, saya nunggu di luar." Azyan hanya tersenyum, hampir tertawa keras, ketika melihat wajah Dennis yang tak enak, ketika melihat kotoran bayi. Gadis itu hanya geleng-geleng, padahal, jika Dennis punya anak sendiri, mau tak mau, ia harus mengurus hal seperti ini.

Azyan memberi bayi merah makanannya dan membawa keluar. Azyan duduk di kursi, dengan Dennis yang masih setia di meja makan, dan tersisa satu potongan roti.

Akhirnya, Azyan menghabiskan sarapannya sambil memberi makan Baby Danish yang menyedot makanannya dengan begitu rakus. Mungkin, karena bayi itu tak makan semalaman.

"Saya mau mandi." Azyan hanya diam. Dan terus menyusui Baby Danish. Kebetulan sudah bangun, Azyan ingin memandikan Baby Danish.

Akhirnya, Azyan membawa Baby Danish ke kamar dan menidurkan sambil memberi makanan pada bayi itu yang tak mau melepaskan makanannya.

"Udah ya. Mandi dulu, nanti makan lagi." Malah, bayi itu semakin semangat menyedot makanannya. Akhirnya Azyan pasrah dan membiarkan Baby Danish makan.

"Zyan." Azyan sadar ada yang menepuk pipinya lembut. Rupanya ia tertidur.

"Danish mandikan dulu. Saya sudah siapkan airnya." Azyan membuka matanya dan Dennis berdiri di ujung ranjang, laki-laki itu begitu wangi. Akhirnya Azyan melihat bayi merah itu berusaha memasukan tangannya dalam mulut. Azyan membuka baju Baby Danish, dan bayi merah hanya diam. Azyan selalu berdoa, agar Baby Danish cepat besar dan ia bisa bermain bersama bayi mengemaskan ini.

Azyan mengangkat bayi merah itu, dan memandikan. Dennis, lelaki itu hanya berdiri di pintu kamar mandi sambil memegang handuk. Tapi ada rasa aneh yang membuatnya ingin mengurus Baby Danish sendiri. Dengan tak ada drama menangis, Azyan mengangkat bayi merah tersebut. Dan Dennis menyambutnya, membalutkan handuk dan membungkus bayi merah tersebut.

Dennis membawa ke ranjang, Azyan mengambil pakaian Baby Danish dan mengambil segala tetek bengek perlengkapan bayi tersebut. Azyan bersyukur, Baby Danish tidak menangis. Biasanya acara mandi bayi itu, diisi dengan tangisan yang memekik.

"Zyan mandi aja, biar saya yang urus." Azyan ragu. Bisa-bisa tulang bayi itu patah semua.

"Mandi Zyan. Saya sudah biasa ngurus adik-adik." Terpaksa, Dennis mengakui hal-hal yang membuatnya masih menyimpan dendam. Baby Danish mengemaskan, kenapa tak ia urus saja? Dulu, semasa kecil ia selalu mengurus bayi. Apalagi Ilana, semua Dennis lakukan. Membersihkan kotoran adiknya, kadang memandikan, jadi ia membuat jangan sampai Ilana kualat padanya, padahal gadis itu bar-bar luar biasa.

____________________________

Azyan mencium Baby Danish. Walau hanya berpisah beberapa jam, gadis itu tak rela. Dennis mengantarnya lagi pagi ini, lelaki itu memilih kerja dari rumah. Ia ingin terus mengawasi Baby Danish.

Azyan tersenyum dan pamit pada Dennis. Lelaki itu hanya mengangguk. Kedekatan keduanya, perlahan membuat Azyan tak terlalu cangung berada disekitar Dennis.

Azyan melihat Ilene dan kembarannya sedang melempar tas. Ilene melempari kembarannya dengan tas berkali-kali. Darris menarik rambut sebahu kakaknya.

Cowok itu terdiam, ketika melihat sang mantan. Ia merasa, mungkin karena sifat kekanakan yang ia tunjukan membuat Azyan tak lagi menjalin hubungan dengannya. Karena, jika bersama kembarannya mereka selalu bertengkar.

"Bella! Mana abang?" teriak Ilene. Gadis itu tak peduli, jika semua perhatian tertuju padanya. Semua orang sudah tahu, si kembar biang rusuh. Di mana ada Ilene dan Darris, disana ada pertengkaran.

