Home / Lahat / NANNY TO MOMMY / Batch 4 : Bersama Zyan

Share

Batch 4 : Bersama Zyan

Author: Rose Marberry
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

"Bang, makan." Dennis mengepalkan tangannya. Ia masih ingat, mereka berasal dari kandungan yang sama. Berasal dari satu perut. Kalau saja, Darris bukan anak Ilona, Dennis akan menendang Darris ke sungai dekat rumahnya.

Cowok itu tanpa malu, duduk di meja makan, dan membuka tudung saji, rupanya kosong. Ia sudah terbiasa, di rumahnya disajikan berbagai makanan berbagai macam oleh bundanya.

"Disini bukan warung makan."

"Aelah bang. Tinggal pesan aja, yaudah aku suruh bini masak dulu ya."

"Bella!" Suara Darris mengema di seluruh ruangan. Benar-benar gen raja hutan. Di manapun berada, pasti teriak-teriak seperti Tarzan.

"Saya usir kamu! Jangan teriak-teriak, disini ada bayi!" peringat Dennis. Darris hanya nyegir. Cowok tampan itu melihat abangnya dan tersenyum. Jarak usia yang lumayan jauh, membuat kedua cowok dalam keluarga raja hutan tak terlalu dekat. Darris lebih dekat dengan kembarannya.

"Lapar bang." Darris berkata dengan melas dan mengusap perutnya.

"Bella, masakin mie dong. Abang lapar, belajar jadi bini abang ya." ujar Darris memainkan alisnya ketika ia melihat Azyan yang mengantarkan baju kotor Baby Danish ke keranjang.

"Mie apa?"

"Zyan jangan." Darris makin tersenyum penuh kemenangan. Kapan lagi, bisa melihat abangnya kelabakan seperti ini?

"Nggak papa bang." Azyan ke dapur. Darris makin terkekeh.

"Saya temanin."

"Aelah. Baru juga bini mau masak buat calon suami, ada aja, lebah pengaanggu."

"Diam Darris!" sentak Dennis, ketika ia ingin memasuki dapur. Darris makin tertawa lebar. Sifat kaku abangnya, membuat ia merasa seperti bukan saudara kandung tapi orang asing. Ditambah, Dennis sudah berpisah rumah bersama mereka.

Dennis mengikuti Azyan dari belakang. Hari ini, gadis itu memakai dress berwarna hitam, dan Dennis suka melihat Azyan memakai dress tersebut, terlihat manis pada Azyan.

"Masak mie apa?" Azyan menolah dan mengambil teplon hendak memasak air.

"Mie rebus aja bang." Dennis mengangguk. Bu Amin, sedang menemani Baby Danish yang sedang tertidur pulas. Setelah, Azyan pulang dan memberi makanan pada bayi itu.

Dennis membuka kulkas dan melihat sayuran apa yang pas, untuk memasak mie. Dennis jarang memasak, tapi untuk memasak apa saja ia bisa. Akhirnya, Dennis mengambil daun bawang, wortel, daun seledri, ada sawi juga.  Sangat lengkap, bahkan ia membuka freezer mencari sosis.

"Zyan, bawangnya ditumis dulu." Azyan dengan sigap mengiris bawang, dan menumisnya hingga harum.

"Jangan pacaran di dapur bang. Lapar nih!" teriak Darris. Padahal, jarak antara ruang makan dan dapur tak sampai 10 meter.

"Diam!" balas Dennis tak mau kalah. Azyan hanya tersenyum. Geli dengan sikap Dennis yang kaku, dan mendadak jadi bagian dari raja hutan, walau gennya berasal dari sana.

Azyan menunggu air mendidih sambil mengunting bumbu mie. Dennis memasukan wortel terlebih dahulu, ia mengambil dua butir telur memasukan ke dalam, disusul daun bawang dan sawi. 

"Abang suka pake cabai rawit?" Dennis mengangguk dan mengaduk mie. Azyan memotong cabe rawit kecil-kecil.

Dennis membagi mie tersebut dalam empat mangkok.

"Abang minuman dingin mau?" tanya Azyan. Dennis yang sedang menyusun  mangkok dalam nampan menoleh pada gadis itu mengangguk. Azyan tersenyum puas, dan mengeluarkan 4 kaleng minuman dingin.

"Tapi, kamu jangan minum itu. Biar saya buatkan susu." Diam-diam, Azyan manyun. Baru juga, ia ingin memanjakan lidahnya.

Dennis membawa mangkok tersebut dan melihat Darris duduk dengan pose yang sangat tidak sopan. Cowok itu menaikan kakiknya ke atas meja sambil bermain ponsel. 

"Kaki itu, kalau dipotong buat sop enak ya." sindir Dennis. Darris langsung merinding, dengan cepat menurunkan kakinya. Cowok itu tahu, abangnya yang kaku tak pandai bercanda, alias semua yang ia bicarakan bisa serius.

