Home / Pernikahan / NAFKAH YANG TERBAGI / Bab 64 Tiba-tiba Baik

Share

Bab 64 Tiba-tiba Baik

last update Last Updated: 2024-10-19 09:29:48

Seminggu telah berlalu.

"Bu, aku kangen sama ayah. Boleh kan, Bu, kalau aku menginap di rumah nenek?" ujar Gina.

Semenjak Ratri dan Saga mengijinkan Rusdi bertemu dengan Gina. Kini, Gina kembali dekat dengan Rusdi. Bahkan, tak jarang Gina selalu meminta untuk diperbolehkan menginap di rumah bu Nunik.

"Kan di sini juga ada ayah Saga, Nak. Kenapa kamu ingin menginap di rumah nenek? Lagi pula, di sini juga ada Cherly, kasihan dia kalau ditinggal menginap oleh kamu," sahut Ratri.

"Kenapa sih, Ibu selalu saja jawabannya seperti itu? Aku mau seperti teman-teman aku. Ayah dan ibunya berkumpul di rumah yang sama. Kenapa aku enggak, Bu?" tanya Gina.

Ratri tertegun, ia merasa heran, kenapa anaknya tiba-tiba berbicara seperti itu. Bukankah Saga sudah seperti ayah kandung bagi Gina?

"Ibu minta maaf, Sayang. Ibu tidak bisa. Kan sudah ada ayah Saga, dia juga ayah kamu," jawab Ratri.

Gina menunduk sambil memainkan ujung bajunya.

"Kalau tidak bisa, ya sudah, Ibu sama ayah sama ayah Saga tinggal baren
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Michellyn
saga salah peluk ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 65 Mengantar Pulang

    Saga melihat Ratri berdiri di ambang pintu kamar, tepat di belakang Saga."Sedang apa, kalian?" tanya Ratri dengan dada naik turun.Saga terbelalak, ia kemudian melepaskan pelukannya. Wanita yang baru saja dipeluk Saga membalikkan badan, terlihat wajahnya sangat ketakutan."Rumiah," gumam Saga. Ternyata wanita yang ia peluk, tidak lain adalah Rumiah, ART-nya sendiri."Sa-sayang, aku kira dia bukan Rumiah. Aku kira itu kamu, karena bajunya sama," ujar Saga. Seketika ia merasa bersalah terhadap keduanya.Ratri menoleh ke arah Rumiah dan menatapnya dari atas sampai ke bawah. Terlihat Rumiah tengah menunduk ketakutan."Aku minta maaf, Sayang. Aku juga minta maaf, Rumiah. Dari belakang, aku kira itu kamu, Ratri," ucap Saga.Ratri mendekati Rumiah yang tidak berani mengangkat wajahnya."Rum, kenapa bisa baju kamu samaan dengan milik saya? Kenapa kamu juga tidak memberontak saat suami saya memeluk kamu? Setidaknya kamu teriak atau panggil saya," imbuh Ratri."Sa-saya minta maaf, Bu. Tadi say

    Last Updated : 2024-10-20
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 66 Launching Buku

    Suasana toko buku yang juga milik keluarga Saga, tengah riuh ramai dipenuhi oleh para tamu, sekaligus penggemar novel yang Ratri ciptakan.Bertepatan hari ini, Saga bersama karyawan lain, telah mempersiapkan dengan matang, mengadakan acara launching novel cetak karya Ratri.Selain karyawan dan pelanggan yang hadir di toko itu. Saga juga mengundang rekan-rekan bisnisnya dari perusahaan lain. Mereka adalah orang-orang yang sangat berpengaruh dan sangat dihormati. Bisa dipastikan, jika keluarga Saga memang bukan orang sembarangan.Di kediaman Saga, Ratri tengah dirias sedemikan rupa. Saga sengaja mengundang MUA ternama di kota itu, untuk merias Ratri dan juga anak-anak."Kamu cantik sekali, Sayang. Aku pasti akan kewalahan nanti, kalau kita sudah sampai ke tempat diadakannya launching," ujar Saga.Ratri yang telah selesai dirias, merasa bingung dengan ucapan Saga. Ia sama sekali tidak paham apa maksudnya dari kewalahan."Maksud kamu, Mas?" tanya Ratri."Maksud aku, aku pasti bakalan kewa