"Abang udah pergi."

"Yah.. gagal maning dapat duit lagi. Aku lagi naksir baju model baru di olshop." Azyan hanya menggeleng. Ia bukan gadis yang gemar mengkoleksi baju dan sepatu. Ia membiasakan hidup minimalis sedari kecil.

"Bella." Darris memanggil Azyan. Gadis itu menoleh, dan merasa tak enak hati pada Darris. Percakapan mereka semalam, berakhir begitu saja. Lagian, hubungan mereka telah kandas satu tahun yang lalu, namun cowok tampan yang mirip Dennis tersebut tidak menyerah, walau ia sudah ditolak berkali-kali. Azyan sadar diri, ia merasa bukan lagi anak muda. Ia punya tanggung jawab yang besar, dan sebagian waktunya ia habiskan untuk mengurus anak, bukan lagi mengurusi masalah percintaan yang tak kelar-kelar.

"Bella." lirih Darris. Cowok itu menarik tangan Azyan ke belakang fakultas, ia ingin meminta kesempatan.

"Woy! Ingat status woy!" teriak Ilene. Tapi diabaikan oleh kembarannya. Azyan hanya diam, sebenarnya apa yang diharapkan Darris dari dirinya? yang lebih memilih bau bayi, daripada memakai parfum mahal.

Azyan begitu tenang, tidak dengan Darris yang bolak-balik seperti pesawat lepas kendali.

"Bella." Azyan hanya mengangkat wajahnya memandang Darris.

"Bella." Azyan diam lagi. Justru, pikirannya tersita pada Dennis. Apa yang laki-laki itu lakukan dengan Baby Danish? Walau sudah ada Bu Amin, tapi kadang ia tahu, Dennis yang menawarkan diri mengurus Baby Danish. Azyan tak ingin Baby Danish bermasalah karena sifat sok tahu Dennis yang katanya sudah terbiasa mengurus adik-adiknya.

"Aku udah emak-emak. Aku udah punya anak." tutur Azyan. Darris menggeleng, kenapa Azyan harus merendah? Bukankah, gadis ini layak dapat perhatian dan cinta?

"Aku hanya pengasuh bagi keluargamu. Aku nggak enak sama abangmu, nanti dikira tak sungguh-sungguh jadi pengasuh, malah mau pacaran." Azyan coba beri pengertian. Darris masih menggeleng. Cowok itu meremas rambutnya. Salah, jika ia belum bisa melupakan masa lalunya?

"Maaf. Tapi aku masuk sekarang." Azyan meninggalkan Darris mengepalkan tangannya. Ia berjanji, gadis itu akan menjadi miliknya.

___________________________

Dennis membawa laptopnya ke kamar Azyan. Lama-lama ia bisa pindah kamar, bergabung dengan pengasuh tersebut.

Baby Danish sedang tertidur, bayi merah itu tertidur ketika sudah diberi makanan, karena Azyan selalu menyetok susu bagi Baby Danish. Gadis itu selalu berusaha yang terbaik, agar bayi merah itu tak kekurangan apapun.

Dennis mengalihkan perhatiannya dari layar laptop dan memandang Baby Danish. Pikirannya sedang tidak fokus ke kerjaan sekarang. Lelaki dewasa itu menoleh pada bayi merah tersebut tanpa sadar tersenyum. Teringat, ia melakukan hal nekat. Bagaimana mungkin, ia mengatakan hal semanis itu pada Azyan. Padahal, ia tak berkata manis, pada gadis manapun?

Dennis hanya geleng-geleng, menghilangkan segala pikiran tentan Azyan yang terus menari di kepalanya. "Zyan... Zyan..." guman Dennis.

Akhirnya, Dennis menyingkirkan laptopnya dan menyambar ponsel miliknya, ingin memberi pesan pada Azyan. Entah kenapa, ia ingin menanyakan kabar Azyan, dan ingin menjemput gadis itu. Padahal, mereka berpisah belum sampai satu jam. Benar-benar aneh.

DennisN : Zyan, pulang jam berapa?