"Mana bini aku bang?" Darris mencari keberadan Azyan. Tapi gadis itu belum kembali dari dapur.

Azyan membawa tiga minuman kaleng, terpaksa ia mengalah, demi kebaikan dan kenyamanan bersama. Terutama kesehatan Baby Danish.

Azyan meletakan minuman kaleng di atas meja, dengan Darris yang menopang kepalanya sambil memiringkan beberaapa derajat dan tersenyum hangat pada Azyan.

"Calon bini rajin yekan. Nanti, kalau kita udah nikah, Mamah nggak usah masak, cukup di ranjang aja, layan Papah." goda Darris pada Azyan.

Bugh!

Darris mengusap kepalanya. Tiba-tiba sebuah botol kosong melayang ke kepalanya.

"Anjir... bisa hilang kepala, kalau tinggal disini." sindir Darris, setelah tahu, yang melempar abangnya sendiri.

"Pulang sana." usir Dennis. Darris tertawa begitu keras. Dan tanpa dosa, mengambil satu mangkok mie dan mengaduk-ngaduk mie tersebut.

"Enak nih, mie buatan bini. Nggak papa, makan mie tiap hari, kalau enak gini." Cowok tampan itu, langsung memakan mie dengan lahap, dan melirik ke arah Azyan yang datang membawa irisan cabe rawit. Darris merebut piring kecil tersebut, dan menumpahkan separuh cabe ke mangkok mie miliknya. Darris makan seperti orang kesetanan.

"Uhuk... sayang air sayang. Aduh, Papah bisa mati kepedasan, entar Mamah jadi janda, jadi baby kita siapa yang jaga." Darris mendramatisasi keadaan, dan melirik pada Dennis yang sudah duduk di ujung meja.

Merasa tak tega, Azyan mengambil minuman tadi, membukanya dan memberi pada Darris. Darris tersenyum puas, melihat tatapan maut Dennis. Azyan akhirnya bergabung dan memakan mie miliknya dengan pelan.

"Sayang mau rasa punyaku nggak?" Darris ingin menyuapi Azyan. Tapi gadis itu menggeleng.

"Jangan malu-malu sayang. Kan kita pacaran, biar aja abang jones. Udah punya anak, tapi bini nggak ada."

Buk!

Semua orang terkejut. Dennis memukul meja, Azyan sampe berjengit kaget. Ia pun mengelus dadanya. Dennis kalau marah, sangat menyeramkan. Apa yang ada di depannya akan hancur, walau ia belum pernah melihat Dennis marah besar.

"Makan!" kata Dennis dingin. Darris melanjutkan makannya, dan menyengol-nyegol Azyan. Gadis itu menoleh dan tak paham, maksud dari mantan kekasihnya tersebut.

"Udah kek anak dajjal." bisik Darris pada Azyan. Gadis itu diam, Darris terkekeh. Rasanya menyenangkan sekali, menggoda abangnya. Hidup abangnya terlalu kaku.

"Anjir... pedas.." Darris terus mengoceh. Cowok tampan itu menghabiskan mie miliknya dan meminum, tak puas Darris berdiri dan mengambil air.

"Ah kenyang. Bang pulang dulu ya, oh iya, titip bini boleh dong. Jangan diambil, nanti balik lagi." Dennis hanya diam, ia malas mau melayan adik-adiknya yang sangat berisik. Manusia-manusia di keluarganya selalu membuat ia pusing, walau mereka tetap kesayangan Dennis. Dennis sangat menghormati bundanya, baginya wanita cantik yang sudah berumur itu segalanya. Dulu, Dennis memandang bundanya sangat tegas, bahkan kejam seperti ibu tiri, tapi setelah dewasa ia sadar, didikan yang keras dari bundanya, membuat ia jadi manusia cerdas, dewasa, dan mandiri.

"Pergi dulu bini aing. Titip anak kita, kalau nyari Papah, bilang aja, Papah belajar dulu, jadi nitip dulu sama om-nya yang nggak laku."

"Darris!" Suara Dennis menggelegar di ruangan tersebut. Dennis tak suka teriak-teriak, tapi karena didikan bundanya, membuat ia harus teriak-teriak terhadap saudaranya jika mereka sudah kelewatan.

"Makasih mienya bang. Oh iya, jangan lupa cemburu!" Cowok itu melongos pergi, sebelum abangnya makin murka. Di rumah, ia akan bertengkar bersama saudara kembarnya. Memang ada saja tingkah keduanya, ketika Darris bermain ponsel diganggu Ilene. Ketika, cewek itu di kamar mandi, dan Darris iseng mematikan lampu, dan berakhir Ilene teriak-teriak, diikuti teriakan raja hutan, jangan seperti itu. Atau, Ilene yang iseng menyembunyikan buku-buku Darris, membuat cowok itu murka dan mencari ke seluruh penjuru rumah, dan Ilene tanpa dosa, pura-pura tak tahu, ujungnya keduanya bertengkar, dan takkan berhenti sebelum sang wasit meniupkan peluit khas, teriakannya.

