Theo pun memegang kedua lengan Amanda untuk menahannya agar tidak terus bersandar kepada dirinya."Kenapa hanya diam saja, ayo pegangi tunanganmu dan pindahkan dia ke kamar!" begitulah kata Theo saat dirinya sudah tidak tahan dengan itu.Ia tidak mau membuat Amilie cemburu. Dirinya hanya sedang berusaha menjaga perasaan istrinya.Lalu, Stephen pun memangku Amanda di dalam pelukannya tersebut. "Ah, kenapa dia malah pingsan. Kalau begini caranya, aku tidak bisa mendekati Amilie," batin Stephen sembari sesekali melirik ke arah mantannya tersebut.Sanjaya melihat Stephen tertegun, ia pun menggertak anaknya tersebut. "Steph! Kenapa kamu malah melamun, ayo bawa dia ke kamarnya!" perintah Sanjaya.Lantas, Stephen pun mulai melangkah menuju kamar Amanda. "Saya izin membawa Amanda ke kamarnya, Om.""Ya, silakan," sahut Santoso mengangguk sembari tersenyum simpul.Amanda membuka matanya perlahan, ia pun lekas menutup matanya kembali. "Sialan, kenapa dia yang membawaku pergi! Kalau begini cara
Stephen yang mendengar perkataan Theo pun langsung mendengus kesal. Bagai lilin yang tersulut api, emosinya langsung memuncak begitu mendengar hal tersebut."Awas kamu!" kecamnya dengan nada pelan, pandangannya mengarah tajam ke arah Theo.Tetapi, Theo hanya melirik santai lalu memalingkan wajahnya lagi ke arah lain.Di tempat lain, tepatnya pada sebuah kamar. Amanda yang merasa bahwa dirinya sendirian di tempat itu, ia pun langsung memukul tempat tidurnya. "Menyebalkan! Kenapa rencanaku malah gagal! Theo, Theo ... Kamu ini ternyata cukup menantang buatku. Tapi, dengan melihat kamu yang seperti itu ... Aku malah menjadi bersemangat untuk mendapatkan kamu," ucapnya seraya memicingkan mata."Ya sudah, sekarang kita mulai saja pesta makan malamnya. Amanda tidak ada di sini bukan berarti harus membatalkan acara ini, 'kan? Lagi pula, sebentar lagi dia pasti akan sadar kan dari pingsannya," tutur Santoso saat suasana terlihat menegang. Namun, di sisi lain Dania merasa tidak tenang. Sebab,
Namun, Theo dengan sengaja menunjuk ke sisi lain kursi yang membuat Amilie secara tidak sadar mendekat ke arah Theo dan memeluknya. Keduanya berpelukan satu sama lain. Rencana Theo pun berhasil membuat Amilie mendekat kepada dirinya.Amilie yang baru menyadari bahwa tubuhnya menempel pada tubuh Theo, membuatnya langsung berhenti mencari kecoa dan terfokus pada tatapan mata Theo yang terus mengarah kepada dirinya."Apa dia sengaja membuat aku memeluk dirinya?" batin Amilie.Hati berdesir, mata itu terus menjamah wajah Amilie serta tubuh istrinya bagian bawah. "Kenapa aku baru menyadari tubuhnya yang seksi. Harusnya aku mempertahankan rumah tanggaku karena baru kali ini aku menemukan wanita seperti dirinya. Dia begitu cantik dan juga baik," batin Theo.Matanya itu tak berhenti menatap, pupil matanya membesar dan tiba-tiba bibir itu terbuka sedikit.Amilie menoleh ke samping. Ia melihat semua mata tertuju padanya. Pipinya memerah, ia pun mendorong halus suaminya dan kembali duduk denga
Pandangan mata pun langsung tertuju pada dua langkah kaki yang serentak terdengar memasuki ruangan makan malam.Stephen yang penuh drama dan ingin dicap sebagai menantu yang baik pun langsung beranjak dan menghampiri Amanda."Sayaangg, kamu sudah sadar ternyata. Maaf, tadi aku tidak sempat menemani kamu di kamar. Karena 'kan kita tahu sendiri kalau belum sah tentunya belum boleh berduaan dalam sebuah ruangan," tutur Stephen.Amilie yang sudah mengetahui akal busuk dengan segala macam kelicikannya pun. Membuatnya hanya menyeringai sembari mendelik. "Semoga anakku tidak terlahir dengan kelakuan buruk seperti Ayahnya," batinnya sembari mengelus-elus perutnya.Dari samping itu Stephen memeluk Amanda dan menemaninya berjalan menuju meja yang dipenuhi dengan berbagai macam sajian makanan."Nah, harusnya dari tadi kamu begitu. Bantu calon istri kamu, perlakukan dia dengan sebaik mungkin!" seru Rosalina sembari tersenyum ramah."Iya, Mama~""Sudah Jeng, tidak usah diomeli begitu. 'Kan namany
"Jangan mencoba berbohong!"Theo menyeringai, seolah tengah meledek perkataan Stephen terhadapnya. "Setelah apa yang ia lakukan, dia sekarang mengejar-ngejar apa yang setelah sekian lama ia tinggalkan!" umpatnya di dalam hati."Aku ingin membuktikannya. Sekarang aku harus menemui Amilie langsung!" katanya memaksa.Namun, saat Stephen berjalan menghampiri Amilie yang kini masih belum keluar dari toilet. Theo langsung menahan tubuhnya bagian depan. "Tidak perlu. Dia anakku dan aku yang akan membesarkannya dengan Amilie!"Theo pun pergi menuju toilet, ia menggedor-gedornya."Sayang, kamu masih di dalam?" tanya Theo khawatir sembari sesekali menoleh ke arah Stephen yang ternyata masih ada di sana.Amilie yang mendengar gedoran serta suara suaminya yang terdengar khawatir kepadanya, membuatnya langsung menoleh dan menyahut. "Iya, Mas. Tunggu sebentar~!" begitulah katanya.Amilie pun mematikan keran tersebut dan langsung membuka pintu. Klek!Kepala pun mulai terlihat keluar dari toilet.