    Last Updated : 2024-10-21
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 67 Menggali Kuburan Sendiri

    "Kamu lanjutin saja, saya ke depan dulu," ujar Ratri, yang disambut oleh anggukan Rumiah.Ratri bergegas pergi ke depan. Ia melihat Saga tengah berada di ruang tamu."Kamu kenapa, Mas? Aku dengar tadi kamu teriak!" ujar Ratri, ia duduk di sebelah Saga."Tadi, setelah aku memindahkan anak-anak ke kamar. Aku berniat untuk menutup pintu. Tapi, tidak sengaja aku melihat orang mencoba menyelinap masuk ke halaman rumah ini. Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena tertutup masker dan topi," jelas Saga."Siapa ya kira-kira? Kok akhir-akhir ini, ada yang janggal. Dimulai dari orang yang manjat pagar, terus tadi aku juga sempat kena lemparan batu, lalu kamu melihat ada yang mencoba menyelinap, siang-siang lagi," sahut Ratri.Saga menatap Ratri, "kapan kamu dilempar batu? Kenapa kamu nggak bilang? Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus menghubungi polisi. Aku yakin, sepertinya orang itu adalah orang yang sama," ujar Saga."Tadi, saat aku hendak masuk. Aku terlalu lelah tadi. Jadi, aku biarkan saja,

    Last Updated : 2024-10-22
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 68 Kecewa

    "Bagaimana keadaan menantu saya, Dok?" tanya bu Wulan, saat dokter keluar dari ruangan tempat Ratri diperiksa. Saga pun sama penasaran tentang keadaan Ratri saat ini.Dokter berhijab berparas cantik itu tersenyum. Membuat bu Wulan semakin optimis dengan asumsinya, bahwa Ratri memang hamil."Menantu Ibu tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Bu Ratri hanya masuk angin dan tekanan darahnya rendah. Sekarang sudah baikan. Nanti, Ibu bisa tebus obatnya di apotek," jawab dokter itu dengan ramah.Bu Wulan yang semula tersenyum lebar, kini perlahan senyuman itu pudar. Air mukanya berubah menjadi ekspresi kecewa. Tampak sekali gurat kekecewaan di wajahnya.Bu Wulan terduduk di kursi panjang. Perasaannya menjadi tidak karuan. Antara sedih, kecewa dan marah dengan keadaan yang ada.Dokter itu pun berpamitan untuk pergi meninggalkan Saga dan ibunya."Mama yang sabar, ya! Kami menikah Baru hitungan bulan, loh. Belum genap setahun! Mungkin belum saatnya kami diberikan kepercayaan sama Tuha

    Last Updated : 2024-10-23
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 69 Mangsa Dalam Jebakan

    "Aduh ... Kok gerah ya, Pak!" seru Lulu, ia mengipasi lehernya menggunakan tangan. Ia juga menyibakkan rambutnya yang sengaja ia gerai. Menambah kesan sensual yang ia miliki.Saga hanya terdiam, ia memalingkan wajahnya, berusaha untuk tidak melihat ke arah Lulu. Perasaan aneh itu terus berkecamuk dalam dirinya. Rasa ingin melihat Lulu begitu besar. Namun, ia sadar akan posisi ia siapa dan Lulu siapa. Ia juga tidak suka dengan Lulu. Namun, perasaan itu?"Padahal Pak Saga sudah menyalakan AC-nya, ya? Tapi kok aku masih kegerahan," imbuh Lulu masih terus mengipasi lehernya.Saga terus saja terdiam, beberapa kali ia membetulkan posisi duduknya yang terasa tidak karuan.Tangan Lulu berhenti mengipasi lehernya. Tanpa diduga, dengan beraninya satu persatu kancing baju yang ia pakai, ia buka sampai sebatas dada. Menampilkan belahan yang tidak seharusnya orang lain lihat, apalagi oleh seorang laki-laki."Kamu apa-apaan? Keluar dan perbaiki penampilanmu," bentak Saga, ia masih bisa mengontrol d

