"Sayang, maaf ya. Nanti aku belajar kursus memasak untuk kamu," ucap Michelle dengan manjanya.
Setelah menunggu beberapa lama terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok tok
"Siapa yang datang? Masa pembantu itu sudah datang lagi," ujar Dirga.
Dia kemudian menuju pintu depan masih dengan celana pendeknya.
"Ceklek"
Saat dibuka ternyata yang berdiri di depan pintu adalah seorang pria berjaket hijau.
"Ada apa ya?" tanya Dirga penasaran.
"Ini Pak, ada pesanan atas namanya Michelle," jawab si Mas itu.
Dirga hanya menganggukkan kepalanya.
"Mari Pak," ucap si Mas itu berpamitan.
Berjalan menuju ruangan makan dia membuka bungkusan itu, dia tersenyum membuat geli saat mengingat kejadian pagi tadi bersama istrinya.
"Kenapa kamu Mas?"
Michelle bertanya saat dirinya sudah siap dengan penampilannya, rambut yang tergerai bebas membuat terlihat cantik sekali.
"Tidak apa-apa, hanya saja ini ada paket makanan. Katanya, kamu yang pesan," jawab Dirga.
Dengan semangat Michelle mendekati Dirga lalu mengecupnya.
"Iya sayang, itu sarapan buat kamu. Aku ada deadline hari ini, sarapan sendiri ya, bye sayang," ucap Michelle lalu pergi meninggalkan Dirga.
Dirga mengepalkan tangannya lalu dia lempar sarapan itu. Dengan nafas kasarnya lalu dia menuju kamar. Dia mengganti baju setelan kantor yang senada dan langsung berangkat menuju kantornya.
Di perjalanan dia tidak sengaja menyenggol seorang gadis karena berjalan tidak di terotoar melainkan di bahu jalan dan membuat Dirga tak sengaja menyerempetnya.
"Aduh," lirih gadis itu.
"Aisssh, hari yang sial," ucap Dirga yang memukul setir mobil.
Membuka kaca mata memperlihatkan Dirga yang memakai kacamata terlihat keren bagi yang melihatnya.
"Waaaaah," bisik gadis itu kagum.
"Heh, bocah kalau jalan hati-hati!" ujar Dirga.
"Iya iya maaf Pak," jawab gadis itu yang menundukkan kepalanya.
"Kacamatanya keren sekali," ujarnya.
Melihat Dirga pergi dia melanjutkan kembali langkahnya.
***
Berbeda dengan Prayuda yang kini sedang berjalan-jalan mencari makanan untuk burung kesayangannya.
"Awas Tuan," teriak gadis itu.
" Bugh"
Tubuh Prayuada di dorang oleh seorang gadis.
" Tuan tidak apa-apa?" tanya gadis itu.
"Tidak apa-apa Nak," jawab Prayuda.
Dengan perlahan gadis itu membantu Prayuda bangun dari jatuhnya.
"Syukurlah, ya sudah saya pamit ya tuan," ucap gadis itu.
"Iya Nak," jawab Prayuda.
Dia memegangi sikutnya yang sedikit luka. Prayuda tersenyum manis. Melihat gadis itu berjalan dengan cepat.
***
Dirga yang masih kesal akan kejadian pagi ini membuat tidk bersemangat bekerja. Dia mengambil ponselnya dan membuat panggilan video pada wanita tercintanya.
"Kemana dia?" Dirga bertanya-tanya.
Hingga panggilan video itu di jawab.
"Hai sayang,"
Melambaikan pada seseorang yang dia cintai membuat hati berubah menjadi lebih baik.
[ Hai sayang? Kamu sudah sampai kantor? ]
"Iya sayang, aku sudah sampai,"
[ Happy to day. Aku mau kembali ya, mau mulai pemtretan kembali. ]
"Oke sayang."
[ Oh iya nanti kamu pulang lebih awal. Karena akan ada orang yang akan kerumah. Aku pulang agak malam, ]
"Ah, baiklah."
Panggilan pun selesai, Dirga mulai mengerjakan tugasnya. Hati dirga sedikit terobati karena melihat wajah yang di cinta ada di depan mata.
