Alvin yang baru sampai di ruangannya, langsung di hampiri oleh Restu. Ia tak tahu saja, kalau hati Alvin sedang tak baik.
"Wah, pangeran es kita udah datang. Gimana honeymoon-nya..?
Asik?"
"Auu ahh gue," jawab Alvin Landung membuka laptopnya.
"Lah, kok au ah, kan lo yang lakuin.
Gimana sih," balas Restu
Restu pun duduk di sofa yang ada di ruangan Alvin sambil sibuk dengan ponsel di tangannya..
''Maaf, Pak," ujar Alin di pintu masuk.
"Ya, masuk. Ada apa?" tanya Alvin, tapi fokusnya masih pada layar laptop yang ada di hadapannya.
Alin berjalan dan berdiri di depan meja Alvin.
"Barusan klien dari Singapura menghubungi saya, apa pertemuannya bisa di percepat satu jam lagi. Karna saya lihat Bapak udah datang dan Bapak juga lagi nggak ada pertemuan, jadi saya sudah katakan, setuju," jelasnya.
'Brakkkk....'
"Gimana sih kamu!" Marah Alvin sambil menggebrak meja yang langsung membuat Alin bahkan rest
"Omaigatt!"Mereka berdua langsung kaget, dan menghentikan kegiatan panas itu tiba-tiba."Eh, kalau masuk ketok pintu dulu. Jangan main nyelonong aja," omel Alvin pada Restu yang masuk tanpa permisi."Yee ... biasanya gue juga langsung masuk. Lagian kalian berdua juga,kalau mau ena-ena jangan di sini," balas Restu mengomeli."Ih, Kak Restu apaan sih. Ngomong jorok gitu. Lagian siapa juga yang mau lakuin itu, orang kita cuma ciuman doang kok," jelas Kim."Iya, ciuman doang Kimmy. Tapi, hargai juga dong sama yang jomblo. Bikin sirik tau nggak."Seketika itu Restu langsung curhat."Mending kita pulang, daripada dengerin curhatan Restu," ajak Alvin membawa Kim keluar ruangan meninggalkan Restu.Jam menunjukkan pukul 10 malam. Udah malem banget kan, pantesan juga matanya sudah tak bisa diajak kompromi. Pinginnya merem Mulu."Hari yang sangat-sangt melelahkan," ujar Kim langsung menghempaskan tubuh d
"Pagi, Restu," sapa Alvin pada Restusaat berpapasan dengannya yang baru saja keluar dari lift."Pagi Bapak Alvin yang terhormat," balas restu tak kalah manisnya, mengalahkan sekilo gula jawa+sebungkus asam jawa. Jadinya, ya asem-asem manis."Pak Restu, itu Pak Alvin kenapa?Kemaren aja galaknya nggak ketulungan, saya berasa mau di makan. Lah, sekarang kenapa malah jadi gitu sih?" tanya Alin bingung saat melihat ekspressi Alvin."Biasa itu mah, masalah percintaan. Bisa bikin orang marah-marah, nangis-nangis, ketawa-ketawa sendiri.Yang pastinya sih, cinta memang bisa bikin orang jadi gila," jelas Restu sok mengerti masalah percintaan."Wahhh...,awas loh. Ntar saya bilangin sama pak bos, kalau Pak Restu ngatain beliau gila," ancam Alin pada Restu"Heh, kamu apaan sih. Awas kalau ngomong, saya nikahin kamu.""Enak aja,mana mau saya. Bapak mah playboy jaman old," ledek Alin langsung berlalu meninggalkan Restu yang masih
Mendengar itu, baik Alvin ataupun Kim mengedarkan pandangan mereka ke asal sumber suara."Dion!?" Kaget Kim.Bisa dibayangin tampangnya Alvin saat ini. Kulitnya kan putih tu, jadi kalau lagi marah, itu mukanya langsung berubah memerah."Selesaiin urusan kamu, aku tunggu di mobil," ujar Alvin dingin dan langsung berlalu meninggalkan Kim dan Dion."Kak," panggil Kim, tapi tak dihiraukannya."Kenapa dia. Dasar orang aneh," ucap Dion melihat reaksi Alvin."Ih, Dion, kamu ngapain sih disini.Bikin masalah buat aku tau nggak," kesal Kim."Salah aku apa?" tanya Dion dengan tampang seakan merasa tak punya salah. Padahal salahnya besar sekali."Udah, mulai sekarang jangan ganggu hidup aku lagi, oke," peringatkan Kim.Ia segera beranjak dari kursinya menuju kasir untuk membayar makanan dan langsung keluar dari cafe."Kim!!" teriak Dion memanggilnya, tapi tak ia hiraukan. Anggap saja itu suara petir
Sementara Kim bingung mau mencari keberadaan Alvin, ternyata Alvinnya sendiri malah sedang berada di apartmentnya Ryan sedang membahas pekerjaan."Lo udah ngomong sama Kim?" tanya Ryan pada Alvin."Udah.""Terus, gimana reaksinya?""Menurut lo?" tanya Alvin balik sambil jari-jarinya masih sibuk mengetik di laptop"Dia pastinya nggak terima kalo lo pergi," tebak Ryan"Dan jawaban lo bener.""Tapi, gimana?''"Entahlah, gue bingung.""Tapi ya Vin, wajar juga kalau dia nggak setuju kalau elo pergi, karna ini waktu yang lama. Ya meskipun bisa pulang, sih, kadang-kadang. Tapi masa iya lo balik sekali seminggu. Nggak mungkin kan."Alvin bisa mendengar perkataan Ryan, hanya saja ia seolah bingung harus komentar seperti apa."Memangnya lo sanggup kalau harus LDR?""Kalau lo tanya, jawaban gue ya enggak. Tapi gue harus profesional," jelas Alvin"Hhah, bener juga sih. Kehidupan rumah tangga emang sulit d