    Last Updated : 2024-10-24
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 70 Mengakui

    "Maaf, Lulu. Pak Saga orang baik, aku tidak rela kamu melakukan itu dengannya," gumam Rumiah, ia menatap Lulu yang tak sadarkan diri akibat ulahnya.Rumiah membiarkan Lulu tergeletak di atas lantai. Rumiah kemudian menutupi tubuh Lulu dengan selimut yang ada di kamar itu."Ratri," gumam Saga, suaranya begitu serak karena ia sedang tinggi-tingginya.Dengan cepat, Rumiah memapah Saga, dan membawanya keluar dari rumah sewaan itu. Rumiah kemudian membawa masuk Saga ke dalam taksi online yang ia tumpangi tadi."Jalan, Pak!" titah Rumiah.Mobil pun mulai berjalan meninggalkan rumah itu.Di perjalanan, Saga beberapa kali menyandarkan kepalanya di bahu Rumiah. Akibat pengaruh obat itu, tangan Saga tak jarang bergerilya menyentuh Rumiah."Percepat jalannya, Pak," ujar Rumiah kepada sopir taksi.Lama di perjalanan, akhirnya mobil yang ditumpangi Rumiah dan Saga berhenti tepat di depan gerbang rumah Saga."Ya Tuhan, Rum. Ini suami saya kenapa?" tanya Ratri, setelah Rumiah membawa Saga masuk ke d

    Last Updated : 2024-10-25
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 71 Buah Simalakama

    "Kalian habis ngapain di dalam gudang?" tanya Ratri, memergoki Saga dan Rumiah yang baru saja keluar dari dalam gudang.Saga terkejut, ia tampak gugup melihat Ratri yang berdiri menatapnya penuh selidik."Em ... Aku habis-""Tadi saya sedang membersihkan gudang, kebetulan di gudang ada tikus. Saya takut, lalu Pak Saga menolong saya untuk menangkap tikus itu," potong Rumiah.Ratri menelisik mereka berdua, mencari kebenaran atas apa yang Rumiah jelaskan. Suasana berubah menjadi tegang. Saga berusaha bersikap biasa saja. Tentu ia tidak mau membuat istrinya marah."Oh ya? Mana tikusnya?" tanya Ratri."Aku nggak berhasil menangkapnya, Sayang. Tikus itu terlalu cepat larinya," jawab Saga.Jantung Saga berdetak lebih kuat. Ia takut jika Ratri tidak percaya terhadapnya. Hal menakutkan bagi dirinya saat ini, ialah melihat Ratri kecewa terhadapnya."Oh, ok! Oh iya, Rum. Kata kamu tadi ada tamu cari saya. Tapi setelah saya lihat ke depan, tidak ada siapa-siapa," imbuh Ratri."Em ... Mungkin tamu

    Last Updated : 2024-10-27
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 72 Hampir Gila

    "Siapa itu?" gumam Lulu, ketika matanya menangkap sesosok wanita yang tengah duduk di sudut dapur.Lulu tidak bisa melihat wajahnya, sebab wanita itu menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut.Lulu mengamati wanita itu. Rambut panjang yang menjuntai hingga menyentuh lantai."Siapa, kamu?" tanya Lulu, ia memberanikan diri untuk bertanya, walau pun tidak dipungkiri, ia merasa takut saat ini."Sakit," pekik wanita itu dengan suara lirih.Lulu berdiri mematung sambil terus mengamati wanita yang entah siapa itu. Namun, mendengar wanita itu berbicara, Lulu merasa sedikit lega. Bisa dipastikan, jika wanita itu adalah manusia, bukan hantu yang seperti ia kira."Kamu siapa dan kamu kenapa ada di sini? Apakah kamu yang membanting pintu tadi?" tanya Lulu.Hu ... Hu ... Hu ....Wanita itu kembali menangis, ada kesan sakit di setiap suara yang keluar. Membuat Lulu penasaran, ia sedikit mendekat."Coba jawab pertanyaanku. Kamu siapa dan kenapa kamu bisa ada di sini?" ulang Lulu."Sakit, mereka