"Katanya nanti bakalan ada yang ke rumah," gumam Dirga yang mengigit sebuah ballpen.
"Kruk kruk kruk"
"Aku lapar juga sedari tadi belum makan," ucap Dirga yang memegangi perutnya.
"Bayu," teriak Dirga.
Berdiri dengan gagah dia menjawab.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?"
"Tolong belikan saya makan siang ya," pinta Dirga.
Tanpa menunggu lama Bayu lalu pergi meninggalkan Dirga.
"Hey!" panggil Dirga berteriak.
"Ada apa lagi?"
"Aku pesan bento saja," jawab Dirga.
"Baik Pak."
Bayu pergi meninggalkan ruangan Dirga dan mulai mencari apa yang di mau bosnya itu. Setelah menemukan restoran yang cocok Dirga langsung memesannya namun matanya terpokus pada seorang gadis yang sedang makan.
"Imut sekali dia," ujar Bayu dalam bisiknya.
"Maaf Pak, ini pesanannya," ucap seorang pegawai restoran.
"Terimakasih, oh iya Mbak. Aku sekalian bayar makanan gadis itu," ungkap Bayu.
Pegawai itu terpesona melihat Bayu yang gagah dan tampan.
"Pria idaman," ucap pegawai itu yang menutupi dadanya dengan buku menu.
***
Sesampainya Bayu di kantor. Dia lalu menyerahkan makan siang pada Dirga.
"Maaf Pak, ini pesanan Bapak," ucap Bayu.
"Iya, terimakasih."
Dirga langsung menyantap makanan itu dengan lahapnya.
"Rakus sekali," cicit Bayu.
Dirga yang sedang makan lalu menelan dengan pelan-pelan dan merapikan makanya.
"Dasar asisten anak media sosial, selalu komen!"
Setelah menghabiskan waktu seharian di kantor, kini saatnya Dirga pulang kantor. Dia tidak mampir ke sana ke mari, karena dia mengingat akan apa yang di pesankan Michelle.
Tok tok tok
Baru saja menutup pintu terdengar ketukan pintu.
"Siapa lagi?" gumam Dirga dalam hatinya.
Dia masih terbalut dengan emosi terlihat dahi yang mengkerut.
"Siapa lagi sih!" ketus Dirga dalam langkahnya.
"Siapa?"
Dirga melihat seorang wanita tidak tinggi dan tidak pendek, rambut keriting gantung yang di ikat. Senyum manis di berikan gadis itu.
" Permisi Tuan, apa ini rumahnya Nyonya Michelle? "
" Siapa kamu? "
" Maaf Tuan saya Ayu, " ucap Ayu memperkenalkan diri.
" Ayu siapa? "
" Saya penggantinya Bi Muti, " jawab Ayu.
" Saya tidak mempekerjakan anak di bawah umur, " ungkap Dirga yang tegas.
" Tapi Pak, saya sudah besar, bulan lalu saya lulus sekolah menengah atas, " jawab Ayu polos.
" Aku tidak mau anak yang belum punya kartu tanda penduduk sudah kerja, " sanggah Dirga ketus.
Lalu Ayu membuka tasnya dan mengambil selembar kertas.
" Maaf Tuan, saya memang belum punya kartu tanda penduduk tapi saya bawa kartu keluarga kok, " ujar Ayu yang memohon agar tidK di usir.
Dengan memutar bola matanya Dirga tidak mau harinya menjadi nambah kacau setelah Michelle berangkat lebih dulu.
" Sudahlah, masuk sana. Dan rapikan semua yang ada di rumah ini, " pinta Dirga.
Ayu hanya mengerutkan bibirnya, lalu dia masuk. Saat Ayu melangkah lebih dalam tiba-tiba Dirga memberhentikannya.
"Kamar kamu di belakang," teriak Dirga.
"Baik Tuan," jawab Ayu gugup.
Ayu masuk ke dalam rumah Dirga dan dia mulai menyelesaikan tugasnya.
****
Di dalam kamar Dirga memandang langit-langit kamarnya dengan kosong.
"Sepi sekali, andai saja ada tangis bayi di rumah ini. Pasti ramai sekali," gumamnya.