Lekaki itu meletakan ponselnya, dan kembali memandang ke arah Baby Danish. Rasa untuk melindungi bayi ini begitu besar. Entah kenapa, Dennis merasa ia sudah seperti membangun sebuah keluarga kecil. Ia ingin membangun keluarga kecil miliknya. Tapi, Dennis tak pernah memikirkan pasangan lagi, setelah kejadian pahit di masa lalu. Kejadian, yang membuat ia tak ingin mengenal cinta seumur hidupnya.

"Kamu secepatnya akan dapat mommy. Tapi nggak tahu kapan, cepat besar ya baby." Dennis menghirup aroma bayi tersebut. Dennis dan Azyan sama-sama memiliki keinginan Baby Azyan cepat besar, agar mereka bisa bercengkrama langsung dengan bayi ini. Entah kenapa, Dennis merasa Baby Danish bayi paling beruntung di dunia. Ia mendapatkan kasih sayang dari semua orang.

Dennis memeriksa terus ponselnya, tapi belum dibalas Azyan. Mungkin terlalu berharap, Dennis merasa kecewa. Ia berharap Azyan mengiyakan, mungkin mereka bisa jalan-jalan sebentar. Walau harus repot, karena bayi merah tak boleh sering jalan.

Andai, sudah besar. Dennis akan mengajak Baby Danish berjalan terus. Lelaki itu akan memilih kerja freelance dan fokus mengurus anak.

Dennis melihat pesannya telah dibaca Azyan, tapi tak dibalas gadis itu.

Lelaki itu hanya mendesah kecewa.

Ketika melihat Azyan mengabaikan pesannya.

_____________________________

Azyan terus memikirkan Dennis dan Baby Danish. Gadis itu tak tenang, ia berharap perkuliahan cepat selesai,  ia pulang dan mengurus bayi. Jiwa pengasuh telah mengakar pada dirinya. Ia bersyukur hari ini, hanya ada satu mata kuliah, jadi Azyan bisa pulang cepat selesai.

Azyan bernapas lega, akhirnya selesai juga mata kuliah Morphology. Walau dengan tugas yang menumpuk, gadis itu bisa menyempatkan waktunya membuat tugas, ketika Baby Danish tidur.

Azyan berjalan dengan cepat ingin pulang. Ia memeriksa ponselnya, dan tanpa sadar tersenyum. Dennis begitu perhatian. Belum sempat gadis itu membalas. Ia sudah ditarik oleh Darris.

"Lepasin!"

"Pulang sama aku Bella." Azyan menggeleng. Dennis sudah berkirim pesan padanya.

Darris dan Azyan saling tarik-menarik. Azyan tak ingin terlibat dengan Darris. Tapi bungsu Ilona itu terlali keras kepala. Ia juga bersikap seperti ibunya dan berbanding terbalik dengan abang sulungnya.

"Trus Ai pulang sama siapa?"  tanya Azyan akhirnya mengalah. Karena Darris dan Ilene biasanya pulang dan berangkat bersama, walau mereka memiliki jadwal yang berbeda.

"Udah biarin aja." Darris memasukan Azyan dalam mobil dan cepat menguncinya, takut gadis itu kabur.

Azyan hanya diam, walau di dalam mobil, Darris terus mengoceh. Gadis itu terlalu lelah untuk melayan. Ia sudah terbiasa hidup bersama Dennis kaku yang hidupnya terlalu diam.

"Makasih." ujar Azyan ketika, telah sampai di rumah Dennis.

"Aku mau mampir juga dong, lihat baby." Modus Darris. Azyan memutar bola matanya malas. Dan turun.

"Woy bang! Apa kabar keponakan? Makanya cari bini, biar tak susah ngurus anak." teriak Darris. Padahal Dennis sedang menatap Azyan kecewa. Gadis itu memilih mengabaikan pesannya dan memilih pulang bersama adiknya. Kalau tak ingat, mereka berasal dari perut yang sama Dennis sudah menendang Darris jauh-jauh. Ia kelewat kesal, adiknya suka sekali modus pada pengasuh Baby Danish.

"Baby." Azyan mendekati Baby Danish yang tertidur di gendongan Dennis yang berdiri di depan pintu.

"Jangan dipegang. Bayi tak boleh terkontaminasi dengan orang pacaran." ujar Dennis dengan nada sarkas. Azyan hanya diam, menelan ludahnya gugup.

Darris tersenyum, merasa menang sekarang.

