Malam itu, Blorong dan lainnya menceritakan masalah mereka dan Najendra. Pada awalnya terlihat baik-baik saja, saat pergi ke pasar untuk membeli sayuran buah, mereka pikir itu akan berjalan lancar namun begitu bertemu Wira, semuanya berubah. “Jadi maksud kalian, Najendra terlibat masalah dengan pemuda pengembara yang pernah kalian ceritakan itu?”“Iya, benar. Orang itu membuat tuan ikut dikejar-kejar dan pada akhirnya tuan ditangkap oleh prajurit Kerajaan Mulia.”“Bukankah wilayah kerajaan itu sangat jauh dari pasar Kota Lama? Kenapa mereka bisa sampai ke sana?” tanya Jaka dengan heran. “Jalan menuju keluar Kota Lama ditutup, mau tidak mau ya mereka harus berputar dan menemukan pintu belakang. Lalu karena pintu belakang merupakan wilayah kota Purnama yang berdekatan dengan istana, jadi seperti itulah.” Banaspati mengatakannya dengan pasrah. “Nasib mereka tidak beruntung.”“Awalnya kami mengira situasinya mudah diatasi, dan lagi ada seseorang yang membantu tetapi sayangnya dia berkh
Benteng yang berada di wilayah istana, terlebih di bagian belakang akan semakin diperkuat pelindungnya. Pelindung yang mencegah berbagai mahluk dunia lain datang tetapi ternyata hal itu tidak berlaku pada jin yang memiliki hawa keberadaan lemah. “Hantu ... ini yang aku pikirkan saat melihat dia?”“Apa pun sebutannya dia tetaplah jin, Wira.” Tuyul si pencuri dan suka sekali dengan uang, emas atau apa pun yang merupakan harta berharga bagi manusia. Dia membantu Najendra dan Wira untuk tetap bertahan di dalam kurungan ini. “Aku sangat berterima kasih atas bantuannya,” ucap Najendra sambil mengelus kepala anak itu. “Hehe, terima kasih. Tapi aku ingin bayarannya,” kata Tuyul sambil mengulurkan telapak tangan.“Saat ini aku tidak punya uang lebih.” Najendra memberikan sepeser uang yang belum digunakannya saat akan belanja di pasar tadi.“Uang tetaplah uang, aku akan menerimanya.”“Melihatmu yang seperti seorang penguasa, aku yakin kau mengenali Raja di kerajaan ini,” ucap Najendra, dia
Panglima Jenderal Perang, Senapati Arjuna terkenal dengan kekuatannya yang bagai hewan buas. Beringas, kuat, dan gahar. Dengan tubuh besar serta kharisma darinya telah membuat semua prajurit seakan sedang jatuh cinta. Mereka menghormatinya sebagai atasan sekaligus rekan. Dia punya reputasi bagus sehingga dia berada di posisi tertinggi dan terhormat dengan menjaga keluarga kerajaan selama 20 tahun lamanya. Prajurit, Raden Abimanyu adalah tangan kanannya, banyak orang bilang mereka adalah teman masa kecil namun itu tidak benar karena mereka baru bertemu 2 tahun yang lalu. Senapati Arjuna menjadikannya tangan kanan karena kemampuan yang dia miliki.Saat ini, Abimanyu berusaha untuk mengajaknya berbicara dengan cara tak biasa, sopan dengan bahasa formal namun berlagak sok akrab.“Malam ini, Patih terlihat sangat serius sekali. Ada apa, tuan?”tanya Abimanyu.“Tidak ada apa-apa,” jawab Arjuna singkat.“Saat ini Tuan sedang tidak menyandang gelar "Senapati," mohon bersantailah sejenak, Pati
Arjuna sangat mempercayai Abimanyu sehingga dia merelakan peran itu untuknya. “Abimanyu, Yang Mulia memberiku perintah ini, dan kau harus membunuhnya di dalam benteng.”“Apakah aku harus melakukannya seperti itu? Itu tidak terdengar seru dan lagi dia mti tanpa seorang pun tahu?” Terdengar meremehkan perintah itu, Abimanyu merasa enggan.“Terserah bagaimana kau akan menyelesaikannya karena aku yakin kau tidak akan mengambil keputusan yang merugikan Yang Mulia Raja,” tutur Arjuna. Abimanyu tersenyum senang terhadap keputusan Arjuna satu itu. ***Sesuai waktu janjian dengan Ratu Asri, Abimanyu kemudian mengantarnya ke benteng. Setelah pria itu mengalihkan perhatian para penjaga di luar, Asri pun segera masuk ke dalam. “Aku hanya ingin menanyakan sesuatu terhadap kalian. Bagaimana kabar para penjahat itu?”“Mereka sudah melemah karena dupa wangi yang diberikan oleh tuan.”“Itu bagus,” ucap Abimanyu. “Lalu, aku memberi kalian perintah untuk meninggalkan tempat ini,” lanjutnya. “Menga
