Mendengar itu, baik Alvin ataupun Kim mengedarkan pandangan mereka ke asal sumber suara.
"Dion!?" Kaget Kim.
Bisa dibayangin tampangnya Alvin saat ini. Kulitnya kan putih tu, jadi kalau lagi marah, itu mukanya langsung berubah memerah.
"Selesaiin urusan kamu, aku tunggu di mobil," ujar Alvin dingin dan langsung berlalu meninggalkan Kim dan Dion.
"Kak," panggil Kim, tapi tak dihiraukannya.
"Kenapa dia. Dasar orang aneh," ucap Dion melihat reaksi Alvin.
"Ih, Dion, kamu ngapain sih disini.
Bikin masalah buat aku tau nggak," kesal Kim.
"Salah aku apa?" tanya Dion dengan tampang seakan merasa tak punya salah. Padahal salahnya besar sekali.
"Udah, mulai sekarang jangan ganggu hidup aku lagi, oke," peringatkan Kim.
Ia segera beranjak dari kursinya menuju kasir untuk membayar makanan dan langsung keluar dari cafe.
"Kim!!" teriak Dion memanggilnya, tapi tak ia hiraukan. Anggap saja itu suara petir
Sementara Kim bingung mau mencari keberadaan Alvin, ternyata Alvinnya sendiri malah sedang berada di apartmentnya Ryan sedang membahas pekerjaan."Lo udah ngomong sama Kim?" tanya Ryan pada Alvin."Udah.""Terus, gimana reaksinya?""Menurut lo?" tanya Alvin balik sambil jari-jarinya masih sibuk mengetik di laptop"Dia pastinya nggak terima kalo lo pergi," tebak Ryan"Dan jawaban lo bener.""Tapi, gimana?''"Entahlah, gue bingung.""Tapi ya Vin, wajar juga kalau dia nggak setuju kalau elo pergi, karna ini waktu yang lama. Ya meskipun bisa pulang, sih, kadang-kadang. Tapi masa iya lo balik sekali seminggu. Nggak mungkin kan."Alvin bisa mendengar perkataan Ryan, hanya saja ia seolah bingung harus komentar seperti apa."Memangnya lo sanggup kalau harus LDR?""Kalau lo tanya, jawaban gue ya enggak. Tapi gue harus profesional," jelas Alvin"Hhah, bener juga sih. Kehidupan rumah tangga emang sulit d
Saat Kim sedang asik-asiknya berendam, seseorang membuka pintu kamar mandi dari arah luar."Kyaaaa!!!!" teriaknya heboh.Mendengar teriakannya yang bak petasan di malam tahun baru itupun, pintu kembali ditutup. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alvin."Kamu di dalem?" tanya Alvin dari luar."Iyalah. Aku tadi kan juga udah bilang kalau mau mandi. Gimana, sih. Makanya, kalau mau masuk ketok dulu, ini malah langsung masuk aja," balasnya mengomel."Kamu juga yang salah, kenapa pintu nya nggak dikunci."Hah, serius, gue lupa ngunci pintunya? Gue yang salah nih ceritanya," pikirnya.Ia langsung menyambar handuk kemudian melilitkan ke badannya, dan segera keluar."Kenapa aku yang disalahin, sih.Kakak dong yang salah. Bukannya tadi aku juga udah bilang kalau mau mandi, dan seenak jidat nya Kakak langsung aja nyelonong masuk."Sepanjang itu omongannya, Alvin hanya membalasnya dengan senyuman nggak jelas.
Alvin sudah memasang tampang kesalnya, saat waktu 15 menit sudah terlewat dari jadwal janjiannya dengan Kim. Bahkan, sudah tak bisa dihitung berapa kali ia mondar-mandir di depan cafe, berharap wanita itu muncul."Haiii, Kak."Alvin langsung balik badan, dan benar, akhirnya wanita yang ia harapkan datang juga."Kenapa lama?""Ya, maaf, baru juga nunggu 15 menit, belum setahun," celetuk Kim."Jangan nyindir," berengutnya mengamit tangan Kim dan membawanya masuk ke area cafe.Kim mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe dengan tatapan bingung. Ya, pasalnya tak ada orang lain di sini selain mereka berdua."Ada namanya pasar hantu, kereta hantu, dan apa ini yang dinamakan cafe hantu," pikirnya dalam hati"Bisa jadi," ujar Alvin, membuat Kim langsung bergelayut di tangan Alvin.Alvin malah tersenyum melihat reaksi Kim. Ya, wanita ini memiliki imajinasi yang sangat tinggi, apalagi kalau sudah membahas masalah han
"Haii, Kim," sapa seseorang turun dari mobil, menghampirinya yang saat itu duduk bersama Restu.Kim langsung menunjukkan wajah tak sukanya pada dia."Dion, kamu ngapain kesini" tanya Kim dengan ekspresi kesal."Di saat dirinya lagi sedih karna kepergian Alvin, malah Dion yang datang tanpa diundang," pikirnya."Ya, aku cuma mau ketemu sama kamu doang," jawabnya."Kamu tahu darimana alamat aku?" tanya Kim."Dari asisten rumah tangga di rumah kamu, dan ngasih alamat sini," jelasnya"Hadehh...,si Bibik," batinnya merutuki tindakan asisten rumah tangganya."Dia siapa, Kim?" tanya Restu"Kak, kenalin, ini Dion.Dia mantan aku," jelasnya pada Restu dengan berat."Oo..., jadi ini anak yang bikin kamu sama Alvin jadi berantem nggak jelas waktu itu," kesal Restu yang memperlihatkan rasa ketidaksukaannya langsung pada Dion."Alvin? Siapa Alvin?" tanya Dion bingung"Dion, aku mau ngejel