"Sepertinya ada api yang terbakar disini." timpal Darris tanpa dosa, dan masuk ke dalam rumah abangnya.

Azyan dan Dennis sama-sama menghela napas panjang. Merasa kecewa pada lawannya.

____________________________________

Ada yg cembukor :v

Kalau kita buat abang bosbob jadi bucin seru kali ya :v

Biar war sama adiknya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Intan S Durand
buat abang jadi bucin thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NANNY TO MOMMY   Batch 4 : Bersama Zyan

    "Bang, makan." Dennis mengepalkan tangannya. Ia masih ingat, mereka berasal dari kandungan yang sama. Berasal dari satu perut. Kalau saja, Darris bukan anak Ilona, Dennis akan menendang Darris ke sungai dekat rumahnya.Cowok itu tanpa malu, duduk di meja makan, dan membuka tudung saji, rupanya kosong. Ia sudah terbiasa, di rumahnya disajikan berbagai makanan berbagai macam oleh bundanya."Disini bukan warung makan.""Aelah bang. Tinggal pesan aja, yaudah aku suruh bini masak dulu ya.""Bella!" Suara Darris mengema di seluruh ruangan. Benar-benar gen raja hutan. Di manapun berada, pasti teriak-teriak seperti Tarzan."Saya usir kamu! Jangan teriak-teriak, disini ada bayi!" peringat Dennis. Darris hanya nyegir. Cowok tampan itu melihat abangnya dan tersenyum. Jarak usia yang lumayan jauh, membuat kedua cowok dalam keluarga raja hutan tak terlalu dekat. Darris lebih dekat dengan kembarannya.

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • NANNY TO MOMMY   Batch 5 : Paksaan Ilona

    "Kok, Bunda nggak pernah lihat, kamu bawa pasangan ya bang? Apa adopsi bayi juga kurang? Apa perlu, bunda cari cewek juga nih?" Dennis menghembuskan napas gusar. Minggu pagi yang cerah, rencana ingin menghabiskan waktu dengan bersantai, atau memanjakan diri, dengan pergi gym, atau berenang untuk meregangkan otot-ototnya. Malah, diundang sang raja hutan ke rumah, alhasil ia harus membiasakan telinganya mendengar kata-kata ini setiap saat.Dennis sedang duduk di teras samping rumahnya, dengan sang Papah yang juga duduk di depannya. Dan sang bunda yang masih segar dan cantik, sedang memakai masker sepagi buta ini, tapi sudah sibuk masalah jodoh."Udahlah bun. Yang penting Dennis udah ada tanggung jawab sekarang." jawab Darren menenangkan istrinya. Ia tahu, wanita yang telah ia kenal puluhan tahun ini sangat ambisius orangnya."Oh tidak bisa! Bunda mau gendong cucu sekarang, bunda mau punya banyak cucu." Dennis hanya diam, dan me

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • NANNY TO MOMMY   Batch 6 : Antara Jei dan Alena

    Terdiam. Berdiri kaku.Dennis melakulan hal ini dalam waktu yang ia sendiri tidak memastikan, ia hanya berdiri di kuburan. Ya, kuburan seseorang yang takkan pernah ia lupakan hingga sekarang, bayangan dan penyesalan terus menghantuinya.Laki-laki minim ekspresi itu hanya berdiri disana, sambil membaca berulang-ulang nama yang tertulis dan batu nisan tersebut, dan berharap ketika hitungan ke 100, nama itu bisa berubah. Nyatanya, sudah 342 kali Dennis membaca nama itu, tetap sama. Nama seseorang yang sangat membekas hingga sekarang. Teman masa kecil, yang membuat Dennis terus belajar agar menunjukan pada 'sosok' tersebut, ia layak diperhatikan. Tapi, saat gadis itu meinggalkan dunia fana itu, apa yang ia rasakan hanya tertahan dan tiggal di angan.Bahkan, sudah berdiri lama, lelaki itu tak pernah dapat melupakan bayang-bayang dan penyesalan. Dennis berjongkok, dan hanya mengelus-elus kuburan, ia tak bisa berbicara sekata-pata,

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-04
  • NANNY TO MOMMY   Batch 7 : Godaan Darris dan Pertemuan Bersama Alena