Makan malam pun berakhir, Amilie beranjak dari meja makan. Ia bermaksud untuk ke toilet karena merasa sedikit mual. Ketika yang lainnya sudah pergi dari meja makan dan bersiap pulang, Amanda menggunakan kesempatan itu untuk mendekati Theo. "Kakak ipar~! Boleh aku duduk di sini?" tanya Amanda.Pertanyaan itu membuat Theo menoleh. Ia merasa heran dengan sikap Amanda, tetapi ia tidak mengangguk atau mengizinkan wanita itu untuk duduk di sampingnya.Dengan tidak tahu dirinya, ia pun langsung duduk begitu saja. "Aku pasti boleh dong ya duduk di sini. Tidak mungkin kamu melarang. Tapi, aku juga mengerti kalau kamu merasa tidak nyaman karena takut Amilie menyangka yang tidak-tidak," ucapnya.Sekali lagi, Theo hanya terdiam sembari menatap layar ponsel. Ia mengabaikan wanita yang dipikirnya hanya akan menghancurkan hidupnya. Wanita yang menjadi benalu jika ia ladeni."Amilie pasti ke toilet lagi. Tapi kenapa lama sekali? Aku tidak tahan dengan wanita ini. Tapi, aku juga bingung dengan situ
"Ekhem!" Amilie masih tak menoleh, ia hanya terus memandang jauh mencari keberadaan Theo yang tak bersama dengannya."Ekhem!" Stephen berdeham kembali. Ia terus berusaha untuk mengalihkan perhatian Amilie agar menoleh ke arahnya."Mau apa kamu ke sini menemuiku?" sahut Amilie dengan nada ketus.Sebetulnya, sedari tadi ia menyadari dan melihat Stephen yang berdiri di sampingnya. Tetapi, ia tidak begitu mempedulikannya. Karena ada sesuatu hal yang teramat penting untuknya dibandingkan hanya meladeni orang yang tidak penting."Kenapa kamu ketus begitu, sih? Padahal aku datang ke sini karena ingin menjaga silaturahmi sama kamu. Walau sudah jadi mantan, itu tidak berarti harus memutus tali silaturahmi, 'kan?""Kalau tujuanmu buruk, mungkin memutus silaturahmi tidak lagi menjadi masalah.""Aku tidak mau berdebat denganmu. Ngomong-ngmong ..." Stephen menjamah seluruh tubuh Amilie yang tampak begitu cantik dengan pakaian yang dikenakannya malam ini. Meskipun dalam keadaan hamil, Stephen
"Dari tadi pembicaraan kita ngelantur saja. Katakan dengan jelas, sebenarnya apa yang mau kamu sampaikan kepada saya?" tanya Theo dengan nada ketus karena sudah terlanjur kesal dengan orang yang ada di hadapannya tersebut.Saat itu, Theo bahkan sudah siap berbalik badan dan pergi menemui Amilie agar mereka segera pulang. Namun, lagi-lagi Amanda menahannya untuk tau pergi."Sabar sebentar. Baiklah, sekarang aku akan mengatakannya.""Cepat katakan! Waktu saya tidak banyak!""Apa kamu tahu sesuatu mengenai Amilie?" "Soal apa? Jangan bertele-tele!" tanya Theo sembari mengerutkan dahi."Tapi kamu pasti akan sakit hati mendengarnya. Dan ... Aku tidak yakin kamu akan percaya padaku," tutur Amanda.Pernyataan Amanda ini membuat dirinya bertambah penasaran, ia semakin ingin mengetahui apa yang ingin Amanda katakan kepadanya. Sebab, sepertinya terlihat sangat penting dan ini berhubungan erat dengan dirinya."Cepat katakan, jangan membuatku penasaran!""Tapi, aku yakin kamu pasti akan sakit ha