Tepat pukul 00:00
Suara knalpot motor memicu riuhnya malam. Menjadi kebisingan di jalan raya untuk para beberapa motor yang berjajar. Motor-motor dengan kepulan asap dan suara memekakkan telinga siap mewarnai hiruk pikuk jalan raya. Semua motor bersiap untuk adu balap liar. Blast blast! Sang matador jalan raya berpenampilan seksi mengibarkan dua bendera sebagai tanda balapan segera dimulai. Satu kali putaran dengan kecepatan penuh juga kepulan asap hitam memenuhi udara. Seorang pengendara dengan pakaian balap serba hitam juga helm tertutup melesat sangat cepat. Suara tepuk tangan dan teriakan makin riuh. “ANNA! ANNA!!" jerit mereka makin histeris dari para lelaki bertubuh kekar yang menanti detik-detik kedatangan motor yang paling cepat. Siapa lagi kalau bukan si penguasa jalanan dan si pemenang setiap pertandingan balapan liar. Motornya melesat dan memang menjadi yang pertama memasuki garis finish. "Wooo, wooo, Anna Anna!! Anna!!!" Mereka bersorak dan bertepuk tangan saat motor itu berhenti tepat di hadapan mereka. Mereka tak sabar mengangkat tubuh si pengendara hingga melemparkan tubuhnya beberapa kali ke atas ke bawah sebagai tanda kemenangannya. "Gue, nggak terima. Itu nggak adil. Gue mau tanding ulang!" teriakan seorang laki-laki memecah kegembiraan mereka. Mereka menurunkan perlahan tubuh yang sedang dilemparkannya. "Apa lo, Tom? Cari mati, lo!" jawab salah seorang laki-laki bertubuh kekar dan melotot pada orang dihadapannya. "Sialan lo, Will. Gue nggak lagi ngomong sama lo. Mana si Anna, suruh dia ngomong sama gue! Nggak usah pake acara ngumpet di belakang Lo!" Laki-laki yang dipanggil dengan Tom tadi kesal karena Anna berada di balik tubuh kekarnya. "Kenapa? Mana yang curang? Lo yakin gue yang curang? Atau lo mau manipulasi kekalahan lo aja. Lo cuma mau adu bacot dan cari gara gara aja kan? Lo pikir, gue takut! Sini maju, jangan Lo kira gue takut sama Lo," suara seorang wanita menjawab tak kalah gentar mendapatkan gertakan sambal seperti tadi. Dia melepaskan helm fullface berwarna hitam mentereng miliknya dan seseorang menangkap helmnya saat dia melemparkan sembarangan. "Cuihh! Maju Lo, Ann!" ucap Tommy sambil membuang ludah sembarangan dan menatap Anna geram, "lo pikir, gue bakal kasian sama lo. Gue nggak akan mundur meskipun lo ini cewek!" delik Tom, dia masih belum bisa menerima kekalahan saat adu balapan tadi. Tommy merasa kalau geng Anna memanipulasi kemenangan tadi. Bugh bugh! Anna maju tanpa ragu mendaratkan bogem mentah di wajahnya. Satu tinju saja sudah membuat tubuh Tommy oleng dan detik kemudian terjadinya pertempuran antar geng pimpinan Anna dan Tommy. Mereka saling baku hantam. Dan tidak mau mengalah. Anna menghajar Tommy habis-habisan. Tubuhnya memang kecil, tapi untuk lawan Tommy sudah dipastikan gadis itu bukan lawannya. Tommy berbadan besar dan berotot sudah pasti membuat seorang wanita melarikan diri. Tapi, tidak dengan Anna yang sudah sering latihan boxing. Menjatuhkan lawan seperti itu sudah biasa baginya. Sudah pasti KO di kick habis olehnya. Bugh bugh! Anna masih tak henti memukuli wajahnya dan benar-benar berhasil membuat Tommy roboh. Sekarang, Anna berada di atas perutnya. Darah segar mengalir dari hidung dan dahi Tommy. "Am–Ampun, Ann Ampun! Sorry, sorry, Ann! Maafin gue, tolong, Ampun Ann gue janji gak bakal ungkit pertandingan ini lagi!" Sekarang Tommy merengek. Meminta belas kasih dari Anna, sayangnya, Anna bukan tipe cewek lembek. Kalau sudah menantangnya berarti siap menerima bogom mentah darinya. Minimal 20 jahitan baru Anna puas dan melepaskan