Dennis menggeleng, hidupnya selalu rame jika ia berada di rumah bundanya. Tapi sekarang, sisa empat orang, Ilana juga sudah pindah rumah satu tahun yang lalu. Gadis itu, ingin mandiri juga, mengikuti jejak abangnya, yang memilih pisah rumah lima tahun yang lalu.

Dennis hanya memperhatikan Azyan yang makan mie dalam diam. Mie miliknya telah habis.

"Mau jalan?" tawar Dennis. Azyan yang baru saja memasukan mie dalam mulutnya melihat ke arah Dennis, apa lelaki ini mengajaknya pergi jalan? Semacam kencan? Azyan dengan cepat mengenyahkan pikiran itu. Ingat, kamu hanya pengasuh! Beruntung, keluarga ini, menerima sebagai keluarga.

"T-tapi jangan lama, saya mau buat tugas." Dennis mengangguk. Keduanya berberes, dan bersiap-siap. Azyan melihat Baby Danish yang sedang tertidur. Dari pulang, gadis itu belum menyentuh bayi merah tersebut. Azyan tersenyum, dan menowel-nowel pipi bayi yang tak terpengaruh sama sekali.

"Hai baby tampan. Mimpi apa sih, Sampai senyum-senyum?" Azyan berkata pada Baby Danish, yang terkadang terlihat tersenyum.

Dennis sudah berganti baju, membuat lelaki itu makin rapih, dan parfum yang dipakai Dennis menguar, membuat Azyan menutup matanya sebentar dan mencium aroma cowok tersebut.

"Kita mau pergi, cepat besar, biar kita jalan-jalan terus."

Diam-diam, Dennis memberikan gendongan Baby Danish pada Azyan, gadis itu mengambil sambil tersenyum.

Azyan mengangkat Baby Danish yang enteng dalam gendongannya, dan memasukan ke dalam. Azyan tak perlu berdandan, karena gadis itu tak suka berdandan, dia ia juga orangnya sangat simple.

"Bu, kami mau keluar." Bu Amin yang sedang serius dengan tontonan di depan TV hanya mengangguk.

"Oh iya, mienya dimakan, nanti ngembang." ujar Dennis lagi.

_____________________________________

Demi apapun, Azyan menutup Baby Danish serapat mungkin, jangan sampai bayi merah itu masuk angin. Alih-alih jalan-jalan, malah Dennis mengajak ke pantai. Sekarang sedang berdiri di bawah pohon kelapa. Pantai ini sebenarnya sepi, hanya ada beberapa orang yang berkunjung. Azyan dan Dennis hanya berdiri disana, sambil memandang ke arah luasnya lautan.

"Nanti kalau baby udah besar, ajak main terus." Azyan hanya tersenyum. Dan mengintip ke arah bayi yang sangat pulas tersebut. Ia juga berharap hal yang sama, minimal bayi ini berumur satu tahun, agar ia ada temannya.

Dennis mengajak Azyan duduk di pondok yang telah disediakan. Harusnya, mereka membawa makanan.

"Kita beli makanan dulu?" Azyan selalu manut, apapun kata Dennis. Keduanya bertolak, dan Dennis memasuki sebuah toko roti.

Baby Danish terbangun, Azyan duduk si salah satu bangku, dan Dennis mengantre.

"Duh, anaknya masih merah bangat. Berapa bulan?" tanya seorang ibu-ibu dengan rambut mengembang dan lipstik merah yang tebal.

"Eh, masih 6 minggu." Ibu-ibu itu duduk di depan Azyan.

"Mana suaminya?" Azyan diam. Dia tak punya suami, apa yang harus ia katakan? Tapi jika bilang tak ada suami, ia akan dicap wanita tak benar, karena hamil diluar nikah, apalagi ia masih sangat muda.

"Masih sekolah?" tanya Ibu itu lagi, seolah meremehkan Azyan. Apalagi, jika ibu ini tahu, ia hanya seorang pengasuh, apa yang ibu ini lakukan?

"S-saya kuliah buk."

"Jadi ngambil cuti?" Azyan menggeleng.

"Oh, kuat ya. Hati-hati, jahitannya belum kuat, bahaya entar. Harusnya cuti aja." Azyan menggigit bibirnya.

"I-iya bu."

"Ibu bukan menghakimi, tapi bagi pengelaman aja. Dulu, Ibu udah nggak sabar mau kerja lagi, tapi dokter melarang sampai 12 minggu, nggak boleh kerja, bahaya. Nggak papa cuti, buat anak juga. Nyusu badan 'kan?" Azyan mengangguk.

