"Omaigatt!"
Mereka berdua langsung kaget, dan menghentikan kegiatan panas itu tiba-tiba.
"Eh, kalau masuk ketok pintu dulu. Jangan main nyelonong aja," omel Alvin pada Restu yang masuk tanpa permisi.
"Yee ... biasanya gue juga langsung masuk. Lagian kalian berdua juga,
kalau mau ena-ena jangan di sini," balas Restu mengomeli.
"Ih, Kak Restu apaan sih. Ngomong jorok gitu. Lagian siapa juga yang mau lakuin itu, orang kita cuma ciuman doang kok," jelas Kim.
"Iya, ciuman doang Kimmy. Tapi, hargai juga dong sama yang jomblo. Bikin sirik tau nggak."
Seketika itu Restu langsung curhat.
"Mending kita pulang, daripada dengerin curhatan Restu," ajak Alvin membawa Kim keluar ruangan meninggalkan Restu.
Jam menunjukkan pukul 10 malam. Udah malem banget kan, pantesan juga matanya sudah tak bisa diajak kompromi. Pinginnya merem Mulu.
"Hari yang sangat-sangt melelahkan," ujar Kim langsung menghempaskan tubuh d
"Pagi, Restu," sapa Alvin pada Restusaat berpapasan dengannya yang baru saja keluar dari lift."Pagi Bapak Alvin yang terhormat," balas restu tak kalah manisnya, mengalahkan sekilo gula jawa+sebungkus asam jawa. Jadinya, ya asem-asem manis."Pak Restu, itu Pak Alvin kenapa?Kemaren aja galaknya nggak ketulungan, saya berasa mau di makan. Lah, sekarang kenapa malah jadi gitu sih?" tanya Alin bingung saat melihat ekspressi Alvin."Biasa itu mah, masalah percintaan. Bisa bikin orang marah-marah, nangis-nangis, ketawa-ketawa sendiri.Yang pastinya sih, cinta memang bisa bikin orang jadi gila," jelas Restu sok mengerti masalah percintaan."Wahhh...,awas loh. Ntar saya bilangin sama pak bos, kalau Pak Restu ngatain beliau gila," ancam Alin pada Restu"Heh, kamu apaan sih. Awas kalau ngomong, saya nikahin kamu.""Enak aja,mana mau saya. Bapak mah playboy jaman old," ledek Alin langsung berlalu meninggalkan Restu yang masih
Mendengar itu, baik Alvin ataupun Kim mengedarkan pandangan mereka ke asal sumber suara."Dion!?" Kaget Kim.Bisa dibayangin tampangnya Alvin saat ini. Kulitnya kan putih tu, jadi kalau lagi marah, itu mukanya langsung berubah memerah."Selesaiin urusan kamu, aku tunggu di mobil," ujar Alvin dingin dan langsung berlalu meninggalkan Kim dan Dion."Kak," panggil Kim, tapi tak dihiraukannya."Kenapa dia. Dasar orang aneh," ucap Dion melihat reaksi Alvin."Ih, Dion, kamu ngapain sih disini.Bikin masalah buat aku tau nggak," kesal Kim."Salah aku apa?" tanya Dion dengan tampang seakan merasa tak punya salah. Padahal salahnya besar sekali."Udah, mulai sekarang jangan ganggu hidup aku lagi, oke," peringatkan Kim.Ia segera beranjak dari kursinya menuju kasir untuk membayar makanan dan langsung keluar dari cafe."Kim!!" teriak Dion memanggilnya, tapi tak ia hiraukan. Anggap saja itu suara petir
Sementara Kim bingung mau mencari keberadaan Alvin, ternyata Alvinnya sendiri malah sedang berada di apartmentnya Ryan sedang membahas pekerjaan."Lo udah ngomong sama Kim?" tanya Ryan pada Alvin."Udah.""Terus, gimana reaksinya?""Menurut lo?" tanya Alvin balik sambil jari-jarinya masih sibuk mengetik di laptop"Dia pastinya nggak terima kalo lo pergi," tebak Ryan"Dan jawaban lo bener.""Tapi, gimana?''"Entahlah, gue bingung.""Tapi ya Vin, wajar juga kalau dia nggak setuju kalau elo pergi, karna ini waktu yang lama. Ya meskipun bisa pulang, sih, kadang-kadang. Tapi masa iya lo balik sekali seminggu. Nggak mungkin kan."Alvin bisa mendengar perkataan Ryan, hanya saja ia seolah bingung harus komentar seperti apa."Memangnya lo sanggup kalau harus LDR?""Kalau lo tanya, jawaban gue ya enggak. Tapi gue harus profesional," jelas Alvin"Hhah, bener juga sih. Kehidupan rumah tangga emang sulit d
Saat Kim sedang asik-asiknya berendam, seseorang membuka pintu kamar mandi dari arah luar."Kyaaaa!!!!" teriaknya heboh.Mendengar teriakannya yang bak petasan di malam tahun baru itupun, pintu kembali ditutup. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alvin."Kamu di dalem?" tanya Alvin dari luar."Iyalah. Aku tadi kan juga udah bilang kalau mau mandi. Gimana, sih. Makanya, kalau mau masuk ketok dulu, ini malah langsung masuk aja," balasnya mengomel."Kamu juga yang salah, kenapa pintu nya nggak dikunci."Hah, serius, gue lupa ngunci pintunya? Gue yang salah nih ceritanya," pikirnya.Ia langsung menyambar handuk kemudian melilitkan ke badannya, dan segera keluar."Kenapa aku yang disalahin, sih.Kakak dong yang salah. Bukannya tadi aku juga udah bilang kalau mau mandi, dan seenak jidat nya Kakak langsung aja nyelonong masuk."Sepanjang itu omongannya, Alvin hanya membalasnya dengan senyuman nggak jelas.