Tok tok tok
"Siapa? Eh maksudnya mau apa?"
"Maaf Tuan, saya tidak bisa memasangkan gas. Karena gas di rumah ini habis," ujar Ayu.
"Ampun ini Asisten baru. Masa tidak bisa apa-apa juga, sama saja seperti Michelle," gerutu Dirga.
Dengan langkah gontai dia berjalan menuju dapur lalu memasangkan regulator pada kepala tabung gas.
"Lain kali kamu belajar masang sendiri," pinta Dirga.
"Baik Tuan, aku baru pertama pakai kompor gas. Di kampung saya pakai tungku," lirih Ayu.
"Apa, tungku?"
Dengan langkah gontai dia berjalan menuju dapur lalu memasangkan regulator pada kepala tabung gas. "Lain kali kamu belajar masang sendiri," pinta Dirga. "Baik Tuan, aku baru pertama pakai kompor gas. Di kampung saya pakai tungku," lirih Ayu. "Apa, tungku?" Dirga mengerutkan dahi, ada rasa ingin tertawa namun dia tidak tega pada Ayu. "Jaman sekarang pakai tungku," ucap Dirga dalam hati. Bangun dari jongkoknya dan berkata. " Ya sudah, kerjakan tugas yang kamu mau." Matanya terpokus pada bungkusan yang tadi dia lemparkan. "Kenapa bungkusan ini tidak kamu buang?" tanya Dirga dengan memicingkan mata. Ayo lalu berjalan mendekati kantong yang berisikan makanan itu. "Nasi uduk ini tidak koto
"Apa itu nyonya? Aku sering melihatnya di televisi tetangga," ujar Ayu. "Ini ponsel, masa kamu tidak tahu?" tanya Michelle. "Yang dia tahu adalah tungku," ucap Dirga yang berdiri menyandar pada pilar yang tadi Ayu mengintip. Michelle langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Dirga. "Hahaha" Michelle mengahampiri Dirga dan memegangi kedua pipinya. "Kamu itu, kasih tahu dong kalau kita tidak punya tungku adanya kompor," seloroh Michelle yang mencolek hidung Dirga. Ayu hanya tersenyum di paksakan, karena tak enak melihat kemesraan di depan matanya. "Saya permisi, mau membersihkan atas ualahku," ucap Ayu yang gugup. Moch dan Dirga menuju kamarnya, tingkah Ayu masih ada dalam pikiran Michelle. "Kenapa kamu tertawa terus sayang?" tanya Dirga. "Tidak apa-apa
Memegangi rasa sakit di kepalanya, Michelle lalu melihat ke arah Ayu. "Kamu tidak apa-apa Yu?" tanya Michelle. Dirga benar-benar di buat kesal oleh Ayu, rasanya ingin mengeluarkan dari mobilnya. Tapi kemauan Michelle tidak bisa dia tolak, terlalu sayang Dirga pada Michelle. Sesampainya di restoran bintang lima tempat yang bersih dan asri membuat siapapun pengunjung yang datang akan betah termasuk Ayu. Michelle menggandeng lengan Dirga, sesekali dia tersenyum melihat ke arah samping. "Andai saja si udik tidak ikut, mungkin ini malam yang romantis untukku dan Michelle," keluh Dirga. Dari arah belakang terdengar suara memanggil-manggil, sehingga Dirga dan Michelle melihat ke sumber suara. "Nona, nona," teriak penjaga keamanan. Dirga mengerutkan dahi. "Apa yang terjadi?" Penjaga keamanan menahan nafasny
Kalau kamu tidak suka, kamu makan tenderloin ini," sambung Michelle. Ayu tidak menyangka kalau majikannya itu begitu baik padanya. Hanya rasa syukur yang Ayu punya. "Kenapa bengong ayo makan," ucap Michelle yang menyodorkan piring berisi daging panggang itu. Dirga merasa cemburu, namun bukan Michelle namanya kalau tidak bisa membuat Dirga tersenyum. "Buka mulutmu sayang," pinta Michelle yang memegangi garpu di ujungnya sudah ada daging yang menempel. Kedua sudut bibir Dirga tersenyum riang dia langsung membuka mulutnya dan hati yang sangat senang. "Pluk" Daging yang sedang potong namun terlempar tepat di wajah Dirga. Wajahnya memerah, hidungnya mengembang dan matanya sedikit membola. Ayu hanya menyengir, dengan menggigit garpu itu, dia langsung mendekati Dirga yang akan mengusap wajahnya dengan saputangan, namun t