Saat Kim sedang asik-asiknya berendam, seseorang membuka pintu kamar mandi dari arah luar."Kyaaaa!!!!" teriaknya heboh.Mendengar teriakannya yang bak petasan di malam tahun baru itupun, pintu kembali ditutup. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alvin."Kamu di dalem?" tanya Alvin dari luar."Iyalah. Aku tadi kan juga udah bilang kalau mau mandi. Gimana, sih. Makanya, kalau mau masuk ketok dulu, ini malah langsung masuk aja," balasnya mengomel."Kamu juga yang salah, kenapa pintu nya nggak dikunci."Hah, serius, gue lupa ngunci pintunya? Gue yang salah nih ceritanya," pikirnya.Ia langsung menyambar handuk kemudian melilitkan ke badannya, dan segera keluar."Kenapa aku yang disalahin, sih.Kakak dong yang salah. Bukannya tadi aku juga udah bilang kalau mau mandi, dan seenak jidat nya Kakak langsung aja nyelonong masuk."Sepanjang itu omongannya, Alvin hanya membalasnya dengan senyuman nggak jelas.
Alvin sudah memasang tampang kesalnya, saat waktu 15 menit sudah terlewat dari jadwal janjiannya dengan Kim. Bahkan, sudah tak bisa dihitung berapa kali ia mondar-mandir di depan cafe, berharap wanita itu muncul."Haiii, Kak."Alvin langsung balik badan, dan benar, akhirnya wanita yang ia harapkan datang juga."Kenapa lama?""Ya, maaf, baru juga nunggu 15 menit, belum setahun," celetuk Kim."Jangan nyindir," berengutnya mengamit tangan Kim dan membawanya masuk ke area cafe.Kim mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe dengan tatapan bingung. Ya, pasalnya tak ada orang lain di sini selain mereka berdua."Ada namanya pasar hantu, kereta hantu, dan apa ini yang dinamakan cafe hantu," pikirnya dalam hati"Bisa jadi," ujar Alvin, membuat Kim langsung bergelayut di tangan Alvin.Alvin malah tersenyum melihat reaksi Kim. Ya, wanita ini memiliki imajinasi yang sangat tinggi, apalagi kalau sudah membahas masalah han
"Haii, Kim," sapa seseorang turun dari mobil, menghampirinya yang saat itu duduk bersama Restu.Kim langsung menunjukkan wajah tak sukanya pada dia."Dion, kamu ngapain kesini" tanya Kim dengan ekspresi kesal."Di saat dirinya lagi sedih karna kepergian Alvin, malah Dion yang datang tanpa diundang," pikirnya."Ya, aku cuma mau ketemu sama kamu doang," jawabnya."Kamu tahu darimana alamat aku?" tanya Kim."Dari asisten rumah tangga di rumah kamu, dan ngasih alamat sini," jelasnya"Hadehh...,si Bibik," batinnya merutuki tindakan asisten rumah tangganya."Dia siapa, Kim?" tanya Restu"Kak, kenalin, ini Dion.Dia mantan aku," jelasnya pada Restu dengan berat."Oo..., jadi ini anak yang bikin kamu sama Alvin jadi berantem nggak jelas waktu itu," kesal Restu yang memperlihatkan rasa ketidaksukaannya langsung pada Dion."Alvin? Siapa Alvin?" tanya Dion bingung"Dion, aku mau ngejel
Setibanya di kamar, ponselnya yang saat itu ada di sofa, berdering. Saat ia lihat, tenyata Alvin lah yang menghubunginya. Sebenarnya pingin angkat, tapi Nggak tahu kenapa semenjak melihat foto Alvin bersama seorang cewek di sosmed-nya, membuat rasa rindu yang teramat dalam ia abaikan begitu saja.Kim mengenakan dress selutut berwarna biru, hels hitam, dan handbag berwarna hitam. Ia membiarkan rambut sepinggangnya tergerai begitu saja."Ayok," ajaknya pada Hani dan Jeje.Mereka bertiga berangkat menggunakan mobil Jeje. Tak enak badan membuat Kim merasa malas untuk menyetir."Kim, gue perhatiin makin kesini Lo makin beda tau nggak," ungkap Jeje saat dalam perjalanan."Beda apanya, gue masih Kimmy yang dulu. Baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung," terangnya sambil mengumbar senyum manis, meskipun kepalanya dalam keadaan berdenyut pusing."Bukan gitu. Maksud gue tuh, pemikiran, kepribadian, penampilan, dan sikap lo sekarang udah bed
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa
Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.
"Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m
Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa
Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin
Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya
Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa
"Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e
"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh