Joly telah selesai menyiapkan makan malam untuk Liam, karena suaminya akan pulang malam ini. Sembari menunggu Liam pulang Ashlyn memutuskan untuk menonton acara komedi di televisi. Setelah menghabiskan selama dua jam di depan televisi Ashlyn mendengar langkah kaki yang mendekat ke ruangan tempat ia menonton.
Joly melihat kebelakang dan menemukan Liam yang berjalan masuk.
“Liam kau sudah lama sampai?” tanya Ashlyn berdiri lalu mendekati suaminya.
“Aku baru saja sampai.” Jawab Liam lalu mengecup kening Joly yang berdiri di depannya.
Ashlyn tersenyum merasakan kecupan di keningnya.” Biar akau bawakan.” Ashlyn mengambil tas kerja yang di bawa Liam.
“Apa kau ingin makan dulu atau mandi dulu?” tanya Joly.
“Aku akan mandi dulu.” Jawab Liam.
“Baiklah akau akan memanaskan makanannya.” Ujar Joly.
***
Setelah makan malam Liam memasuki ruang kerjanya di apartemen yang mereka tempati. Apartemen yang ditempati Liam dan Joly memiliki luas 300 meter persegi dengan ruang tamu dan dapur menyatu. mereka memang memutuskan untuk tinggal di Apartement Liam selagi belum memiliki anak karena selain dekat dari kantor Liam juga dekat dengan kantor Joly. Hal ini akan memudahkan untuk melakukan kegiatan dan tidak terlalu lelah dalam menempuh jarak ke tempat kerja.
Joly membuka pintu ruang kerja Liam dengan pelan, terlihat Liam yang masih fokus berkerja setelah perjalanan dari luar kota yang melelahkan, Joly berjalan mendekatinya namun sepertinya Liam tidak sadar dengan kedatangannya.
Joly berdiri dibelakang Liam. “Apa kau tidak lelah?” Tanya Ashlyn sembari memberi pijitan di kedua bahunya. Liam hanya menikmati pijitan Ashlyn dibahunya tampa menjawab pertanyaan yang Ashlyn berikan dan mulai memejam matanya serta bersandar disandaran kursi kerjanya.
“Sepertinya anda sangat lelah tuan.” Goda Joly kepada Liam dengan suara lembutnya.
“Hm!” Gumam Liam membenarkan pernyataan Joly.
Joly lalu berjalan ke depan dan duduk dipangkuan Liam dengan posisi menyamping lalu merangkul leher Liam. Joly benar-benar merindukan Liam.
“Istirahatlah, aku tahu kau pasti sangat lelah”. Ujar Joly sembari merapikan rambut lelaki itu yang sedikit jatuh menutupi matanya. Liam hanya menganguk dengan apa yang Joly katakan.
Joly hanya tersenyum saat melihat raut wajah penuh dengan pertanyaan dari Liamkenapa Joly tidak mengikutinya dan masih berdiam diri di sini. “ Aku akan merapikan meja kerjamu sebentar”. Ujar Joly menjawab pertanyaan yang ada dimuka Liam. Liam pun hanya menganguk dan melanjutkan untuk pergi beristirahat.
Joly melihat meja kerja Liam yang terdapat banyak map-map dan juga berkas-berskar penting dari perkerjaanya. Meja kerjanya tidak terlalu berantakan hanya perlu menyusun beberapa berkas dan menutup laptop yang ia gunakanan. Joly memang sering melakukan ini dan menyimpan file atau menutup file yang ia simpan di PCnya.
Setelah selesai dengan meja kerja Liam Joly keluar dan mengambil jas Liam yang masih tertinggal di sofa tempat ia menonton tadi. Joly mengambil jas dan memeriksa semua kantong yang ada untuk mengecek apakah ada benda-benda penting milik Liam karena jas tersebut akan diantarkan ke Binatu pakain esok hari.
Awalnya Joly tidak menemukan apapun di kantong jas milik Liam, namun saatmemeriksa kantong bagian dalam Joly merasakan sesuatu seperti sebuah kartu. Merasakan hal itu Joly mengambilnya dan melihat apa yang ada dalam kantong tersebut. Ternyata sebuah kartu member dari sebuah klub.
“Hm! Kartu apa ini?” gumam Joly lalu membaca keterangannya karena kartu itu berwarna sedikit nyentrik dimata Joly. Ada berbagai macam warna kuning,hitam,hijau merah dan lainnya Joly tidak begitu memperhatikannya.