"Baiklah, besok kita jadwalkan untuk pergi liburan," pinta Dirga. Anggukkan kecil di berikan Michelle. Mereka berdua lalu berpelukan dan Ayu pun tidak jadi di pecat. Di dalam kamar Michelle berbicara pada Dirga. "Mas, kita mau berangkat kemana?" Dirga yang baru keluar dari kamar mandi masih menggunakan handuk yang melilit di pinggang dan tangannya menggosokkan handuk di kepalanya. "Mau kamunya kemana? Aku sih kemana saja. Yang penting bersama kamu," jawab Dirga yang membaringkan tubuhnya di ranjang size king. Michelle menepisnya. "Sayang pakai baju dulu, nanti kamu masuk angin," teriak Michelle suaranya yang tertahan karena Dirga memeluk erat tubuhnya. "Aku ingin kamu malam ini?" Hanya senyum yan di
"Pak, saya di utus oleh Pak Dirga untuk mengantarkan berkas ini," ujar Ayu. "DEGH" Mata Bayu memandang Ayu begitu terpesona tidak ada Kedipan yang di berikan di antara keduanya. Billy menggaruk kepala belakangnya, dia kemudian menghampiri Ayu. "Ini gadis yang makan di restoran kemarin, wajahnya lebih cantik dari kalau dari dekat," ucap Billy dalam hati. "Tampan sekali orang ini," ucap Ayu dalam hati. "Maaf, ini Tuan berkas dari Tuan Dirga," ucapnya sembari menyodorkan berkas itu. "Oh iya," jawab Billy yang masih terpesona. Ayu tidak lama di kantor Dirga lalu dia berpamitan untuk pulang. "Ya sudah Pak, saya pamit. Permisi," ujar Ayu. *** 
Dirga yang kini terkena rayuan istrinya mulai mau berbicara lagi dan menanggapi apa yang di mau Michelle. "Kamu yakin?" tanya Dirga. "Iya sayang," sahut Michelle seraya mengecup kilas bibir Dirga. Setelah masalahnya di anggap selesai Michelle lalu berpamitan pada Dirga untuk berangkat menuju tempat pemotretan. Setelah Michelle berangkat pemotretan, kini Dirga sendiri lagi di rumah namun berbeda seperti biasanya dulu ada Mutia namun sekarang yang Ayu. Segala keperluannya di urus oleh Ayu. "Kenapa seperti ini, malam yang harusnya bersamanya malah kembali ke rumah," gumam Dirga. "Aaaaaah," Terdengar suara teriakan dari arah dapur. Dirga yang sedang berdiri di atas balkon kini terperanjat dan segera mendekati ke sumber suara. "Ada apa ini?" tanya Dirg
"Tuan, saya berangkat lebih pagi. Tadi sudah mencoba membangunkan Tuan tapi anda tidak bangun. Saya pulang agak terlambat karena saya mau ospek, kalau Tuan pulang lebih awal, Nasi dan lauknya sudah ada di kulkas, tinggal Tuan panaskan saja, teetanda Ayu cantik," ucap Dirga yang menahan tawa dan kesal. "Dasar bocil bisa-bisanya dia menyuruhku."Dirga kesal dia mengepalkan kertas itu menjadi sebuah bola-bola. Namun lapar Dirga mengalahkan egonya, tangannya kini memgangi sendok lalu memasukkannya ke dalam mulut. "Enak juga," pikir Dirga yang mengunyah makanan tersebut. "Lagi ah," Dirga menyendokkan yang kedua. "Aduh apa karena lapar. Bodo amat dah, dia aku gaji. Aku makan saha makanan ini," menyendokkan nasi yang ketiga, keempat, hingga tersisalah piring dan sendoknya saja.
