Setelah selesai mandi dan berbenah diri. Kim segera menghampiri Bibik yang sedang menunggunya di teras.
"Ayok, Bik," ajaknya.
"Non, ini kita jalan kaki lagi loh, beneran nggak apa-apa?"
"Iya, Bik."
"Kalau tiba-tiba ditengah jalan Non capek, nggak bakalan ada Den Alvin yang gendong loh," kelakar Bibik.
"Ih, Bibik."
Mereka berdua segera memulai perjalanan menuju pasar.
"Wah, ini siapa, Bik, cantik banget" tanya beberapa ibu-ibu yang menghampirinya dan Bibik.
"Ini Non Kimmy, majikan saya."
"Bukannya majikan Bibik anaknya cuma satu yang cowok waktu itu?"
"Iya, ini istrinya," jelas Bibik.
"Ooh, udah nikah ya si cowok ganteng itu, kirain belum. Padahal saya mau ngejodohin sama putri saya."
Emosi Kim yang awalnya berada di jempol kaki, tiba-tiba langsung naik mencapai ubun-ubun. Apa-apa'an mereka mengatakan itu, mau menguji emosinya.
"Tenang, Non," bisik Bibik di sampingnya, saat tahu kalau ekspresi
Kim kembali mendekat pada Alvin. Tak bisa ia pungkiri, beberapa hari tak bertemu memang membuatnya merindukan sosok suaminya itu."Aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu," bisik Kim langsung mencium Alvin.Mendapatkan itu dari Kim, tentu saja membuat Alvin senang. Ia merengkuh tubuh Kim agar semakin mendekat padanya.Beberapa saat kemudian ia melepaskan ciumannya pada Alvin."Ckck, gaya kamu doang yang bilang nggak kangen sama aku, buktinya kamu malah lebih agresif," ujar Alvin dengan senyum evilnya itu. "Tapi aku menyukainya."Alvin kembali menarik Kim ke pelukannya. Aroma yang sangat ia rindukan."Lain kali, kamu nggak bakalan aku ijinin untuk pergi dalam jangka waktu yang lama," bisik Alvin."Begitupun dengan Kakak," balas Kim.''Aku pergi? Itu nggak mungkin, karena kemanapun kakiku melangkah, harus ada kamu di sampingku," terangnya."Oh, ya, kita lihat saja nanti.""Bisakah kita melakukannya sekarang, aku
"Huftt..., kenapa dia jadi nyeremin gitu sih," gumam Kim bergidik ngeri.Saat lagi mandi, tiba-tiba Kim mendengar suara ponsel Alvin berdering.''Jangan kemana-mana, terima teleponnya di situ aja," ujar Kim berteriak pada Alvin."Hmm," jawabnya."Ya, Res," jawab Alvin."Vin, lo masih di kampungnya Bibik?""Iyalah, mang napa?" "Lo nggak lupa kan, besok jam 7 malam kita ada pertemuan sama klien?""Iya, besok gue sama Kim balik kok," jelasnya."Aku enggak loh, Kakak aja yang balik." Kim menyambung ucapannya Alvin dari kamar mandi."Kim, cepetan lanjutin aja mandinya, kalo nggak aku tinggal nih," balas Alvin."Vin," panggil Restu."Apaan?""itu suara Kim? Kalian lagi ngapain sih?" tanya Restu
Setelah puas jalan atau yang dianggap Alvin sebagai kencan, mereka berdua balik ke rumah Bibik."Malam, Bik," sapa Kim pada Bibik yang saat itu masih menunggunya dan Alvin."Malam, Non," jawab Bibik."Aku langsung tidur ya, Bik, capek banget," ujarnya."Iya udah, Non istirahat aja," balas Bibik.Dengan tampang capek dan belum mandi Kim langsung masuk kamar.Yakali di jam 10 malam ini ia harus mandi, apa kata Mak Kunti yang lagi bergelantungan di pohon jengkol belakang rumah nantinya. Tentu saja ia kaget, liat dirinya mandi tengah malam.Setibanya di kamar, ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan rasanya tulang punggungnya berasa remuk."Oh ayolah Kim, lo lupa kalau ini bukan tempat tidur lo," gumamnya mengingatkan dirinya sendiri."Sudah pulang Den, bagaimana jalan-jalannya, pasti sangat menyenangkan," ujar Bibik pada Alvin yang baru saja masuk rumah."Iya, Bik, menyenangkan," jawabnya."Oiya,
Pagi harinya saat bangun tidur, Alvin sudah nggak ada disampingnya. Sepertinya diaudah bangun duluan. Meskipun dia tidur tengah malem, pasti bangunnya tetap pagi. Nah ia, semakin larut malam tidur, semakin siang lah dirinya akan bangun. Tapi itu bukan motto hidupnya loh."Hohh, pagi yang sangat indah. Jadi betah lama lama di sini," ujar Kim sambil bentangin kedua tangan menikmati udara pagi di halaman rumah."Enak aja kamu bilang betah lama-lama di sini. Pokoknya kamu harus ikut aku pulang hari ini." Alvin tiba-tiba saja lansung menyambar ucapannya barusan."Tapi kan....""No koment Kimmy."Kebiasaan buruk Alvin adalah, tak pernah membiarkan Kim menyelesaikan perkataannya."Kakak habis dari mana?" tanya Kim padanya yang duduk di teras sambil sibuk sama ponselnya."Jalan-jalan."''Kenapa aku nggak di bangunin, kan aku juga pingin ikut," rengek Kim sambil duduk di sampingnya"Cuma deket sini doang," bal