VVIP member
Paradise Snow Club
Name : L.V. Linton
Dalam kartu member tersebut terdapat beberapa informasi tentang kepemilikan kartu di antaranya usia alamat dan sebagainya. Joly sedikit binggung kenapa Liam memiliki kartu ini, apakah ini memang miliknya atau milik orang lain. Tidak masalah memiliki kartu member VVIP dari sebuah klub malam karena Liam memang merupakan pengusaha yang menyediakan anggur-anggur terbaik untuk berbagai klub. Namun kenapa dengan member klub ini, klub yang sangat terkenal sebagai surganya orang-orang yang menganut kebebasan berhubungan.
Hampir tiga puluh menit Joly memikirkannya dan apakah harus menanyakan hal ini kepada Liam. Karena memiliki kartu member VVIP sebagai member dari paradise snow club. Joly bukan istri yang mengekang suami untuk pergi ke klub malam hanya saja paradise snow club sangat menganggunya.
Joly masuk kedalam kamar dan melihat Liam telah tidur dengan lelap. Joly mengambil tempat di samping Liam dan berbaring menghadap Liam yang tidur dengan posisi wajah menghadap ke atas. Joly terus terus memandang wajah tidur Liam yang masih sangat tampan dengan rahang dan tegas, hidung yang berdiri kokoh serta memiliki bibir yang tidak beitu tebal namun jga tidak tipis.
Semua kesempurnaan yang ada pada Liam merupakan hal beruntung yang dapat dimiliki Joly. Namun penemuan kartu tadi benar-benar membuat Joly terganggu dan perasaan tidak nyamannya. Malam yang biasanya indah dan menenagkan entah mengapa terasa sesak malam ini.
***
Joly bangun dari tidurnya lebih pagi dari hari-hari biasanya, karena semalam bahkan ia tidak bisa memutup matanya dengan nyenyak. Kartu yang ia temukan semalam benar-benar menganggupikirannya.
Setelah membersihkan wajah dan menyikat giginya Joly pergi ke pantry apartemen dan melihat maid yang berkerja untuk mereka sedang membuat sarapan.
“Selamat pagi ms. Joly, ada yang bisa saya bantu?” tanya sang maid saat melihat nyonyanya yang duduk di meja makan.
“Selamat pagi, tidak ada bibi aku hanya ingin duduk di sini.” Jawab Joly.
“Anda ingin apa untuk sarapan pagi ini Ms.Joly?” tanya maid itu lagi kepada Joly.
“Apa saja bibi, dan tolong buatkan teh untuk ku.” Jawab Joly
“Baik Ms. Joly.” Jawab wanita yang telah lama berkerja di apartemen mereka bahkan sebelum Joly dan Liam menikah.
Joly tidak begitu fokus dengan teh yang telah di hidangkan bibi Livi dan tidak menyadari kehadiran Liam yang sudah berdiri di belakangnya. Liam mengecup kepala Joly lalu duduk di samping wanita itu.
“Morning honey!” sapa Liam kepada joly.
Joly menoleh dan mendapati bahwa suaminya Liam telah duduk di sampinnya. “Morning...” jawab joly tersenyum kepada Liam.
Melihat Liam yang telah duduk dikursinya bibi Livi menyiapkan dengan cepat sarapan untuk tuan yang telah menjadi bosnya selama lima tahun terakhir.
“Apakah kau sudah sarapan?” Tanya Liam kepada Joly.
“Aku sedang tidak ingin sarapan, mungkin beberapa saat lagi.” Jawab Joly.
“Baiklah.” Liam menyantap sarapan yang telah ada di depannya dengan tenang.
Seminggu berlalu sejak Joly menemukan kartu member milik Liam dari sebuah klub kenamaan di kota Italy. Dua hari setelah Joly menemukan kartu itu Liam pernah bertanya kepadanya apakah ia menemukan sebuah kartu setelah ia pulang dari luar kota, namun Joly berkata dia tidak menemukan kartu apapun dan menanyakan apakah kartunya sangat penting dan Liam sangat membutuhkannya. Liam hanya menjawab bahwa kartu itu cukup penting namun ia akan mendapatkan nya lagi. Joly t
Joly mengerjabkan matanya dan mulai fokus melihat cahaya yang masuk dari jendela yang ada dibalkon kamarnya dan Liam. Joly masih berusaha untuk mengatur nyawanya setelah bangun dari tidur dan menemukan ia bangun sendirian hanya menggunakan selimut dan tampa ada Liam di sampingnya.Joly meraih handphonenya yang ada di atas nakas dan melihat sebuah notifikasi masuk dari salah satu aplikasi pesan miliknya, yang ternyata dari Liam.