    Last Updated : 2024-10-28

Latest chapter

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 18 Terperosok

    "Siapa, kamu?" tanya Saga, ia bangkit dan berusaha menahan sakit di kakinya yang terluka cukup dalam.Tak banyak bicara, pria yang bernama Agus itu kemudian melayangkan balok kayu itu ke arah Saga.Saga yang telah membaca pergerakan Agus, dengan cepat ia menghindar. Sehingga tak terkena pukulan itu.Dalam gempuran rasa sakit di kakinya yang terluka cukup dalam. Saga mempertahankan diri supaya ia tidak terkalahkan oleh pria tersebut.Buk!Buk!Buk!Beberapa kali Saga menangkis setiap pukulan Agus. Beberapa kali Agus pun terjungkal ke belakang, nyaris kewalahan karena Saga tak memberinya ruang untuk membalasnya."Hentikan semua ini, atau saya akan seret kamu ke kantor polisi," ujar Saga memberi ancaman.Pria itu seakan tidak takut atas ancaman Saga. Ia terus saja melayangkan berbagai pukulan ke tubuh Saga tanpa henti.Buk!Saga hampir kehilangan kesadaran, saat sebuah stik bola baseball melayang ke arah tengkuknya."Aaaaargh!" Saga memekik kesakitan, ia mempertahankan kesadarannya sekua

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 17 Terobsesi

    "Gila, kamu sudah gila, Rika. Lepaskan, saya mau pulang!" sergah Saga, ia begitu emosi dengan tingkah gila Rika."Aku memang gila, Om. Aku gila karena Om, aku tergila-gila. Aku mohon, terima aku sebagai kekasih Om. Lambat laun, Om pasti akan nyaman denganku. Aku bisa membahagiakan Om, aku janji," sahut Rika.Saga terus memberontak ingin melepaskan diri. Namun, Rika tak membiarkannya lepas begitu saja. Sekuat tenaga ia kerahkan untuk menahan Saga supaya tidak pergi dari tempat itu.Saga akhirnya terdiam, ia menyentuh punggung tangan Rika."Kamu yakin akan ucapanmu itu?" tanya Saga mulai luluh.Mendengar pertanyaan itu, tentu Rika merasa senang. Seperti ada harapan yang menghampiri, di saat dirinya susah payah membuat Saga luluh."Tentu saja, Om. Aku tidak akan main-main dengan ucapanku. Aku cinta sama Om, apa pun akan aku lakukan demi Om. Asal Om terima cinta aku," jawab Rika."Apa pun?" tanya Saga."Tentu, Om!""Lepaskan dulu saya, saya tidak bisa bergerak leluasa jika kamu memeluk sa

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 16 Hanya Menginginkanmu

    "Ayah, jemput aku di rumah teman. Aku mau pulang, ini aku pakai nomor temanku. Ini aku Gina, jangan hubungi nomorku, ponsel aku mati." Saga menerima sebuah pesan dari nomor baru yang mengaku sebagai Gina. Kemudian mengirimkan alamat rumah yang Saga pun belum tahu rumah teman Gina yang mana."Oke, Ayah akan ke situ. Ayah bersiap dulu, sekarang sudah waktunya jam pulang," balas Saga.Saga bergegas membereskan semua berkas, menutup laptop dan menjinjing tas kerjanya hendak pulang.Saga mengemudikan mobilnya, hendak menuju tempat di mana Gina berada.Jalanan cukup macet, karena saat ini jam menunjukkan pukul 4 sore. Di mana kebanyakan orang-orang baru saja selesai bekerja, dan hendak pulang ke rumah masing-masing.Sampai Saga menunggu 15 menit di dalam kemacetan yang cukup parah. Akhirnya mobil Saga terbebas dari drama kemacetan yang menghambat setiap pergerakan di sore itu.Sore telah beranjak malam, Saga telah menemukan alamat yang dikirim Gina. Dengan cepat, ia turun dari dalam mobil,