"Sudah." Dennis sudah berdiri di samping Azyan dengan membawa sekantung roti.

"Ini suaminya?" tanya ibu itu.

"Ya, saya suaminya. Kenapa bu?" Azyan memalingkan wajahnya. Deg-degan setengah mati.

"Istrinya dijaga. Jangan jalan-jalan terus." Dennis langsung menarik Azyan pergi. Dengan sopan, Azyan mengangguk pada Ibu tersebut.

Keluarga kecil itu, kembali lagi ke pantai tadi.

Dennis membawa kantung tadi dalam tangannya. Ia menoleh pada Azyan yang mengikut dari belakang. Azyan masih sibuk memberi ASI pada Baby Danish.

Azyan mengikuti Dennis yang sudah minum capucino yang ia pesan di toko roti tadi. Laki-laki itu membuka roti, dan memakannya.

"Zyan mau?" Azyan mengangguk.

"Ah.." Azyan tersipu dengan wajah memerah, Dennis ingin menyapinya. Gadis menggeleng, ia malu.

"Buka mulutnya Zyan." Azyan semakin merapatkan bibirnya. Dennis menarik tangan Azyan dan menyuruh gadis itu membuka mulutnya.

"Banyak makan, biar makanan Baby Danish banyak." Wajah Azyan makin memerah. Akhirnya dengan membuka sedikit mulutnya, gadis itu menerima cubitan roti yang diberi Dennis.

"Duduk Zyan." Akhirnya Azyan duduk di samping Dennis. Dengan angin sepoi-sepoi dari pantai, dan nyiur-nyiur di pantai yang daunnya melambai-lambai.

Akhirnya, Dennis menyuapi Azyan, bahkan sampai minum pun, lelaki itu yang menyuapkan.

Setelah kenyang, Dennis berdiri di bawah pohon kelapa. Azyan terus mengagumi Dennis dari belakang. Azyan jatuh cinta? Berharap saja tidak, gadis itu sadar posisinya hanya seorang pengasuh dari seorang bayi yang mengemeskan.

"Sini Zyan." Azyan bangun dan berdiri di samping Dennis.

Tiba-tiba, laki-laki itu menyuspkan jari-jari tangannya dengan jari Azyan. Azyan dengan gugup memandang Dennis.

"Tetap seperti ini bersama saya dan Baby Danish." Dennis meremas tangan mungil Azyan. Membuat gadis itu rasanya melayang di pantai yang luas tersebut.

_______________________________

Cringe chapter again. Lagi suka, buat kehidupan sehari-hari mereka aja.

Semoga suka. Jangan lupa komen dan bintangnya :*

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nury
cerita nya lucu,bikin kita senyum2 bayangin heboh nya
goodnovel comment avatar
Lestarii
masih belum ngerti knpa azyan... blm nikah tpi udh bayak asinya apa dia kerjanya jdi ibu penganti...
goodnovel comment avatar
Qomariyah Qomariyah
suka cerita nya lucu sma deg"an
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • NANNY TO MOMMY   Batch 5 : Paksaan Ilona

    "Kok, Bunda nggak pernah lihat, kamu bawa pasangan ya bang? Apa adopsi bayi juga kurang? Apa perlu, bunda cari cewek juga nih?" Dennis menghembuskan napas gusar. Minggu pagi yang cerah, rencana ingin menghabiskan waktu dengan bersantai, atau memanjakan diri, dengan pergi gym, atau berenang untuk meregangkan otot-ototnya. Malah, diundang sang raja hutan ke rumah, alhasil ia harus membiasakan telinganya mendengar kata-kata ini setiap saat.Dennis sedang duduk di teras samping rumahnya, dengan sang Papah yang juga duduk di depannya. Dan sang bunda yang masih segar dan cantik, sedang memakai masker sepagi buta ini, tapi sudah sibuk masalah jodoh."Udahlah bun. Yang penting Dennis udah ada tanggung jawab sekarang." jawab Darren menenangkan istrinya. Ia tahu, wanita yang telah ia kenal puluhan tahun ini sangat ambisius orangnya."Oh tidak bisa! Bunda mau gendong cucu sekarang, bunda mau punya banyak cucu." Dennis hanya diam, dan me