    Dennis membersihkan tenggorokannya. Ia akhirnya menuruti, saran bundanya untuk bertemu Alena. Wanita yang akan ia jadikan masa depan.Hari ini, Dennis hanya memakai pakaian santai, kemeja kotak-kotak kecil garis merah dengan warna dasar dongker dan celana jeans belel. Dennis juga memakai topi, sebelum berangkat ke restoran yang dijanjikan, ia pergi dulu ke rumah bundanya, dan banyak mendapat wejangan."Bunda jadi ingat papah kamu saat masih muda. Sama persis." Dennis hanya berdiri kaku di sana, melihat mata bundanya yang sudah berkaca-kaca. Wanita yang sudah berumur tersebut, hanya memakai daster rumahan, dengan warna biru les merah. Dennis melihat ke arah ayahnya yang duduk tenang, tak banyak bicara sama seperti dirinya."Pokoknya bang, kali ini harus jadi. Jangan kaku-kaku amat jadi orang. Kalau bingung mau ngomong apa, chat bunda, biar bunda ajarkan kata-katanya." Darren terkekeh, pada tingkah istrinya. Ada saja, kelakuan

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-07
  • NANNY TO MOMMY   Batch 8 : Hukuman Darris dan Ciuman Dennis

    "Anjirrr lah." umpat Darris. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang keras mendarat tepat di kepalanya. Sakit tentu saja. Lelaki itu melihat benda apa yang melayang ke kepalanya, dan itu kunci mobil. Ia melirik ke sana, dan melihat tatapan abangnya yang ingin membunuhnya."Papa pulang. Anak lagi tidur, tuh mama lagi nyusuin." canda Darris sambil meringis, karena rasa kepalanya seperti mau copot. Sakit sekali.Dennis masuk dan duduk di sofa ujung. Ia mengeluarkan ponselnya. Ia menelpon, dan menloudspeaker, ponsel tersebut."Gimana bang berhasil? Ah... bunda senang bangat nih, ada pencerahan." Darris menoleh pada abangnya, itu suara bundanya."Jangan kasih uang ke Darris selama seminggu. Dia bicara tak senonoh, bahkan mau buat mesum!""Ada apa ini?" suara Ilona di ujung terdengar panik. Darris hanya menganga. Gila! Abangnya nekat, dan jika ancamannya uang, ia tak bisa buat apa-apa. Karena ia tak puny

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-08
  • NANNY TO MOMMY   Batch 9 : Tingkah Baby Danish

    Familier.Dennis semakin menelan salivanya. Lelaki itu merasa dalam hidupnya, tak pernah berciuman dengan siapapun. Tapi, ia merasa seperti sudah pernah berciuman sebelumnya. Dengan siapakah? Mustahil, jika ia pernah berciuman dengan Azyan, padahal mereka baru kenal satu bulan terakhir.Dennis memiringkan wajahnya, meraup apa yang ada dalam mulut Azyan yang bisa ia sedot. Laki-laki itu meremas rambut tebal Azyan. Ia suka rambut Azyan."Em..." tanpa sadar Azyan mendesah. Ciuman ini membuatnya mabuk. Gadis polos dan pemalu dan tak melekat pada dirinya, Azyan menyambut ciuman dengan rakus. Gadis itu menutup matanya, membiarkan perasaannya makin mengakar. Walau tak ada yang tahu bagaimana perasaan Azyan pada Dennis.Keduanya tak ingin ada hari esok."Sorry." Azyan masih menunduk, ia tak berani menatap Dennis. Demi apa, ia terbawa perasaan membalas ciuman Dennis. Walau Dennis yang memulai, harusnya

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-10
  • NANNY TO MOMMY   Batch 10 : Perasaan Azyan

    Kedekatan Dennis dan Azyan sangat intens. Bahkan, tak ada rasa canggung di antara keduanya. Keduanya saling bertukar peran mengurus Baby Danish. Bayi berumur empat bulan, yang sedang belajar duduk. Semakin hari, Azyan dan Dennis semakin gemas dengan pertumbuhan bayi gendut tersebut.Seperti sekarang. Azyan sedang berjongkok, dengan Dennis yang berusaha menundukan Baby Danish walau bayi itu terjatuh lagi. Keduanya terus tertawa, ketika bayi merah itu hanya bisa mengikuti permintaan aneh-aneh orang dewasa yang sangat menyayanginya.Sekarang, Baby Danish sedang Dennis dudukan di sofa empuk dengan banyak bantal lembut yang mengelilinginya."Ahahaha nggak kuat, gendut bangat sih soalnya." Azyan menertawakan bayi merah yang membuat hari-harinya tak pernah sepi."Iya gendut." wajah Azyan memerah. Semakin hari, ia melihat Dennis semakin tampan. Terbesit rasa untuk memiliki lelaki itu begitu kuat. Tapi Azyan sadar, dir