"Tuan, saya berangkat lebih pagi. Tadi sudah mencoba membangunkan Tuan tapi anda tidak bangun. Saya pulang agak terlambat karena saya mau ospek, kalau Tuan pulang lebih awal, Nasi dan lauknya sudah ada di kulkas, tinggal Tuan panaskan saja, teetanda Ayu cantik," ucap Dirga yang menahan tawa dan kesal. "Dasar bocil bisa-bisanya dia menyuruhku."Dirga kesal dia mengepalkan kertas itu menjadi sebuah bola-bola. Namun lapar Dirga mengalahkan egonya, tangannya kini memgangi sendok lalu memasukkannya ke dalam mulut. "Enak juga," pikir Dirga yang mengunyah makanan tersebut. "Lagi ah," Dirga menyendokkan yang kedua. "Aduh apa karena lapar. Bodo amat dah, dia aku gaji. Aku makan saha makanan ini," menyendokkan nasi yang ketiga, keempat, hingga tersisalah piring dan sendoknya saja.
Dirga yang kini terkena rayuan istrinya mulai mau berbicara lagi dan menanggapi apa yang di mau Michelle. "Kamu yakin?" tanya Dirga. "Iya sayang," sahut Michelle seraya mengecup kilas bibir Dirga. Setelah masalahnya di anggap selesai Michelle lalu berpamitan pada Dirga untuk berangkat menuju tempat pemotretan. Setelah Michelle berangkat pemotretan, kini Dirga sendiri lagi di rumah namun berbeda seperti biasanya dulu ada Mutia namun sekarang yang Ayu. Segala keperluannya di urus oleh Ayu. "Kenapa seperti ini, malam yang harusnya bersamanya malah kembali ke rumah," gumam Dirga. "Aaaaaah," Terdengar suara teriakan dari arah dapur. Dirga yang sedang berdiri di atas balkon kini terperanjat dan segera mendekati ke sumber suara. "Ada apa ini?" tanya Dirg
"Pak, saya di utus oleh Pak Dirga untuk mengantarkan berkas ini," ujar Ayu. "DEGH" Mata Bayu memandang Ayu begitu terpesona tidak ada Kedipan yang di berikan di antara keduanya. Billy menggaruk kepala belakangnya, dia kemudian menghampiri Ayu. "Ini gadis yang makan di restoran kemarin, wajahnya lebih cantik dari kalau dari dekat," ucap Billy dalam hati. "Tampan sekali orang ini," ucap Ayu dalam hati. "Maaf, ini Tuan berkas dari Tuan Dirga," ucapnya sembari menyodorkan berkas itu. "Oh iya," jawab Billy yang masih terpesona. Ayu tidak lama di kantor Dirga lalu dia berpamitan untuk pulang. "Ya sudah Pak, saya pamit. Permisi," ujar Ayu. *** 
"Baiklah, besok kita jadwalkan untuk pergi liburan," pinta Dirga. Anggukkan kecil di berikan Michelle. Mereka berdua lalu berpelukan dan Ayu pun tidak jadi di pecat. Di dalam kamar Michelle berbicara pada Dirga. "Mas, kita mau berangkat kemana?" Dirga yang baru keluar dari kamar mandi masih menggunakan handuk yang melilit di pinggang dan tangannya menggosokkan handuk di kepalanya. "Mau kamunya kemana? Aku sih kemana saja. Yang penting bersama kamu," jawab Dirga yang membaringkan tubuhnya di ranjang size king. Michelle menepisnya. "Sayang pakai baju dulu, nanti kamu masuk angin," teriak Michelle suaranya yang tertahan karena Dirga memeluk erat tubuhnya. "Aku ingin kamu malam ini?" Hanya senyum yan di