  • NANNY TO MOMMY   Batch 6 : Antara Jei dan Alena

    Terdiam. Berdiri kaku.Dennis melakulan hal ini dalam waktu yang ia sendiri tidak memastikan, ia hanya berdiri di kuburan. Ya, kuburan seseorang yang takkan pernah ia lupakan hingga sekarang, bayangan dan penyesalan terus menghantuinya.Laki-laki minim ekspresi itu hanya berdiri disana, sambil membaca berulang-ulang nama yang tertulis dan batu nisan tersebut, dan berharap ketika hitungan ke 100, nama itu bisa berubah. Nyatanya, sudah 342 kali Dennis membaca nama itu, tetap sama. Nama seseorang yang sangat membekas hingga sekarang. Teman masa kecil, yang membuat Dennis terus belajar agar menunjukan pada 'sosok' tersebut, ia layak diperhatikan. Tapi, saat gadis itu meinggalkan dunia fana itu, apa yang ia rasakan hanya tertahan dan tiggal di angan.Bahkan, sudah berdiri lama, lelaki itu tak pernah dapat melupakan bayang-bayang dan penyesalan. Dennis berjongkok, dan hanya mengelus-elus kuburan, ia tak bisa berbicara sekata-pata,

  • NANNY TO MOMMY   Batch 7 : Godaan Darris dan Pertemuan Bersama Alena

    Dennis membersihkan tenggorokannya. Ia akhirnya menuruti, saran bundanya untuk bertemu Alena. Wanita yang akan ia jadikan masa depan.Hari ini, Dennis hanya memakai pakaian santai, kemeja kotak-kotak kecil garis merah dengan warna dasar dongker dan celana jeans belel. Dennis juga memakai topi, sebelum berangkat ke restoran yang dijanjikan, ia pergi dulu ke rumah bundanya, dan banyak mendapat wejangan."Bunda jadi ingat papah kamu saat masih muda. Sama persis." Dennis hanya berdiri kaku di sana, melihat mata bundanya yang sudah berkaca-kaca. Wanita yang sudah berumur tersebut, hanya memakai daster rumahan, dengan warna biru les merah. Dennis melihat ke arah ayahnya yang duduk tenang, tak banyak bicara sama seperti dirinya."Pokoknya bang, kali ini harus jadi. Jangan kaku-kaku amat jadi orang. Kalau bingung mau ngomong apa, chat bunda, biar bunda ajarkan kata-katanya." Darren terkekeh, pada tingkah istrinya. Ada saja, kelakuan

  • NANNY TO MOMMY   Batch 8 : Hukuman Darris dan Ciuman Dennis

    "Anjirrr lah." umpat Darris. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang keras mendarat tepat di kepalanya. Sakit tentu saja. Lelaki itu melihat benda apa yang melayang ke kepalanya, dan itu kunci mobil. Ia melirik ke sana, dan melihat tatapan abangnya yang ingin membunuhnya."Papa pulang. Anak lagi tidur, tuh mama lagi nyusuin." canda Darris sambil meringis, karena rasa kepalanya seperti mau copot. Sakit sekali.Dennis masuk dan duduk di sofa ujung. Ia mengeluarkan ponselnya. Ia menelpon, dan menloudspeaker, ponsel tersebut."Gimana bang berhasil? Ah... bunda senang bangat nih, ada pencerahan." Darris menoleh pada abangnya, itu suara bundanya."Jangan kasih uang ke Darris selama seminggu. Dia bicara tak senonoh, bahkan mau buat mesum!""Ada apa ini?" suara Ilona di ujung terdengar panik. Darris hanya menganga. Gila! Abangnya nekat, dan jika ancamannya uang, ia tak bisa buat apa-apa. Karena ia tak puny

  • NANNY TO MOMMY   Batch 9 : Tingkah Baby Danish

    Familier.Dennis semakin menelan salivanya. Lelaki itu merasa dalam hidupnya, tak pernah berciuman dengan siapapun. Tapi, ia merasa seperti sudah pernah berciuman sebelumnya. Dengan siapakah? Mustahil, jika ia pernah berciuman dengan Azyan, padahal mereka baru kenal satu bulan terakhir.Dennis memiringkan wajahnya, meraup apa yang ada dalam mulut Azyan yang bisa ia sedot. Laki-laki itu meremas rambut tebal Azyan. Ia suka rambut Azyan."Em..." tanpa sadar Azyan mendesah. Ciuman ini membuatnya mabuk. Gadis polos dan pemalu dan tak melekat pada dirinya, Azyan menyambut ciuman dengan rakus. Gadis itu menutup matanya, membiarkan perasaannya makin mengakar. Walau tak ada yang tahu bagaimana perasaan Azyan pada Dennis.Keduanya tak ingin ada hari esok."Sorry." Azyan masih menunduk, ia tak berani menatap Dennis. Demi apa, ia terbawa perasaan membalas ciuman Dennis. Walau Dennis yang memulai, harusnya