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 15 Berantakan

    Perlahan, penutup kotak makanan itu terbuka, menampakkan sesuatu yang membuat Gina terpaku."Siapa kira-kira yang menitipkan ini pada Dudung? Apakah David lagi? Ah ... Rasanya nggak mungkin," gumam Gina.Di dalam kotak makanan itu, terdapat makanan yang dibentuk menyerupai wajah berkerudung."Ehem ... Apaan itu? Bagus banget," ujar Cherly yang mengejutkan Gina."Entah, tadi Dudung yang ngasih ini sama aku. Katanya ini titipan buatku," sahut Gina."Dudung? Apa jangan-jangan dari kak David? Soalnya kan waktu itu juga, dia yang disuruh David buat ngasih kertas surat buat kamu. Tapi ... Apa iya, ini dari kak David? Kok aku percaya nggak percaya ya!" timpal Tessa.Gina menggedikkan bahunya, ia juga merasa bingung."Ah entahlah, mau nggak nih Tes?" Gina menyodorkan kotak makanan tersebut kepada Tessa."Serius ini buat aku? Tapi sayang loh, ini bagus banget. Kok bisa sih dibentuk kayak wajah kamu? Jadi nggak tega makannya," sahut Tessa."Ya sudah kalau nggak mau, aku kasih saja sama satpam d

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 14 Saling Berpelukan

    Gina dan Rusdi terbelalak mendengar suara Cherly yang sepertinya sedang ketakutan."Ayah, itu Cherly kenapa?" ujar Gina merasa khawatir, begitu pun dengan Rusdi.Mereka saling melempar pandang, dalam tatapan penuh kecemasan."Coba buka, apakah pintunya dikunci? Takutnya ada orang yang mau berbuat jahat kepada Cherly," imbuh Rusdi.Gina mengangguk, lantas ia memutar kenop pintu itu dengan cepat.Ceklek!Gina merasa lega, pintu kosan Cherly ternyata tidak dikunci. Sehingga memudahkan keduanya masuk ke dalam kamar Cherly tanpa hambatan apa pun.Gina dan Rusdi berlari masuk ke dalam. Langkah mereka terhenti, saat mendapati Cherly tengah duduk di atas kasur, dengan posisi membelakanginya."Cherly," panggil Gina.Cherly menoleh mendengar suara Gina. Ia tersenyum dengan keadaan wajah sudah dipenuhi keringat."Gina, kamu ke sini?" tanya Cherly.Gina dan Rusdi menatap heran ke arah Cherly. Baru saja mereka mendengar Cherly teriak ketakutan. Namun, yang mereka lihat saat ini, Cherly terlihat ba

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 13 Bebas

    "Kayaknya ada tamu," gumam Gina, setelah ia keluar dari mobil.Pintu utama tampak terbuka lebar, menjadikan Gina berasumsi seperti itu.Gina berjalan masuk menuju pintu utama. Saat kakinya melangkah mulai menapaki ruang tamu, ia terperanjat ketika melihat seseorang yang tengah duduk berkumpul di sofa bersama Ratri dan juga Saga."A-ayah," gumam Gina, ia begitu terpaku sehingga dirinya berdiam di ambang pintu."Gina!" Seru Rusdi, saat dirinya melihat Gina yang baru saja datang.Rusdi terlihat berubah setelah lama ditahan. Sebagian rambutnya telah memutih dan tubuhnya tampak kurus."Ayah!" Gina berjalan cepat, kemudian memeluk Rusdi begitu erat.Gina dan Rusdi menangis di dalam pelukan. Mereka menumpahkan rasa rindu yang salam ini terpendam di dalam diri mereka masing-masing."Ayah ada di sini?" Terdengar suara Gina parau karena tangisan yang tumpah."Iya, Nak. Ayah sudah bebas kemarin, kita bisa bertemu kapan pun yang kita mau. Ayah sudah bebas, Nak," sahut Rusdi dengan suara bergetar.