Setibanya di kamar, ponselnya yang saat itu ada di sofa, berdering. Saat ia lihat, tenyata Alvin lah yang menghubunginya. Sebenarnya pingin angkat, tapi Nggak tahu kenapa semenjak melihat foto Alvin bersama seorang cewek di sosmed-nya, membuat rasa rindu yang teramat dalam ia abaikan begitu saja.Kim mengenakan dress selutut berwarna biru, hels hitam, dan handbag berwarna hitam. Ia membiarkan rambut sepinggangnya tergerai begitu saja."Ayok," ajaknya pada Hani dan Jeje.Mereka bertiga berangkat menggunakan mobil Jeje. Tak enak badan membuat Kim merasa malas untuk menyetir."Kim, gue perhatiin makin kesini Lo makin beda tau nggak," ungkap Jeje saat dalam perjalanan."Beda apanya, gue masih Kimmy yang dulu. Baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung," terangnya sambil mengumbar senyum manis, meskipun kepalanya dalam keadaan berdenyut pusing."Bukan gitu. Maksud gue tuh, pemikiran, kepribadian, penampilan, dan sikap lo sekarang udah bed
Seperti biasa, pagi ini Kim berangkat ke kampus. Lumayanlah, kepalanya tak sepusing kemarin."Bik, ntar belanja ya, tolong beliin semua bahan-bahan ini," ujarnya pada Bibik dan menyodorkan secarik kertas dengan daftar belanjaan."Siap, Non," balas Bibik."Kalau gitu aku ke kampus dulu, habis dari kampus aku langsung ke kantor. Jadi, Bibik nggak usah siapin makan siang, oke?""Oke, Non."Kim segera menuju kampus yang hanya membutuhkan waktu lima belas menit perjalanan. Seperti keinginan dan perintah sang suami, ia hanya boleh kuliah di kampus yang terletak tak jauh dari kediamannya. Dan sebagai istri, apa yang akan ia lakukan kalau bukan menurut saja."Kimmy," sapa seseorang yang tiba-tiba saja sudah nongol di hadapannya saat turun dari mobil."Astaga! Apaan lagi sih, Dion. Sehari aja, bisa nggak sih kamu nggak nemuin aku?""Enggak."Mendengar jawaban Dion, Kim langsung saja berlalu dari hadapannya.Begitulah, seti
Saat orang itu menampakkan diri, ternyata oh ternyata dia adalah Dion."Oh, Tuhan, gue nggak berharap ini anak datang," batinnya merutuki.Tapi, yang benar aja kalau Alvin yang datang. Dikira ini dunia dongeng, hingga apa yang kita pikirkan bisa langsung terwujud."Selamat ulang tahun ya, Kim. Semoga panjang umur dan semoga di tahun ini kamu udah bisa nerima aku di hidup kamu lagi," ujarnya hendak mencium Kim."Eh eh, nggak usah pake acara cium-ciuman segala. Bukan muhrim," tolak Kim emosi. Enak aja dia main nyosor bini orang."Kenapa?" tanya Dion dengan tampang heran."Ni anak begoknya dari DNA, nih, udah berapa kali di bilangin tapi tetap nggak ngerti-ngerti juga," kesal Fikri."Iya, semoga aja itu si Alvin bisa pulang secepatnya dan dia sendiri yang akan ngejelasin sama ni orang," tambah Restu"Alvin lagi, Alvin lagi. Sebenarnya apa sih kelebihan tu orang dari gue?"Dia menanyakan apa kelebihan Alvi
Kim segera beranjak dari tempat tidur dan menyambar cardigan yang berada di kursi. Kenapa? Karna ini situasinya ia hanya mengenakan baju tidur yang bisa di bilang sangat tipis dengan tali pengaitnya yang hanya sebesar kelingking. Bisa bayangin kan seperti apa penampakannya. Gila aja ia lari keluar dengan pakaian itu.Terus berlari dan menuruni anak tangga dan tak sengaja malah bertabrakan dengan Bibik yang baru datang dari dapur"Aduh....,bokong gue," ringisnya karena bokongnya berhasil nyium lantai. Dan rasanya itu, sakit banget guys."Non lagi ngapain sih?" tanya Bibik yang langsung membantunya untuk bangkit. "Pagi-pagi udah teriak-teriak, lari-larian. Kalau mau lari pagi, ya di luar atuh, Non.""Astaga, Bik, gimana aku nggak teriak-teriak histeris coba. Masa, saat aku bangun itu tiba-tiba aja, ada tangan yang lagi meluk aku," jelasnya."Tangan?""Iya, Bik.""Tangan siapa sih, Non. Apa jangan-jangan Non tadi lagi mimpi dipeluk