Alvin sudah memasang tampang kesalnya, saat waktu 15 menit sudah terlewat dari jadwal janjiannya dengan Kim. Bahkan, sudah tak bisa dihitung berapa kali ia mondar-mandir di depan cafe, berharap wanita itu muncul."Haiii, Kak."Alvin langsung balik badan, dan benar, akhirnya wanita yang ia harapkan datang juga."Kenapa lama?""Ya, maaf, baru juga nunggu 15 menit, belum setahun," celetuk Kim."Jangan nyindir," berengutnya mengamit tangan Kim dan membawanya masuk ke area cafe.Kim mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe dengan tatapan bingung. Ya, pasalnya tak ada orang lain di sini selain mereka berdua."Ada namanya pasar hantu, kereta hantu, dan apa ini yang dinamakan cafe hantu," pikirnya dalam hati"Bisa jadi," ujar Alvin, membuat Kim langsung bergelayut di tangan Alvin.Alvin malah tersenyum melihat reaksi Kim. Ya, wanita ini memiliki imajinasi yang sangat tinggi, apalagi kalau sudah membahas masalah han
"Haii, Kim," sapa seseorang turun dari mobil, menghampirinya yang saat itu duduk bersama Restu.Kim langsung menunjukkan wajah tak sukanya pada dia."Dion, kamu ngapain kesini" tanya Kim dengan ekspresi kesal."Di saat dirinya lagi sedih karna kepergian Alvin, malah Dion yang datang tanpa diundang," pikirnya."Ya, aku cuma mau ketemu sama kamu doang," jawabnya."Kamu tahu darimana alamat aku?" tanya Kim."Dari asisten rumah tangga di rumah kamu, dan ngasih alamat sini," jelasnya"Hadehh...,si Bibik," batinnya merutuki tindakan asisten rumah tangganya."Dia siapa, Kim?" tanya Restu"Kak, kenalin, ini Dion.Dia mantan aku," jelasnya pada Restu dengan berat."Oo..., jadi ini anak yang bikin kamu sama Alvin jadi berantem nggak jelas waktu itu," kesal Restu yang memperlihatkan rasa ketidaksukaannya langsung pada Dion."Alvin? Siapa Alvin?" tanya Dion bingung"Dion, aku mau ngejel
Setibanya di kamar, ponselnya yang saat itu ada di sofa, berdering. Saat ia lihat, tenyata Alvin lah yang menghubunginya. Sebenarnya pingin angkat, tapi Nggak tahu kenapa semenjak melihat foto Alvin bersama seorang cewek di sosmed-nya, membuat rasa rindu yang teramat dalam ia abaikan begitu saja.Kim mengenakan dress selutut berwarna biru, hels hitam, dan handbag berwarna hitam. Ia membiarkan rambut sepinggangnya tergerai begitu saja."Ayok," ajaknya pada Hani dan Jeje.Mereka bertiga berangkat menggunakan mobil Jeje. Tak enak badan membuat Kim merasa malas untuk menyetir."Kim, gue perhatiin makin kesini Lo makin beda tau nggak," ungkap Jeje saat dalam perjalanan."Beda apanya, gue masih Kimmy yang dulu. Baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung," terangnya sambil mengumbar senyum manis, meskipun kepalanya dalam keadaan berdenyut pusing."Bukan gitu. Maksud gue tuh, pemikiran, kepribadian, penampilan, dan sikap lo sekarang udah bed
Seperti biasa, pagi ini Kim berangkat ke kampus. Lumayanlah, kepalanya tak sepusing kemarin."Bik, ntar belanja ya, tolong beliin semua bahan-bahan ini," ujarnya pada Bibik dan menyodorkan secarik kertas dengan daftar belanjaan."Siap, Non," balas Bibik."Kalau gitu aku ke kampus dulu, habis dari kampus aku langsung ke kantor. Jadi, Bibik nggak usah siapin makan siang, oke?""Oke, Non."Kim segera menuju kampus yang hanya membutuhkan waktu lima belas menit perjalanan. Seperti keinginan dan perintah sang suami, ia hanya boleh kuliah di kampus yang terletak tak jauh dari kediamannya. Dan sebagai istri, apa yang akan ia lakukan kalau bukan menurut saja."Kimmy," sapa seseorang yang tiba-tiba saja sudah nongol di hadapannya saat turun dari mobil."Astaga! Apaan lagi sih, Dion. Sehari aja, bisa nggak sih kamu nggak nemuin aku?""Enggak."Mendengar jawaban Dion, Kim langsung saja berlalu dari hadapannya.Begitulah, seti