orang itu. Bugh bugh!! Anna terus memukulinya hingga lawan benar-benar KO dan pingsan. "Arghh! Sialan. Sakit banget tangan gue. Dasar perusak mood orang!!" Anna bergerutu mengibaskan tangan saat lawan sudah benar-benar KO. Dddrr dddrrr! Anna merasakan suara getaran ponsel di saku celana balapnya yang super ketat. Dia sudah berpenampilan seperti catwoman dengan celana kulit hitam kebanggaan saat dia akan melakukan adu balapan. "Siapa, Ann? Habis ini kita jadi ngumpul di klub sampai pagi kan? Mabuk bareng kan, Ann? Lo udah janji, awas aja bohong!" Bram berbicara lebih dulu mengingatkan kalau dia menang taruhan untuk mentraktir geng motornya. Tangannya berada di pundak kiri Anna. "Iya, tenang aja. Gue nggak lupa kok. Lumayanlah. 100 juta buat jajan kita-kita, malam ini kita hepi-hepi," jawab Anna masih sedikit mengibaskan tangannya. Begitu mudahnya dia mendapatkan uang dalam semalam. "Motornya lo biar dibawa Bisma aja. Lo pulang gue anter seperti biasa, ok?" ucap laki-laki yang dipanggil Will tadi oleh Tommy. Dia berada di sebelahnya, ikutan menaruh tangan di pundak kanan Anna. "Iya, Willy, tapi gue ganti baju dulu seperti biasa sebelum emak gue ngamuk. Lo tau sendiri kan, gimana kalo dia ngamuk. Bisa-bisa gue nggak bisa keluyuran lagi," ucap Anna masih mengabaikan ponselnya yang terus bergetar. "Uhm, iya, yuk, ke mobil. Kayaknya itu nyokap lo deh yang telepon. Gue rasa, bantal dan guling lo di kamar ketauan!" Willy mengingatkan kebiasaan Anna kalau keluar rumah untuk balapan. "Ya ampuuuunn! Bener banget. Ini mah pasti gue di nyap nyap sama emak gue. Bahaya. Bisa bisa gue di kurung lagi dan, arghh, ayo cepetan!" Anna bergegas melenggang saat tangan Willy berpindah menempel di pinggangnya. Willy membukakan pintu lebih dulu untuk gadis itu. Anna masuk dan membuka sepatunya. Melemparnya sembarangan di mobil Willy dan dengan bebas membuka jaket kulit hitam miliknya tanpa dosa. Saat pintu dibuka Willy, tetap saja itu membuat pusing pala Willy atas dan bawah. Bagaimana Willy nggak pusing, Anna melepaskan jaket dan membuang sembarangan seperti sepatunya lalu tampilannya saat ini hanya mengenakan tanktop berwarna kulit, jelas itu menampilkan dua benda kenyal, bulat dan sempurna miliknya. Lalu tanpa segan, Anna membuka celana kulit ketatnya hingga menyisakan celana dalam berenda berwarna sama dengan tanktop yang dipakainya. Willy melirik dari spion dan membuat dia menelan air liurnya. Kemudian gadis itu meliak liukan tubuhnya untuk mencari paper bag di kursi belakang. Sungguh benar-benar pemandangan yang merusak mata dan iman. "Woi, Ann, Lo, kira-kira ganti baju. Gue, masih cowok normal. Lo mau gue khilaf dan jadiin lo santapan gue!" celetuk Willy menepuk jidatnya. Menghadapi gadis bar-bar nggak ada duanya kayak Anna. "Sssttt! Jangan berisik. Gue mau angkat telepon dari emak gue!" Anna dengan gayanya sudah menemukan baju yang dicari dan bersiap memakai. Anna menggeser tombol berwarna hijau dan segera meletakkan di telinganya, "ANNABELLA!! DIMANA KAMU SEKARANG?? CEPAT PULANG!!" jelas itu bukan sapaan manis dari ibunya. Annabella hanya bisa menjauhkan teleponnya saat mendengar nyanyian merdu nan bergelora dari ibunya. Kali ini dia benar-benar habis. Diomelin ibunya. "I–iya, Mah, maaf Mah, ini Bella ada di tempat teman Mah, ada tugas kampus mendadak, Mah!" Annabella sedang mencari alasan agar tidak kena semprot yang lebih parah. "Jangan alasan. Pulang sekarang juga. Mama nggak mau tau, pulanggg!" lagi dan lagi suara indah sang ibu masih mendayu di telinganya. "I–iya, Mah, ini mau pulang kok. Lagian aku juga diantar sama Willy, Mah. Jadi, Mama nggak perlu khawatir, aku ada yang jagain kok. Aku nggak akan kenapa-napa, Mah, kalau sama Willy!" suara Annabella benar-benar berbeda ketika bicara dengan ibunya, sangat lembut dan terdengar penurut. Sedangkan Willy memutar bola matanya, dia tahu, dia pasti akan selalu dijadikan tumbal saat lahar meleduk dari teman bar-barnya yang tidak punya otak itu."Meski kamu sama Will, tetap saja, dia kan anak cowok. Kamu sadar nggak, bella, kamu tuh anak perempuan. PE—RA—WAN. Mana boleh anak perempuan keluyuran sampai malam begini. Aaghh, bukan malam, ini udah pagi buta ya. Cepat pulang! Pokoknya pulang sekarang juga, bawa Willy sekalian. Awas saja kalo kamu berbohong!” Ancam ibunya Anna tidak mau tahu, yang dia inginkan sekarang anak perawannya segera pulang. Ini karena Annabella ketahuan emaknya saat kabur dari kamar."Will nggak gitu kok, Ma, dia anak baik-baik dan penurut. Nggak akan macam-macam sama Anna, Ma," Anna mencoba menjelaskan dengan suara tak biasanya. Jika dihadapkan dengan sang mama, Anna akan bersikap seperti kucing penurut dan lemah agar dia tidak diamuk makin gede sama mamanya."Nggak usah bikin pembelaan ya. Kamu mau debat sama Mama? Hah? Cepat pulang, dalam 30 menit kamu nggak sampai rumah, jangan harap kamu bisa keluar lagi!" amuk sang ibu dengan nada oktaf yang tinggi."Iya, iya, Ma, aku pulang, ini lagi di jalan kok.
Untung ibunya Ann percaya. Dia hanya geleng-geleng kepala saat melihat anak gadisnya ngeloyor pergi sambil menggandeng lengan Will. Saking percaya dengan Willy, ibunya Ann tidak pernah protes kalau anak perawannya membawa masuk dia ke dalam kamar. Ibunya percaya betul, karena dia sudah menganggap Willy seperti anak laki-laki di keluarga Lourdes.Jadi William Bolton alias Willy sering menginap di rumahnya. Lalu untuk urusan backup memback up dia akan maju sebagai pembela gadis itu.Suara pintu ditutup Ann. Kini Dia bisa bernafas lega."Gue mandi sebentar ya, Will. Badan gue lengket banget!" Ann berjalan ke arah lemari baju mengambil handuk dan memasuki kamar mandi yang tidak jauh dari lemari bajunya."Dasar cewek bar bar. Untung aja gue masih waras, Ann, kalau gue nggak tahan, tadi di mobil lo udah gua makan habis. Sabar Willy sabar, tunggu sebentar lagi. Ann pasti akan sadar dan memahami perasaan lo," comel hati Will kecut berbicara sendiri sambil menatap gadis itu masuk kamar mandi.
"Bacot lo, Ann Dasar cewek nggak ada otaknya lo! Nggak ada akhlaknya!" omel Willy, dia bicara sambil ngegas dan memasukkan dengan cepat sedokan nasi goreng agar menyumpal mulutnya. Sepertinya Willy sudah malas berbicara dengannya."Aahhh, lumayanlah buat ganjel perut," ucapnya sambil mengelus perut. Dia mengabaikan ocehan yang keluar dari mulut Willy."Gila lo ya, Anna, atau benar-benar lo nggak akan sadar. Kalau begini terus mana ada cowok yang mau sama lo," Willy sedang mengingatkan. Padahal di balik semua itu dia sedang mencoba mendekati hati Anna."EGP! Emangnya Gue perlu. Gue masih bisa sendiri kali. Lo nggak lihat, emangnya gue kurang apa? Duit bokap gue banyak. Perusahaan bokap gue juga berjibun. Sekarang apa masih perlu laki-laki di hidup gue?" Willy hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya dia masih membutuhkan usaha yang lebih keras agar teman barbarnya itu segera sadar."Terserah lo. Gue cuman bilangin jangan sampai emak lu nyap-nyap lagi. Secara itu gue rasa emak lu pasti
"Awas, ya Mon, jangan iya-iya, gue serius, gue mau kok jadi jebakan buat abang lo yang ganteng itu!" Siska yang tidak akan mundur lagi, dia benar-benar sudah gila oleh ketampanan Logan Mason."Yah … gue nggak janji deh. Kalau itu, gue nggak bisa janji menjebak abang gue, dia paling waspada deh buat yang begituan. Gue pernah coba ngomong tuh dulu untuk ikut perjodohan malah ditolak mentah-mentah olehnya. Dia anti mainstream buat yang begituan deh!"Mesti terdengarnya menjanjikan, Monica sebenarnya tidak ingin kalau abangnya itu jatuh ke tangan teman-temannya. Dia tahulah bagaimana sikap dan kelakuan teman-temannya. Setiap hari yang diinginkan hanya keluar belanja di mall, menghabiskan uang, hura-hura, minum di bar dan senang hang out bersama laki-laki manapun. Pokoknya cewek matrealistis abis. Jadi, meskipun Monica gila dengan terong gede. Dia tidak mungkin menjual abangnya begitu saja. Apalagi keluarga Dorman bukan keluarga sembarangan. Keluarga mereka termasuk urutan keluarga juga p
"Beb, kamu benar-benar mau melakukannya di sini?" Monica menahan gerakan jari Albert yang mencoba masuk dan mengorek belahan bibir bawah miliknya."Uhhm aku sudah nggak tahan, beb. Dimana saja, asalkan kamu pasangannya pagi ini. Aku akan membuat kamu puas sampai nggak bisa bangun," janji Albert saat akan mencetuskan aksi panasnya bersama dengan Monica. "Kamarku tidak jauh dari sini, Beb, kita lanjut di kamar saja, oke?" Albert sebenarnya ingin menolak apalagi sudah tanggung dengan jarinya yang mulai basah dengan cairan Monica yang sudah mulai menetes."UMM, baiklah!" tidak mau lama lama, Albert mengakat tubuh mungil berisi nan seksi milik Monica. Jelas siapapun akan iri dan ngiler ngeliat tubuh Monica yang serba berisi. Meski tubuhnya kecil, itu padat dan berisi Brukk! Dengan langkah cepat dan detik berikutnya Albert sudah membuka pintu dan menutup pintu kamar Monica."Ahh ummmm shhh!" Monica melenguh panjang saat tubuhnya di turunkan perlahan dan kini kakinya sedang dibuka lebar ke
"Dasar Ann gak ada otaknya. Bisa-bisanya dia berpakaian seperti itu di saat tidur, dia benar-benar tidak tahu kalau aku sudah panas dingin dibuatnya." Oceh Willy dihati. Dia emosi ketika Anna masuk ke dalam kamar mandi. Dia mengatur nafasnya agar terong gedongnya turun dan tidak ikutan naik.Brukk! Gedebruk! Terdengar suara bantingan keras dari kamar mandi. Willy kaget dan segera menyusul ke dalam kamar mandi. Dilihatnya Ann sudah jatuh duduk di dalam kamar mandi sambil ngelus ngelus pantatnya."Ann, kenapa lo? Lo jatuh? Kayak anak kecil aja lo." Tahu tahu Willy memaki, tapi dia segera mendekati dan membantunya berdiri."Anjay lo malah marahin gue, sakit tahu pantat gue!" Sengit Ann membalas sahutan dari Willy. Dia merasa pinggangnya benar-benar hancur karena kepleset di kamar mandi."Ngapain sih lo? Lagian bisa pakai jatoh segala. Makanya kalau bangun tidur itu mata lo melek dulu jangan bangun-bangun dan langsung jalan ke kamar mandi. Lo nggak lihat keselamatan lo. Ini benar-benar
"Will, lama banget sih lo, ngapain aja sih? Cepetan. Lo bego amat sih." Maki Anna tidak sabar saat ingin segera memakai perabotan untuk menutupi kedua benda kenyalnya."Sabar sih, Ann. Ini kan gue nggak tau Lo mau pake yang mana? Lagian Lo aja sih yang milih, kenapa harus gue!" oceh Willy, dia masih jetlag melihat semua perabotan milik teman barbarnya itu. Apalagi otot dan otaknya mulai tegang membayangkan hal lain dari perabotan yang akan dipakai teman barbarnya itu."Yaelah, itu kan warnanya sama semua. Lo ambil aja satu dan cepetan bantu gue buka baju, punggung gue sakit banget pas tangan gue naik keatas," Anna saat ini berbalik badan dan mencoba meloloskan kaos oblong kebesarannya dari kepala.Lalu sekarang secara perlahan punggung mulus miliknya terpampang jelas di mata Willy. Lagi lagi mata perjaka Willy ternodai, dia hanya bisa menahan terong gedongnya yang mulai sesak dibalik celana.Dia juga susah payah menelan air liurnya. Dia mencoba tetap fokus meskipun dari punggung mulus
"Nggak mau ah ribet!" Anna menolak usulan dari Willy untuk menulis secara bersama buat emaknya kalau kalau emaknya ke kamar mencarinya."Ya ampun, Ann, Lo jadi cewek males banget sih. Apa-apa nggak mau. Ini nggak mau itu nggak mau. Elo mah sama juga ngejerumusin gue. Menulis pesan sedikit mah nggak lama juga rugi kok, daripada khawatir atau lo mau dikasih hukuman sama dia nggak keluar rumah selama satu bulan." Anna memikirkan kembali apa yang diucapkan oleh Willy. Perkara tadi pulang telat aja gara-gara balapan liar emaknya udah nyap-nyap. Apalagi kalau dia menemukan kamar nya kosong, pasti tuduhannya macam-macam."Ya udah, gue bikin gue bikin. Elo nggak usah bawel deh kayak emak gue. Lama-lama lo udah mirip kayak dia. Gue bilang lo pergi aja deh ke kamar dia terus pinjam daster emak gue," Anna masih sewot saja kalo dia kalah adu bacot dengan Willy. Tapi, meskipun begitu, dia juga takut kalo ancaman emaknya beneran terjadi terus dia dilarang keluar rumah selama satu bulan. Anna tidak
“Jadi sudah tidak ada lagi yang kamu sembunyikan dariku? Hmm?!” Logan sudah merasa puas telah memberikan hukuman pada Ann.Gadis itu sedang menarik nafasnya atas hukuman yang diberikan oleh Logan.“I–iya, tolong jangan ganggu aku. Aku mau tidur!” Suara Ann lirih dan hampir tidak terdengar.“Bisa gawat kalo dia tahu gue suka balapan dan olahraga berat itu,” otak Ann sedang berpikir ulang untuk menceritakan masalah sisi lain tentang dirinya yang berbeda. An tidak ingin Logan juga terkejut kembali atau berpikir yang aneh-aneh lagi tentang dirinya. Sampai hari ini Ann masih bisa menyembunyikan semua. Bahkan orang tuanya pun nggak pernah tahu kalau dia suka balapan liar dan olahraga boxing.“Kamu istirahat sebentar lagi ya, aku mau mandi dan mengecek segalanya. Ronny akan segera mengurus keperluan kita hari ini,” meski mata Ann tertutup, telinga yang mendengar, namun keningnya jadi berkerut mendengar ucapan Logan.“Memangnya hari ini kita mau kemana?” Kata Ann bersuara lirih.“Orang tua
“Lepaskan aku, Mario!” Monica menatap kesal lawan dihadapannya. Tangannya hampir mendekati wajah Mario, namun lelaki itu menangkapnya dengan cepat.“Kamu mau kemana? Urusan kita belum selesai, hah! Bukannya tadi kau bilang akan melakukan apapun yang aku minta,” Mario mengingatkan janji Monica sebelum mereka masuk ke ruang pertemuan keluarga.“Semua sudah gak berlaku. Aku gak mau lagi kamu sentuh. Kita sudah melunasi hutang masing-masing. Jadi, jangan ganggu aku lagi!” Monica tegas menolak permintaan orang tuanya, dia tidak mau di jodohkan dengan Mario.Monica sedang berpikir keras bagaimana orang tuanya bisa bertemu dengan Mario. Dia tidak bisa membayangkan apa saja yang sudah diceritakan Mario kepada orang tuanya. Monica masih mengira semua yang terjadi adalah rencana Mario. Tidak mungkin orang tuanya bisa bertemu dengan Mario begitu saja. Monica merasa Mario sudah menyelidiki latar belakangnya.“Hah, enak saja mau pergi. Awalnya aku memang sempat menolak permintaan tuan Mason yang