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-12
  • NANNY TO MOMMY   Batch 11 : Misi Azyan

    "Selamat pagi bini." entah dari mana, Darris sudah berlari dan memintir leher Azyan. Bodohnya, Darris baru sadar kalau Azyan bukan kembarannya dan melihat abangnya yang melihatnya dengan melotot, siap melahap adiknya."Kebiasaan tuh tangan. Saya bilang bunda, jadi setahun nggak dapat duit!" ancam Dennis."Sorry, gue anak bontot, anak kesayangan mana bisa dihukum lama. Bunda mana tega." ujar Darris songong."Aduh..." cowok itu mengadu kesakitan, ketika kembarannya, sudah menendang masa depannya. Ilene menendang senjata Darris. Membuat cowok itu memegang miliknya. Azyan hanya ingin tertawa atau menangis melihat Darris yang kesakitan. Azyan melirik Dennis, laki-laki yang memakai topi warna hitam tersebut hanya diam dan memandang adiknya datar, tak ada ekspresi. Dan Darris berjalan terseok-seok menuju fakultasnya.Azyan mendekat ke arah Baby Danish yang membuka matanya. Bocah itu tak perlu digendong, ia punya baby

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-15

Bab terbaru

  • NANNY TO MOMMY   Last : Perfectly Imperfect

    "Manusia bisa punya rencana, tapi Tuhan yang menentukan."Kata-kata bullshit yang bikin Azyan muak. Semua orang akan sok bijak pada waktunya, dan ia tak ingin mendengar kata-kata laknat itu. Dua tahun, ia dan Dennis jungkir-balik program kehamilan dan sampai saat belum ada kabar bahagia tersebut.Setiap bulan, Azyan harus bolak-balik kamar mandi memegang testpack dan hasilnya tetap garis satu. Kadang gadis itu menangis diam-diam, tapi tak pernah tunjukan di depan suami, karena tak ingin menunjukan di depan suami kelemahannya yang membuat Dennis semakin banyak pikiran san beban. Iya tahu, Dennis juga stress dengan semua ini. Bagaimana semua cara mereka lakukan agar menambah anggota keluarga tapi tetap Tuhan belum mengizinkan atau memang Tuhan cukupkan.Danish sudah memasuki Pra Sekolah. Saat mengurus Danish, membuat perhatian Azyan sedikit teralihkan dengan anaknya. Terkadang ia berpikir, mungkin Tuhan menginginkan agar ia

  • NANNY TO MOMMY   Batch 33 : Filosofi Mutiara

    "Ini serius?" Azyan berbalik pada Dennis dan mencoba bertanya meyakinkan penglihatannya. Matanya masih jernih, ia belum rabun, Azyan belum butuh kacamata, rambutnya belum putih hingga ia belum pikun dan juga, ia sedang tidak bermimpi.Siang ini, Dennis mengajaknya ke sebuah rumah makan di pinggir laut. Azyan mengira, mereka hanya makan seafood seperti orang pergi, ke rumah makan dan memesan sesukanya. Tapi Dennis mempunyai kejutan lain. Laki-laki itu, memberinya banyak kerang di hadapannya. Azyan juga mengira mereka akan berburu kerang hari ini. Tapi, Azyan selalu salah dari dugaannya. Laki-laki itu sengaja memberinya, banyak kerang yang di dalamnya terdapat banyak mutiara berbagai warna. Makanya, Azyan tak percaya dengan penglihatannya.Azyan awalnya meringis, ini disebut romantis atau menjijikan?"Saya sengaja memberi kamu ini, biar kamu tahu bahwa kamu berharga seperti mutiara. Langka tapi sangat berharga dan begitu can