Liam memandangi wajah tidur Joly yang lelap tertidur disampingnya. Liam merasakan semenjak ia pulang dari luar kota seminngu yang lalu Joly sedikit lebih pendiam kepadanya. Wanita itu yang biasanya selalu manja dan banyak bicara kepadanya menjadi aneh dan lebih suka melamun.Liam tidak tahu apa yang terjadi kepada Joly selama ia pergi keluar kota, namun sikap Joly yang sekarang sedikit menganggunya. Liam kembali memangi wanita itu. Wan
Alex mengamati foto yang ada di tangannya seorang wanita muda yang telah bersuami namun sialnya menarik perhatiannya sejak pertama kali bertemu.“Kau akan membakar foto itu dengan tatapamu yang membara itu.” Ejek lelaki muda yang tadi memberikan map itu kepadanya.
Joly memasuki ruangan Liam dengan pelan tampa mengetuk pintu terlebih dahulu. Joly melihat Liam sedang fokus dengan berkas dan layar komputer di depannya. Namun belum sampai Joly ke meja lelaki itu sudah menyadari kedatangannya dan melihat kedatangan joly yang masih berjalan dengan pelan.“Kau sudah sampai.” Sapa Liam dan melepaskan kaca mata yang mengantung di hidunnya mancunngya yang berdiri kokoh.
Liam memasuki ruang kerjanya setelah menyelesaikan rapat untuk melakukan evaluasi atas rencana pembangunan pabrik baru di Jerman karena peningkatan konsumsi wine dan peluang yang menjanjikan dinegara tersebut membuat Liam melirik negara tersebut sebagai lahan bisnis yang akan ia investasikan. Perusahaan Liam sudah melakukan studi lapangan yang mendalam di Jerman dan juga telah melakukan riset pasar yang mumpuni terhadap produk-produk mereka dinegara itu dan be
Joly berjalan menuju ruangan yang ada dikantornya dengan wajah yang sedikit pucat dan terlihat kurang sehat.“Selamat pagi Joly!” sapa Lea asisten Joly.“Selamat pagi Lea!” balas Joly dengan sedikit tersenyum.
Joly memeriksa semua laporan yang diberikan Lea kepadanya tentang proyek yang diminta oleh sebuah perusahaan real estat untuk memakai jasa pengiklan mereka sebagai media mempromosikan hotel mewah di pantai Positano.“Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka selalu mengkomplain pekerjaan kita?” Tanya Joly kesal.
Langkah kaki Liam berjalan tegap menyusuri lorong bawah tanah menuju ruangan dimana Toni ditahan, setiap langkah yang dilewatinya membawah aura gelap dan amarah yang mendalam. Seorang penjaga membukakan pintu ruangan saat Liam ingin memasuki ruangan tersebut.Disana nampak temannya yang sudah babak belur dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi.Liam melihat wajah mantan temannya itu yang menyeringai mengejek melihat kedatangan.“Cih, kenapa lama sekali kau datang teman, apakah kau sangat berduka atas kematian anakmu.” Ucap Toni mengejek Liam sambil tertawa.Bugh!!! Suara keras yang muncul karena Liam yang menghantamkan tinjunya ke wajah Toni.“Cih…” Ludah Toni masih tetap menyeringai mengejek Liam yang menghantamkan tinju kepadanya.“Apa kau berharap aku menyesali perbuatanku?” Ucap Toni mengejek Liam yang diam.“Apa kau ingin membunuhku sekarang?” Ejek Toni lagi semakin bersemangat untuk mengejek Liam.Hening, tidak ada jawaban dari Liam, lelaki itu memilih menarik kursi yang ada