Kalau kamu tidak suka, kamu makan tenderloin ini," sambung Michelle. Ayu tidak menyangka kalau majikannya itu begitu baik padanya. Hanya rasa syukur yang Ayu punya. "Kenapa bengong ayo makan," ucap Michelle yang menyodorkan piring berisi daging panggang itu. Dirga merasa cemburu, namun bukan Michelle namanya kalau tidak bisa membuat Dirga tersenyum. "Buka mulutmu sayang," pinta Michelle yang memegangi garpu di ujungnya sudah ada daging yang menempel. Kedua sudut bibir Dirga tersenyum riang dia langsung membuka mulutnya dan hati yang sangat senang. "Pluk" Daging yang sedang potong namun terlempar tepat di wajah Dirga. Wajahnya memerah, hidungnya mengembang dan matanya sedikit membola. Ayu hanya menyengir, dengan menggigit garpu itu, dia langsung mendekati Dirga yang akan mengusap wajahnya dengan saputangan, namun t
Memegangi rasa sakit di kepalanya, Michelle lalu melihat ke arah Ayu. "Kamu tidak apa-apa Yu?" tanya Michelle. Dirga benar-benar di buat kesal oleh Ayu, rasanya ingin mengeluarkan dari mobilnya. Tapi kemauan Michelle tidak bisa dia tolak, terlalu sayang Dirga pada Michelle. Sesampainya di restoran bintang lima tempat yang bersih dan asri membuat siapapun pengunjung yang datang akan betah termasuk Ayu. Michelle menggandeng lengan Dirga, sesekali dia tersenyum melihat ke arah samping. "Andai saja si udik tidak ikut, mungkin ini malam yang romantis untukku dan Michelle," keluh Dirga. Dari arah belakang terdengar suara memanggil-manggil, sehingga Dirga dan Michelle melihat ke sumber suara. "Nona, nona," teriak penjaga keamanan. Dirga mengerutkan dahi. "Apa yang terjadi?" Penjaga keamanan menahan nafasny
"Apa itu nyonya? Aku sering melihatnya di televisi tetangga," ujar Ayu. "Ini ponsel, masa kamu tidak tahu?" tanya Michelle. "Yang dia tahu adalah tungku," ucap Dirga yang berdiri menyandar pada pilar yang tadi Ayu mengintip. Michelle langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Dirga. "Hahaha" Michelle mengahampiri Dirga dan memegangi kedua pipinya. "Kamu itu, kasih tahu dong kalau kita tidak punya tungku adanya kompor," seloroh Michelle yang mencolek hidung Dirga. Ayu hanya tersenyum di paksakan, karena tak enak melihat kemesraan di depan matanya. "Saya permisi, mau membersihkan atas ualahku," ucap Ayu yang gugup. Moch dan Dirga menuju kamarnya, tingkah Ayu masih ada dalam pikiran Michelle. "Kenapa kamu tertawa terus sayang?" tanya Dirga. "Tidak apa-apa
Dengan langkah gontai dia berjalan menuju dapur lalu memasangkan regulator pada kepala tabung gas. "Lain kali kamu belajar masang sendiri," pinta Dirga. "Baik Tuan, aku baru pertama pakai kompor gas. Di kampung saya pakai tungku," lirih Ayu. "Apa, tungku?" Dirga mengerutkan dahi, ada rasa ingin tertawa namun dia tidak tega pada Ayu. "Jaman sekarang pakai tungku," ucap Dirga dalam hati. Bangun dari jongkoknya dan berkata. " Ya sudah, kerjakan tugas yang kamu mau." Matanya terpokus pada bungkusan yang tadi dia lemparkan. "Kenapa bungkusan ini tidak kamu buang?" tanya Dirga dengan memicingkan mata. Ayo lalu berjalan mendekati kantong yang berisikan makanan itu. "Nasi uduk ini tidak koto
Pagi yang cerah itu dihiasi dengan ayam tepung yang gosong, namun Dirga begitu menerima kemampuan Michelle. "Sayang, maaf ya. Nanti aku belajar kursus memasak untuk kamu," ucap Michelle dengan manjanya. Setelah menunggu beberapa lama terdengar suara ketukan pintu. Tok tok tok "Siapa yang datang? Masa pembantu itu sudah datang lagi," ujar Dirga. Dia kemudian menuju pintu depan masih dengan celana pendeknya. "Ceklek" Saat dibuka ternyata yang berdiri di depan pintu adalah seorang pria berjaket hijau. "Ada apa ya?" tanya Dirga penasaran. "Ini Pak, ada pesanan atas namanya Michelle,"