  • NANNY TO MOMMY   Batch 32 : Kebersamaan = Kebahagiaan

    Kebahagiaan demi kebahagiaan menghampiri Azyan. Saat ini, usia Danish sudah berumur 2 tahun. Tentu, makin pintar dan tetap mengemaskan seperti biasa. Dennis hanya bisa geleng-geleng, jika anak semata wayangnya sangat cerewet seperti neneknya si raja hutan.Ngomong-ngomong raja hutan, Azyan masih tak percaya jika ia mempunya mertua yang cantik, enerjik dan tak pernah terlihat tua. Garis kecantikannya masih bersinar, walau sudah kepala lima.Azyan menoleh pada anaknya yang sedang bermain. Gigi Danish yang dulunya hanya dua biji, sekarang sudah banyak gigi. Bahkan, Danish rajin menyikat gigi, karena ajaran dari ibunya. Membuat Dennis tak berhenti bersyukur dan kagum, dengan didikan Azyan. Dia benar ibu yang hebat, Dennis tak salah memilih orang. Berawal dari musibah, mereka menjadi keluarga kecil yang sempurna, di dalam rumah mereka hanya ada kebahagiaan di dalamnya. Membuat semua orang betah bertamu ke rumah Dennis.Darris s

  • NANNY TO MOMMY   Batch 31 : Surat Jasmine

    Terdiam untuk waktu yang lama. Semua orang sedang senyap, mengheningkan cipta. Hanya Danish yang mulai risih berada dalam gendongan ibunya."Mam.." Danish mengulurkan tangannya, meminta biskuit yang ibunya beri karena bayi ini tak bisa diam dalam gendongan. Tak puas, karena terus terkurung dalam gendongan, Danish ingin turun. Bayi itu terus menunjuk ke bawah, minta diturunkan. Ayolah, dia sudah bisa jalan kenapa harus digendong terus?Dennis menoleh mengode pada istrinya agar menurut saja, karena bayi itu risih dan belum mengerti apa yang terjadi.Azyan akhirnya pergi dari sana.Hari ini adalah peringatan hari kematian Jasmine. Tanggal 24 Agustus. Dan Dennis hadir untuk memperingati kepergian Jasmine untuk selamanya, dan datanglah semua keluarga Jasmine.Saat Azyan pergi, Danish menangis tangannya ia ulur padanya. Danish ingin bersama Yaya."Yaya." Azyan menggeleng. Tapi D

  • NANNY TO MOMMY   Batch 30 : Perfect Husband

    Azyan tengah bersiap-siap, untuk pergi memenuhi undangan Dennis. Surprise. Walau ia sudah menduga surprise seperti apa. Tapi, Azyan akan pura-pura tak tahu, bahagia demi menyenangkan hati pasangannya.Anak mereka—sebut saja anak mereka, karena buatnya berdua. Danish sedang bermain, Azyan senang bayi itu sudah pandai bermain. Ia akan jengkel dan menangis ketika mainan yang ia mau tak bisa dikunyah.Azyan sudah memandikan Danish memakaikan baju yang rapi, bedak, minyak wangi. Azyan tak tahu, jika sudah besar wajah Danish terlihat lebih mirip seperti Dennis sekarang, padahal dulu saat bayi ia senang wajah Danish mirip dirinya.Azyan sedang menyisir rambutnya dan mungkin sedikit bedak yang tipis di pipinya. Ia merasa hari-harinya berubah. Saat Dennis sudah tahu segalanya, ia tak perlu berpura-pura di hadapan suaminya. Azyan mendekati anaknya yang sedang enteng bermain. Dennis benar membelikan banyak mainan untuk Danish. Membuat bayi itu langsung banya

  • NANNY TO MOMMY   Batch 29 : The Hidden Truth

    "Bunda ..." Dennis berbalik pada bundanya. Dennis tahu, pasti bundanya juga menyimpan sesuatu yang tak beres disini."Kejarlah. Dia pasti punya alasan."Dennis langsung berlari, turun dari panggung. Ia mencari di mana ponselnya, dan segera menyusul Azyan.Ketika menjumpai ponselnya, Dennis melihat Azyan memberinya pesan.ABella : Jumpa di cafe Tebing.Sekarang masih siang, tapi cuaca selalu mendung seperti suasana hati Dennis tak sudah karuan seperti sekarang. Laki-laki itu memasukan ponsel dalam sakunya dan bergegas pergi. Ia harus mengejar Azyan, dan meminta penjelasan dari semua ini. Mengapa tiba-tiba Azyan menolaknya? Apa gadis itu sudah menemukan sesorang pengganti dirinya? Kenapa Azyan bisa begitu tega menolaknya? Padahal Dennis tahu, gadis itu juga mencintainya. Siapa yang tiba-tiba mencuci otak gadis itu?Dengan gerimis yang mengundang rindu, Dennis menyusul Azyan