  • NANNY TO MOMMY   Batch 10 : Perasaan Azyan

    Kedekatan Dennis dan Azyan sangat intens. Bahkan, tak ada rasa canggung di antara keduanya. Keduanya saling bertukar peran mengurus Baby Danish. Bayi berumur empat bulan, yang sedang belajar duduk. Semakin hari, Azyan dan Dennis semakin gemas dengan pertumbuhan bayi gendut tersebut.Seperti sekarang. Azyan sedang berjongkok, dengan Dennis yang berusaha menundukan Baby Danish walau bayi itu terjatuh lagi. Keduanya terus tertawa, ketika bayi merah itu hanya bisa mengikuti permintaan aneh-aneh orang dewasa yang sangat menyayanginya.Sekarang, Baby Danish sedang Dennis dudukan di sofa empuk dengan banyak bantal lembut yang mengelilinginya."Ahahaha nggak kuat, gendut bangat sih soalnya." Azyan menertawakan bayi merah yang membuat hari-harinya tak pernah sepi."Iya gendut." wajah Azyan memerah. Semakin hari, ia melihat Dennis semakin tampan. Terbesit rasa untuk memiliki lelaki itu begitu kuat. Tapi Azyan sadar, dir

  • NANNY TO MOMMY   Batch 11 : Misi Azyan

    "Selamat pagi bini." entah dari mana, Darris sudah berlari dan memintir leher Azyan. Bodohnya, Darris baru sadar kalau Azyan bukan kembarannya dan melihat abangnya yang melihatnya dengan melotot, siap melahap adiknya."Kebiasaan tuh tangan. Saya bilang bunda, jadi setahun nggak dapat duit!" ancam Dennis."Sorry, gue anak bontot, anak kesayangan mana bisa dihukum lama. Bunda mana tega." ujar Darris songong."Aduh..." cowok itu mengadu kesakitan, ketika kembarannya, sudah menendang masa depannya. Ilene menendang senjata Darris. Membuat cowok itu memegang miliknya. Azyan hanya ingin tertawa atau menangis melihat Darris yang kesakitan. Azyan melirik Dennis, laki-laki yang memakai topi warna hitam tersebut hanya diam dan memandang adiknya datar, tak ada ekspresi. Dan Darris berjalan terseok-seok menuju fakultasnya.Azyan mendekat ke arah Baby Danish yang membuka matanya. Bocah itu tak perlu digendong, ia punya baby

  • NANNY TO MOMMY   Batch 12 : Misi Pertama

    Cara Membuat Pria Bertekuk Lutut Tanpa Mengandalkan Fisik.1. Cerdas2. Independen3. Terorganisir4. AnggunAzyan merasa, sudah mengantongi 3 syarat di atas. Ia hanya perlu jadi yang terakhir, agar misinya berhasil, membuat Dennis bertekuk lutut. Karena baginya, ia bukan wanita anggun. Demi rencananya, Azyan harus menemui Alena. Ya, modus untuk melihat, seperti apa wanita anggun itu.Jadi, hari ini Azyan akan mengikuti Dennis berkencan. Menjadi seorang nanny, demi misinya, karena ia akan menjadi mommy seutuhnya untuk Danish, bukan lagi nanny. Walau orang lain mengenalnya sebagai nanny, bagi Azyan Danish anaknya, putra kandungnya. Karena ia yang memberi ASI, dan mengurus dengan tangannya sendiri, jadi Danish miliknya, bukan wanita lain. Kegoisannya sebagai ibu terusik, ketika anak semata wayangnya akan diambil orang. Dan ketika Danish besar akan mengenal Alena sebagai ibunya, bukan Azyan, padahal gadis itu yang meraw

Pinakabagong kabanata

  • NANNY TO MOMMY   Last : Perfectly Imperfect

    "Manusia bisa punya rencana, tapi Tuhan yang menentukan."Kata-kata bullshit yang bikin Azyan muak. Semua orang akan sok bijak pada waktunya, dan ia tak ingin mendengar kata-kata laknat itu. Dua tahun, ia dan Dennis jungkir-balik program kehamilan dan sampai saat belum ada kabar bahagia tersebut.Setiap bulan, Azyan harus bolak-balik kamar mandi memegang testpack dan hasilnya tetap garis satu. Kadang gadis itu menangis diam-diam, tapi tak pernah tunjukan di depan suami, karena tak ingin menunjukan di depan suami kelemahannya yang membuat Dennis semakin banyak pikiran san beban. Iya tahu, Dennis juga stress dengan semua ini. Bagaimana semua cara mereka lakukan agar menambah anggota keluarga tapi tetap Tuhan belum mengizinkan atau memang Tuhan cukupkan.Danish sudah memasuki Pra Sekolah. Saat mengurus Danish, membuat perhatian Azyan sedikit teralihkan dengan anaknya. Terkadang ia berpikir, mungkin Tuhan menginginkan agar ia