Liam memandang nanar wajah pucat Joly, darah terus mengalir dari bagian bawah tubuh istrinya. Darah itu terus mengalir hingga Liam dapat merasakan cairan membasahi kursi mobil yang sedang melaju dengan kecapatan gila.Ini semua salahnya yang tidak bisa melindungi istrinya, sesal Liam.“Ku mohon, cepatlah.” Ucap Liam mulai panik melihat Joly kehilangan kesadarannya.Tampa sadar air mata Liam mengalir melihat joly yang pucat dan tubuhnya semakin dingin karena banyak mengeluarkan darah.Sedangkan Alex yang sejak tadi mengemudi dengan kecepatan gila, menjadi kalut dan mengemudi dengan kecepatan gila-gilaan, ia hampir tidak peduli bagaimana ia menginjak pedal gas dengan kencang, baginya yang terpenting sekarang adalah sampai ke rumah sakit secepat mungkin.Suasana sunyi jalanan menjadi mencekam, malam berhenti berbisik seolah kehidupan yang ikut terhenti. Untuk pertama kali dalam hidupnya Liam memohon kepada tuhan agar menyelamatkan dua kehidupan di pelukannya.Liam tidak tahu harus berbuat
Desigan suara mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi membelah anginmalam di jalan sepi menuju pinggir kota, suasana gelap dan jalan yang berbelok tidak membuat Liam mengurangi kecepatan mobil yang ia kendarai.Rasa khawatir atas Joly membuatnya tidak berpikir dua kali untuk menginjak pedal gas mobil yang di kendarainya. Bagi Liam sendiri hal terpenting sekarang adalah sampai ke tempat Joly secepat mungkin.Sejak melihat bagaimana wajah Alex yang tergesa-gesa ingin segera meninggalkan ruangan tersebut, tampa memperdulikan keberadaan ayahnya yang merupakan sosok yang selalu ia hormati membuat Liam mempunyai firasat buruk yang tidak bisa ia kendalikan.Firasat buruk yang menghantuinya akhir-akhir ini, sejak hubungannya dan Toni menjadi sangat buruk.Liam menginjak pedal gas mobilnya lebih kuat, dan dengan tekat yang kuat ia ingin segera menemnui keberadaan wanita tercintanya dan berharap semua baik-baik saja.“Aku bersumpah akan sel
Suara tembakan terdengar sangat jelas dari dalam rumah yang Joly tinggali, suasana yang tadinya tenang berubah menjadi begitu mencekam. Penjaga-penjaga yang berjaga satu persatu runtuh menyebabkan keberadaan Joly dan Leon semakin terancam.“Leon…” Panggil Joly ketakutan.“Tenanglah Joly…kau sebaiknya ke kamarmu dan kunci semua pintu dan jendela.” Ucap Leon.“Tidak! Aku tidak akan kemanapun.” Bantah Joly.“Joly! Tenangkan dirimu…pergilah bersembunyi.” Perintah Leon.“Lalu kau mau kemana?!” Tanya Joly panic.“Aku akan berusaha menghambat mereka sampai bantuan datang.” Jelas Leon.“Leon…Hiks..hiks…hiks aku takut…” tangis Joly.“Sssttt….,tenanglah semua akan baik-baik saja. Sekarang pergilah bersembunyi. Berhati-hatilah jangan keluar sampai aku menjemputmu.” Ucap Leon.“Hiks&h
Nampak semua orang yang tadi terlibat dalam keributan di ruangan pesta telah berkumpul di ruangan lain, suasana ruangan menjadi semakin menegangkan karena dua belah pihak yang sama-sama memiliki kuasa.Kedua belah pihak saling mengintimidasi, menunjukan bahwa satu sama lain tidak takut dengan apa yang mereka hadapi.Tuan Red melihat wajah anaknya yang terdapat bekas pukulan keras dari anak muda yang berdiri tidak jauh darinya dan masih menatap tajam penuh intimidasi satu sama lainnya.“Jelaskan!” Perintah tuan Red menatap lurus ke depan dengan penuh nada ketegasan.Alex tidak gentar mendengar ucapan daddynya dan begitu pula Liam yang masih menatap tajam lelaki yang telah menyembunyikan istrinya itu.“Apa kalian tidak mendengarku?! APA YANG TERJADI SEBENARNYA!” Teriak tuan Red dengan penuh penekana dalam setiap katanya.Ruangan itu menjadi semakin panas, kedua lelaki muda masih di penuhi amarah