Alvin yang baru sampai di ruangannya, langsung di hampiri oleh Restu. Ia tak tahu saja, kalau hati Alvin sedang tak baik."Wah, pangeran es kita udah datang. Gimana honeymoon-nya..?Asik?""Auu ahh gue," jawab Alvin Landung membuka laptopnya."Lah, kok au ah, kan lo yang lakuin.Gimana sih," balas RestuRestu pun duduk di sofa yang ada di ruangan Alvin sambil sibuk dengan ponsel di tangannya..''Maaf, Pak," ujar Alin di pintu masuk."Ya, masuk. Ada apa?" tanya Alvin, tapi fokusnya masih pada layar laptop yang ada di hadapannya.Alin berjalan dan berdiri di depan meja Alvin."Barusan klien dari Singapura menghubungi saya, apa pertemuannya bisa di percepat satu jam lagi. Karna saya lihat Bapak udah datang dan Bapak juga lagi nggak ada pertemuan, jadi saya sudah katakan, setuju," jelasnya.'Brakkkk....'"Gimana sih kamu!" Marah Alvin sambil menggebrak meja yang langsung membuat Alin bahkan rest
"Omaigatt!"Mereka berdua langsung kaget, dan menghentikan kegiatan panas itu tiba-tiba."Eh, kalau masuk ketok pintu dulu. Jangan main nyelonong aja," omel Alvin pada Restu yang masuk tanpa permisi."Yee ... biasanya gue juga langsung masuk. Lagian kalian berdua juga,kalau mau ena-ena jangan di sini," balas Restu mengomeli."Ih, Kak Restu apaan sih. Ngomong jorok gitu. Lagian siapa juga yang mau lakuin itu, orang kita cuma ciuman doang kok," jelas Kim."Iya, ciuman doang Kimmy. Tapi, hargai juga dong sama yang jomblo. Bikin sirik tau nggak."Seketika itu Restu langsung curhat."Mending kita pulang, daripada dengerin curhatan Restu," ajak Alvin membawa Kim keluar ruangan meninggalkan Restu.Jam menunjukkan pukul 10 malam. Udah malem banget kan, pantesan juga matanya sudah tak bisa diajak kompromi. Pinginnya merem Mulu."Hari yang sangat-sangt melelahkan," ujar Kim langsung menghempaskan tubuh d
"Pagi, Restu," sapa Alvin pada Restusaat berpapasan dengannya yang baru saja keluar dari lift."Pagi Bapak Alvin yang terhormat," balas restu tak kalah manisnya, mengalahkan sekilo gula jawa+sebungkus asam jawa. Jadinya, ya asem-asem manis."Pak Restu, itu Pak Alvin kenapa?Kemaren aja galaknya nggak ketulungan, saya berasa mau di makan. Lah, sekarang kenapa malah jadi gitu sih?" tanya Alin bingung saat melihat ekspressi Alvin."Biasa itu mah, masalah percintaan. Bisa bikin orang marah-marah, nangis-nangis, ketawa-ketawa sendiri.Yang pastinya sih, cinta memang bisa bikin orang jadi gila," jelas Restu sok mengerti masalah percintaan."Wahhh...,awas loh. Ntar saya bilangin sama pak bos, kalau Pak Restu ngatain beliau gila," ancam Alin pada Restu"Heh, kamu apaan sih. Awas kalau ngomong, saya nikahin kamu.""Enak aja,mana mau saya. Bapak mah playboy jaman old," ledek Alin langsung berlalu meninggalkan Restu yang masih
Mendengar itu, baik Alvin ataupun Kim mengedarkan pandangan mereka ke asal sumber suara."Dion!?" Kaget Kim.Bisa dibayangin tampangnya Alvin saat ini. Kulitnya kan putih tu, jadi kalau lagi marah, itu mukanya langsung berubah memerah."Selesaiin urusan kamu, aku tunggu di mobil," ujar Alvin dingin dan langsung berlalu meninggalkan Kim dan Dion."Kak," panggil Kim, tapi tak dihiraukannya."Kenapa dia. Dasar orang aneh," ucap Dion melihat reaksi Alvin."Ih, Dion, kamu ngapain sih disini.Bikin masalah buat aku tau nggak," kesal Kim."Salah aku apa?" tanya Dion dengan tampang seakan merasa tak punya salah. Padahal salahnya besar sekali."Udah, mulai sekarang jangan ganggu hidup aku lagi, oke," peringatkan Kim.Ia segera beranjak dari kursinya menuju kasir untuk membayar makanan dan langsung keluar dari cafe."Kim!!" teriak Dion memanggilnya, tapi tak ia hiraukan. Anggap saja itu suara petir