  • NANNY TO MOMMY   Batch 33 : Filosofi Mutiara

    "Ini serius?" Azyan berbalik pada Dennis dan mencoba bertanya meyakinkan penglihatannya. Matanya masih jernih, ia belum rabun, Azyan belum butuh kacamata, rambutnya belum putih hingga ia belum pikun dan juga, ia sedang tidak bermimpi.Siang ini, Dennis mengajaknya ke sebuah rumah makan di pinggir laut. Azyan mengira, mereka hanya makan seafood seperti orang pergi, ke rumah makan dan memesan sesukanya. Tapi Dennis mempunyai kejutan lain. Laki-laki itu, memberinya banyak kerang di hadapannya. Azyan juga mengira mereka akan berburu kerang hari ini. Tapi, Azyan selalu salah dari dugaannya. Laki-laki itu sengaja memberinya, banyak kerang yang di dalamnya terdapat banyak mutiara berbagai warna. Makanya, Azyan tak percaya dengan penglihatannya.Azyan awalnya meringis, ini disebut romantis atau menjijikan?"Saya sengaja memberi kamu ini, biar kamu tahu bahwa kamu berharga seperti mutiara. Langka tapi sangat berharga dan begitu can

  • NANNY TO MOMMY   Batch 32 : Kebersamaan = Kebahagiaan

    Kebahagiaan demi kebahagiaan menghampiri Azyan. Saat ini, usia Danish sudah berumur 2 tahun. Tentu, makin pintar dan tetap mengemaskan seperti biasa. Dennis hanya bisa geleng-geleng, jika anak semata wayangnya sangat cerewet seperti neneknya si raja hutan.Ngomong-ngomong raja hutan, Azyan masih tak percaya jika ia mempunya mertua yang cantik, enerjik dan tak pernah terlihat tua. Garis kecantikannya masih bersinar, walau sudah kepala lima.Azyan menoleh pada anaknya yang sedang bermain. Gigi Danish yang dulunya hanya dua biji, sekarang sudah banyak gigi. Bahkan, Danish rajin menyikat gigi, karena ajaran dari ibunya. Membuat Dennis tak berhenti bersyukur dan kagum, dengan didikan Azyan. Dia benar ibu yang hebat, Dennis tak salah memilih orang. Berawal dari musibah, mereka menjadi keluarga kecil yang sempurna, di dalam rumah mereka hanya ada kebahagiaan di dalamnya. Membuat semua orang betah bertamu ke rumah Dennis.Darris s

  • NANNY TO MOMMY   Batch 31 : Surat Jasmine

    Terdiam untuk waktu yang lama. Semua orang sedang senyap, mengheningkan cipta. Hanya Danish yang mulai risih berada dalam gendongan ibunya."Mam.." Danish mengulurkan tangannya, meminta biskuit yang ibunya beri karena bayi ini tak bisa diam dalam gendongan. Tak puas, karena terus terkurung dalam gendongan, Danish ingin turun. Bayi itu terus menunjuk ke bawah, minta diturunkan. Ayolah, dia sudah bisa jalan kenapa harus digendong terus?Dennis menoleh mengode pada istrinya agar menurut saja, karena bayi itu risih dan belum mengerti apa yang terjadi.Azyan akhirnya pergi dari sana.Hari ini adalah peringatan hari kematian Jasmine. Tanggal 24 Agustus. Dan Dennis hadir untuk memperingati kepergian Jasmine untuk selamanya, dan datanglah semua keluarga Jasmine.Saat Azyan pergi, Danish menangis tangannya ia ulur padanya. Danish ingin bersama Yaya."Yaya." Azyan menggeleng. Tapi D

  • NANNY TO MOMMY   Batch 30 : Perfect Husband

    Azyan tengah bersiap-siap, untuk pergi memenuhi undangan Dennis. Surprise. Walau ia sudah menduga surprise seperti apa. Tapi, Azyan akan pura-pura tak tahu, bahagia demi menyenangkan hati pasangannya.Anak mereka—sebut saja anak mereka, karena buatnya berdua. Danish sedang bermain, Azyan senang bayi itu sudah pandai bermain. Ia akan jengkel dan menangis ketika mainan yang ia mau tak bisa dikunyah.Azyan sudah memandikan Danish memakaikan baju yang rapi, bedak, minyak wangi. Azyan tak tahu, jika sudah besar wajah Danish terlihat lebih mirip seperti Dennis sekarang, padahal dulu saat bayi ia senang wajah Danish mirip dirinya.Azyan sedang menyisir rambutnya dan mungkin sedikit bedak yang tipis di pipinya. Ia merasa hari-harinya berubah. Saat Dennis sudah tahu segalanya, ia tak perlu berpura-pura di hadapan suaminya. Azyan mendekati anaknya yang sedang enteng bermain. Dennis benar membelikan banyak mainan untuk Danish. Membuat bayi itu langsung banya