Liam berdiri di salah satu sudut yang berada di dekat gelas-gelas wine merah dan putih berjejer rapi, di dalam gelas-gelas terdapat cairan yang memiliki kualitas tinggi dan dapat memuaskan lidah-lidah tamu-tamu yang mempunyai penilaian tinggi terhadap minuman berkelas itu.Awalnya Liamtidak akan menghadiri pesta yang di adakan oleh salah satu koleganya itu, namun keberadaan Alex di sana pesta itu membuat Liam mengubah pikirannya dan memutuskan hadir di sana.Pemilik pesta adalah salah satu keluarga jauh dari Alex dan kemungkinan kedatangannya di pesta itu telah di pastikan oleh Benny. Lelaki itu cukup sulit Liam temui karena ia juga bukan lawan yang mudah untuk di hadapi, di tambah Liam yang tidak mempunyai bukti akurat membuktikan bahwa Joly bersama lelaki itu.Liam memandang tajam lelaki yang telah menyembunyikan istrinya itu, dari kejauhan, terlihat Alex sedang bersama dengan kedua orang tuannya dan juga bersama seorang wanita yang di beritakan sedang m
Alex berdiri menhadap jendela besar yang ada di ruangannya, dari ruangannya yang berada di lantai tertinngi gedung itu Alex dapat melihat puncak-puncak gedung-gedung yang tidak lebih tinggi dari gedung tempatnya berdiri sekarang.Namun saat ini Alex tidak sedang membanggakan apa yang telah ia peroleh, namun ia sedang memikirkan seorang wanita yang menarik perhatiannya sejak pertama melihatnya. Seorang wanita yang tidak melihat kepadanya sedikitpun walaupun ia telah berkerja keras untuk menarik simpati dan juga hatinya.Padahal wanita lain biasanya selalu berlomba-lomba untuk bisa dekat dengan nya dan juga ingin menghabiskan malam dengan lelaki sepertinya yang merupakan salah satu bujangan paling diminati sekarang, namun semua itu tidak berlaku bagi Joly yang sekarang ada di dekatnya.Wanita itu walaupun berada di dekatnya, namun terasa semakin sulit untuk di miliki. Beberapa bulan yang Alex habiskan untuk menarik perhatian dan juga simpatinya belum sekalip
Sepasang lengan kekar memijit bahu Liam dari belakang, membuat lelaki itu sedikit tersentak karena tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangannya, namun dengan cepat Liam kembali bersikap dingin karena ia tahu siapa yang berani masuk dan menyentuhnya tampa ijin darinya.“Bukankah kau akan mati dengan mudah jika kau tidak menjaga tubuhmu.” Ujar lelaki itu memperingatkan Liam.“Bukan urusanmu, dan bisakah kau tidak menyentuhku.” Jawab Liam dingin.Toni tersentak mendengar jawaban dingin Liam yang sejak dulu telah bersamanya itu, apakah dirinya benar-benar tidak memiliki arti lagi di mata Liam.“Kau sangat dingin ...” Jawab Toni tertawa hambar berusaha mencairkan suasana yang kaku di antara mereka berdua.Toni dengan perlahan menarik kembali tangannya dan memilih duduk di sofa yang ada di dalam ruang kerja Liam dan tepat menghadap langsung kepada lelaki itu.“Apa mau mu?” Tanya Liam dingin, Li
Bugh!!!Bugh!!!Bugh!!!Terdengar suara pukulan yang berulang-ulang sejak tadi, nampak seorang lelaki mengenakan kemeja putih dengan lengan kemeja yang sudah ia gulung sampai batas siku dan celana hitam yang membalut kaki panjangnya.Nampak beberapa keringat yang mengalir melalui pelipisnya, menandakan bahwa ia telah cukup lama melakukan kegiatannya. Wajah lelaki itu di penuhi dengan kumis dan jambang yang sudah cukup panjang, menandakan ia belum bercukur untuk merapikan wajahnya.Sorotan matanya sangat tajam dan wajah dinginnya mampu membuat orang-orang saling menunduk tidak berani menatap wajah itu.“Sebenarnya apa yang kalian kerjakan?! Aku sudah membayar kalian mahal!... ,namun sampai sekarang kalian tidak bisa menemukan istriku!” Teriak Liam marah.Semua bawahan Liam merasa sangat tertekan sekarang terhadap amukan bos mereka, kepergian istri yang sangat di cinta membuat emosi tuannya sering meledak dan membuat semua b