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 12 Mahasiswa Baru

    Lelaki itu menatap Gina, tanpa terganggu sedikit pun dengan bau yang berasal dari pakaian Gina."Mari aku bantu berdiri!" seru lelaki itu."Aku-""Gina, ya ampun!" Dari kejauhan, Tessa dan Cherly berlari saat melihat Gina sudah dalam kondisi kacau."Ya Tuhan ... Kenapa baju kamu bisa kotor seperti ini, Gina?" tanya Cherly, kemudian membantu Gina berdiri."Biasa, aku kena bully lagi. Aku sudah seperti seekor keledai. Jatuh di lubang yang sama," jawab Gina sambil tersenyum getir.Tessa dan Cherly menarik tangan Gina hendak membawanya ke kosan Cherly. Sementara laki-laki yang baru saja menabrak Gina, menatap Gina sampai ia tak terlihat lagi."Kok bisa kamu kena bully lagi?" tanya Cherly, setelah mereka berada di kosan.Kini, Gina telah berganti baju milik Cherly.Gina pun menceritakan awal kenapa ia sampai terkena bully lagi, sampai keadaannya lebih parah dari sebelumnya."Ya Tuhan ... Memang benar-benar ya mereka. Kesal sekali aku, semoga mereka mendapatkan balasan," timpal Tessa yang m

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 11 Terkena Jebakan

    Beberapa hari kemudian, seperti biasa Gina tengah mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus.Sebenarnya Gina merasa malas, setiap hari ia harus berhati-hati dengan keadaan kampus. Ah, bukan keadaan tepatnya, melainkan ketiga monster kampus yang selalu membuatnya kesal. Beberapa kali Gina mengalami bullying seperti dilempar telur, disiram air, dilempar tepung, dan masih banyak lagi. Tak habis pikir, ketiga monster kampus itu masih tetap saja aman di kampus itu. Dari sekian banyaknya mahasiswa di sana, tak ada seorang pun yang berani melawan atau melapor mereka. Pernah beberapa kali, Gina ingin melaporkan kasus bullying itu. Namun, selalu gagal karena ketiga monster itu tidak membiarkan Gina melakukannya."Sayang, sepertinya aku bakalan pulang cepat lagi nanti. Em ... Aku mau makan siang sama kamu berdua di pinggir danau," ujar Saga, saat mereka sedang sarapan pagi."Ehem ... Jadi hanya berdua nih? Aku sama Andres nggak diajak?" timpal Gina sambil melirik Andres."Hanya kami berdua,

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 10 Pulang Telat

    Gina menggedikkan bahunya, ia juga merasa ragu sama seperti yang dirasakan Tessa.Kosan yang baru saja disewa Cherly terlihat tidak terawat. Bukan berarti kumuh, akan tetapi, keadaanya yang terlihat lembab."Entahlah, aku juga ragu, Tes. Kosan ini juga berada di paling ujung berbatasan dengan kebun pisang," sahut Gina."Em ... Apa kita kasih saran saja sama Cherly, buat cari lagi kosan yang lain? Aku saja sekarang ini, kok kurang nyaman, ya!" seru Tessa.Gina terdiam, ucapan Tessa ada benarnya juga. Namun, apakah Cherly setuju?"Tapi Cherly sudah membayar sewa selama beberapa bulan ke depan, Tes. Tapi ... Kita coba tanyakan saja nanti kalau dia sudah kembali," sahut Gina.Tak berselang lama, Cherly kembali dengan membawa 3 cup minuman dingin yang ditenteng di dalam kantong kresek bening."Ini buat kalian, huhhh haus banget," ujar Cherly, lantas memberikan 2 cup minuman itu kepada Gina dan Tessa."Terima kasih, Cher. Em ... Cher, kamu yakin mau tinggal di kosan ini?" tanya Gina memasti

DMCA.com Protection Status