  • NANNY TO MOMMY   Batch 28 : Hari Bahagia atau Patah Hati?

    Minggu yang sibuk.Dennis ingin memastikan semuanya berjalan seperti yang ia mau. Sempurna—untuk orang yang sempurna."Saya ingin dekornya warna hijau, jadi nanti panggungnya dibuat bulat gitu." Dennis menjelaskan bagaimana dekornya nanti. Ia yang turun tangan sendiri, memastikan semuanya seperti yang ia inginkan. Biasanya, hal-hal seperti ini bundanya yang akan turun tangan, tapi sekarang Dennis ingin membuatnya sendiri, ingin membuat Azyan terkesima dan meyakinkan gadis itu, ia tak pernah salah memilih.Pekerjaan telah dimulai, besok hari H. Dan saat itu, Dennis akan berdidih dengan gagah dan berani, sambil meminta anak gadis orang untuk menghabiskan masa tua mereka bersama."Zyan, maukah kamu menemani saya sampai hari tua?""Zyan, saya tahu. Saya dulu brengsek dan juga bodoh, telah menyia-nyiakan kamu, sekarang saya ingin kita menghabiskan masa kita bersama, menua bersama bersama

  • NANNY TO MOMMY   Batch 27 : Rindu Itu Sakit!

    "Maaf, saya hanya laki-laki brengsek dan juga pengecut mungkin. Membawa kamu terbang tinggi dan tiba-tiba harus memutuskan ini tiba-tiba." ujar Dennis sungguh-sungguh. Ia sudah memikirkan semuanya dengan matang dan ya, Azyan rumah terakhirnya. Tempatnya berlabuh. Azyan dan Danish harta yang paling berharga yang tak bisa ia sia-siakan.Dennis juga sedikit banyak, sudah tahu bagaimana sifat Azyan yang sebenarnya. Gadis pemalu, kalem dan juga, ia akan bersifat manja sewaktu-waktu. Keluarga bahagia impiannya sebentar lagi tercapai."Jadi maaf sekali lagi.""Hahaha. Santai aja, sebenarnya aku cuman bantu kamu dulu buat kamu ingat kembali ke masa lalu, maksudnya ingat keluarga kecilmu, ingat anakmu. Tapi sepertinya nggak ya?" tanya Alena seperti merasa tak enak pada amnesia yang dialami Dennis."Ya saya tak ingat sama sekali, yang saya tahu Zyan hanya pengasuh buat Danish. Bayi yang diadopsi dari panti asuhan. B

  • NANNY TO MOMMY   Batch 26 : Persiapan

    Dennis semacam membenci teknologi, karena selalu membawa berita buruk dalam hidupnya. Atau memang Dennis benci dirinya sendiri, karena saat-saat seperti ini, ia tidak bisa berbuat apa-apa.Laki-laki itu butuh suatu pelampiasan untuk meledakan semua amarah yang ia simpan sendiri. Begini tak enaknya jadi lelaki, harus menahan segala emosi, membuat kasus bunuh diri lebih banyak dilakukan kamu adam. Jika wanita dianggap lemah, mak laki-laki harus serba kuat, bahkan laki-laki tak boleh menangis. Dan Dennis benci pada keadaan sekarang, ia tak bisa meluapkan semua perasannya yang terasa menyesakkan di dada. Dennis ingin berteriak di mana Azyan dan Danish sekarang? Bahkan, pesan Alena ia abaikan, seperti suara cicak di dinding yang berlalu begitu saja.Dennis pulang, pulang dengan tangan kosong, dada yang terasa berat dan kepala yang penuh prasangka yang buruk. Jika tidak bisa meminjam sempak Superman, Dennis ingin meminjam palu milik Thor. Atau t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status