  • NANNY TO MOMMY   Batch 29 : The Hidden Truth

    "Bunda ..." Dennis berbalik pada bundanya. Dennis tahu, pasti bundanya juga menyimpan sesuatu yang tak beres disini."Kejarlah. Dia pasti punya alasan."Dennis langsung berlari, turun dari panggung. Ia mencari di mana ponselnya, dan segera menyusul Azyan.Ketika menjumpai ponselnya, Dennis melihat Azyan memberinya pesan.ABella : Jumpa di cafe Tebing.Sekarang masih siang, tapi cuaca selalu mendung seperti suasana hati Dennis tak sudah karuan seperti sekarang. Laki-laki itu memasukan ponsel dalam sakunya dan bergegas pergi. Ia harus mengejar Azyan, dan meminta penjelasan dari semua ini. Mengapa tiba-tiba Azyan menolaknya? Apa gadis itu sudah menemukan sesorang pengganti dirinya? Kenapa Azyan bisa begitu tega menolaknya? Padahal Dennis tahu, gadis itu juga mencintainya. Siapa yang tiba-tiba mencuci otak gadis itu?Dengan gerimis yang mengundang rindu, Dennis menyusul Azyan

  • NANNY TO MOMMY   Batch 28 : Hari Bahagia atau Patah Hati?

    Minggu yang sibuk.Dennis ingin memastikan semuanya berjalan seperti yang ia mau. Sempurna—untuk orang yang sempurna."Saya ingin dekornya warna hijau, jadi nanti panggungnya dibuat bulat gitu." Dennis menjelaskan bagaimana dekornya nanti. Ia yang turun tangan sendiri, memastikan semuanya seperti yang ia inginkan. Biasanya, hal-hal seperti ini bundanya yang akan turun tangan, tapi sekarang Dennis ingin membuatnya sendiri, ingin membuat Azyan terkesima dan meyakinkan gadis itu, ia tak pernah salah memilih.Pekerjaan telah dimulai, besok hari H. Dan saat itu, Dennis akan berdidih dengan gagah dan berani, sambil meminta anak gadis orang untuk menghabiskan masa tua mereka bersama."Zyan, maukah kamu menemani saya sampai hari tua?""Zyan, saya tahu. Saya dulu brengsek dan juga bodoh, telah menyia-nyiakan kamu, sekarang saya ingin kita menghabiskan masa kita bersama, menua bersama bersama

  • NANNY TO MOMMY   Batch 27 : Rindu Itu Sakit!

    "Maaf, saya hanya laki-laki brengsek dan juga pengecut mungkin. Membawa kamu terbang tinggi dan tiba-tiba harus memutuskan ini tiba-tiba." ujar Dennis sungguh-sungguh. Ia sudah memikirkan semuanya dengan matang dan ya, Azyan rumah terakhirnya. Tempatnya berlabuh. Azyan dan Danish harta yang paling berharga yang tak bisa ia sia-siakan.Dennis juga sedikit banyak, sudah tahu bagaimana sifat Azyan yang sebenarnya. Gadis pemalu, kalem dan juga, ia akan bersifat manja sewaktu-waktu. Keluarga bahagia impiannya sebentar lagi tercapai."Jadi maaf sekali lagi.""Hahaha. Santai aja, sebenarnya aku cuman bantu kamu dulu buat kamu ingat kembali ke masa lalu, maksudnya ingat keluarga kecilmu, ingat anakmu. Tapi sepertinya nggak ya?" tanya Alena seperti merasa tak enak pada amnesia yang dialami Dennis."Ya saya tak ingat sama sekali, yang saya tahu Zyan hanya pengasuh buat Danish. Bayi yang diadopsi dari panti asuhan. B

  • NANNY TO MOMMY   Batch 26 : Persiapan

    Dennis semacam membenci teknologi, karena selalu membawa berita buruk dalam hidupnya. Atau memang Dennis benci dirinya sendiri, karena saat-saat seperti ini, ia tidak bisa berbuat apa-apa.Laki-laki itu butuh suatu pelampiasan untuk meledakan semua amarah yang ia simpan sendiri. Begini tak enaknya jadi lelaki, harus menahan segala emosi, membuat kasus bunuh diri lebih banyak dilakukan kamu adam. Jika wanita dianggap lemah, mak laki-laki harus serba kuat, bahkan laki-laki tak boleh menangis. Dan Dennis benci pada keadaan sekarang, ia tak bisa meluapkan semua perasannya yang terasa menyesakkan di dada. Dennis ingin berteriak di mana Azyan dan Danish sekarang? Bahkan, pesan Alena ia abaikan, seperti suara cicak di dinding yang berlalu begitu saja.Dennis pulang, pulang dengan tangan kosong, dada yang terasa berat dan kepala yang penuh prasangka yang buruk. Jika tidak bisa meminjam sempak Superman, Dennis ingin meminjam palu milik Thor. Atau t

DMCA.com Protection Status