Di Kota Purnama, di pendopo ada seorang wanita yang tengah menatap cermin dengan wajah serius. “Aku sengaja berbuat begitu karena aku tidak punya pilihan lain, Najendra. Jadi tolong ampuni aku.” Dia menyatukan kedua tangan ke depan sambil meminta maaf. “Astaga, aku tidak boleh menyebut namanya. Ya ampun dasar pelupa. Padahal aku tidak diberitahu namanya, nanti bisa gawat kalau dia kembali curiga,” lanjutnya. Dia berdiri di depan cermin hanya untuk sekadar berakting. “Maafkan aku yang sudah berbuat jahat pada kalian berdua. Lagi pula aku sudah datang ke sini untuk menyelamatkan kalian. Jadi maaf ya.” Dia kembali mengatur kalimat yang akan dikatakannya nanti pada mereka. “Iya, begitu saja.” Dia menganggukkan kepala dan berpikir itu sudah cukup. Lekas dia mengambil dua buah belati yang kemudian diselipkan di belakang pinggang. Tak lupa dia menggunakan jubah hitam sebelum pergi. “Bagus, dengan begini aku hanya perlu menyelamatkan mereka sebelum terlambat.”***Dini hari yang masih
Penjagaan di istana Kerajaan Mulia sangat ketat. Di luar, dalam bahkan di setiap sisi ada penjagaannya. Di tempat Bhayangkara pun cukup banyak yang beraktivitas tapi ada satu yang tidak ada.“Yang paling terkenal justru tidak ada di sini.” Sesosok wanita familiar, bernama Dwi Rahma datang menyelinap masuk ke istana. Dia menggunakan rupa Abimanyu yang secara kebetulan tidak ada di sekitar. Memanfaatkan seseorang yang berpangkat tinggi bukan ide yang buruk namun Rahma tetap berhati-hati terutama saat bertemu dengan para prajurit. “Anda sudah menyelesaikan urusannya?” tanya salah satu prajurit penjaga benteng.“Ya, aku sudah menyelesaikannya.” Rahma memiliki kemampuan berkat jin yang dimilikinya. Jin yang mampu merubah wujud seseorang dari penampilan hingga suara. Sehingga takkan mudah dicurigai dan takkan seorang pun sadar bahwa Abimanyu yang mereka temui itu palsu. Dengan langkah santai dia bersenandung riang seolah tak ada beban, padahal dia baru saja mengkhianati dua orang sekali
Abimanyu mengeluarkan mereka dari benteng. Saking lemasnya kedua kaki Rahma, dia terjatuh ke lantai. Tubuhnya tak berhenti gemetar. Dia begitu ketakutan dengan sosok Abimanyu yang ternyata lebih sadis dari bayangannya. “Hah ... hah ... apa-apaan? Benarkah prajurit yang murah senyum seperti Abimanyu sanggup melakukan kekejaman seperti itu? Dia sengaja tidak membunuhnya di sini bukan karena tidak mampu tapi karena hal lain.” Terasa sesak di dada, Rahma menangis sesenggukan. Dia berharap waktu bisa diputar kembali namun itu adalah hal mustahil di dunia ini. “Aku menyesal karena membuat mereka dalam masalah besar. Nyawa mereka dalam bahaya tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sungguh bodoh.” Rahma menyalahkan diri sendiri akibat dari ketidakmampuannya dalam menolong. “Apakah sudah terlambat menyelamatkan mereka?” pikirnya. “Tidak!” Dia kembali bangkit meski kedua kaki itu masih terasa lemas. Efek dupa juga berpengaruh padanya namun untungnya aroma itu tidak tercium lama karena
Kejadian itu terjadi begitu singkat. Najendra hanya bisa diam lantaran tak cukup kuat tuk melawan. Kekuatannya masih melemah karena efek dupa yang menyimpang. Tubuhnya gemetar dan terus mengingat wajah pria itu. Abimanyu tersenyum licik, dia tampak sangat senang ketika melihat sosok yang dianggap penjahat tak lama lagi akan mati di tangan manusia biasa. "Datang lagi orang dungu yang perlu kuhabisi." Najendra membatin. Setelah menyelesaikan urusannya di sana, Abimanyu pergi ke gudang tak terpakai. Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Purnama yang dipadati banyak orang. “Apa kau sudah bangun?” Dia bertanya pada sosok pria yang kedua tangan dan kakinya terikat. Wira hanya menggerutu sepanjang waktu, dan menatap tajam Abimanyu. Dia sedang amarah besar.“Aku tahu kau khawatir tentang temanmu, tapi tenang saja karena kau sebentar lagi akan menyusulnya,” ucap Abimanyu.“Di mana dia?” “Sampai sekarang pun kau tidak mau menyebutkan namanya. Apakah nama dia sangat terkenal atau sej