“Umm … Logan ini sangat enak tolong jangan berhenti!” pinta Ann saat merasakan Logan berusaha keras memompa pinggulnya naik turun sambil tangannya meremas dua bongkahan kenyal miliknya bergantian dengan mulut Logan yang men hisap nya.“UM ah kamu benar-benar nikmat sayang. Aku sayang padamu umm ah!”Hentakan makin kuat dan membuat Ann meremas sprei sambil pinggangnya juga ikut memutar terus mengikuti ritme yang Logan berikan.Tubuh mereka sudah saling berpeluh.Ann tidak menyangka akan melakukan ini setelah mendapatkan izin dari orang tuanya. Pertemuan yang tidak sengaja dengan Logan malah berbuah seperti ini.Logan mengecup kening Ann setelah melakukan pelepasan beberapa kali dan Ann ambruk dalam pelukannya.“Sebentar-sebentar, aku mau tanya!”Ann sedikit menjauhkan tubuhnya.“Hmm, tanyalah. Aku siap menjawab, tapi jangan menjauhiku!”Logan menolak keras dan menarik kembali tubuh Ann kedalam dekapannya.Logan sudah merasakan dunia Ann miliknya. Jadi, tidak akan membiarkan gadis itu w
Mario sedang asik mengelus paha Monica. Tapi, Monica terus menghindar karena takut ketahuan oleh keluarganya.“A–aku, Mah? Dengan siapa?” Monica benar-benar terkejut karena dia berpikir malam ini hanya acara makan malam keluarga tanpa ada unsur lainnya.Dan seketika otak Mario langsung mengerti. Dia menaikkan sudut bibirnya. Seringai nya cukup terlihat jelas dimata Monica.“Gila yang benar aja, jangan bilang gue di jodohin Ama dia?” Oceh hati Monica dan di sambut dengan senyuman oleh Mario.Begitulah perasaan Monica yang tidak jauh beda dengan Ann yang terpaku seperti orang bodoh saat orang tuanya menjelaskan semua.“Kalau begitu, apa boleh aku mengobrol dan meluangkan waktu lebih banyak dengan calon istriku?” ucap Logan dan deg Ann kalang-kabut mendengar kata istri dari mulut Logan.“Tentu saja, Logan, uhmm … tapi, kasih kami jawaban pasti dulu, kamu bersedia kan menerima Ann sebagai istrimu,” kini Erika yang menghentikan duduk Logan yang terlihat bersiap mendorong kursi yang diduduk
“Bella, sebelah sini!” Ann menutup teleponnya setelah melihat sang ibu melambaikan tangan padanya. Dan tatapan Logan pun tertuju ke arahnya.“Ada apa ini? Kenapa mereka ada disini juga?” batin Logan bingung saat melihat ibunya Erika dan Bardo Mason ayahnya ada di belakang wanita yang melambaikan tangan ke arah Ann. Logan melihat si ayah tampak berbicara dengan serius.Ann segera membungkuk saat dia berhadapan dengan mereka.“Nah ini dia, Erika, putri semata wayangku. Dia cantik kan?” ucap ibu Ann seraya menarik dan memperkenalkannya pada seorang wanita paruh baya, namun masih terlihat anggun dan elegan.“Hmm, aku yakin dia memang cocok, Nathalie” tegasnya dan Logan langsung mengernyit ketika mendengarnya. Ibu Ann menggandeng dan memperkenalkan Ann padanya.“Beri salam pada tante Erika, Bel,” ucap ibu seolah menarik lengan Ann untuk berjabat tangan.Ann yang belum mengerti apa yang terjadi dia hanya mengikuti arahan ibunya untuk berjabat tangan.“Oh, ha–hai tan–te, aku, Annabella, ta
Ann berjalan sambil memeriksa ponselnya. Dia melihat kembali pesan yang dikirimkan oleh ibunya.“Lantai 45, ruang VVIP Rose,” oceh Ann saat membaca ulang pesan dan bruk, Ann tanpa sadar menabrak seseorang.“Aw!” ringgis Ann sambil memegangi dahinya yang terbentuk dada seseorang.“Kamu tidak apa-apa?” Ann menarik wajahnya ke arah suara, seorang laki-laki bersetelan jas sudah berdiri di hadapannya. Sepertinya dia juga terlihat terburu-buru seperti Ann.“Maaf, saya tidak sengaja, saya tidak melihat jalan!” Ann yang langsung membungkukkan tubuhnya karena merasa bersalah.“Um, sebenarnya tidak juga, saya juga memang sedikit terburu-buru,” ucapnya yang Ann dan laki-laki itu seperti berlomba sampai di depan lift. Dan bunyi pintu lift terbuka, Ann segera melangkah lebih dulu juga diikuti oleh laki-laki tadi.Laki-laki itu menekan tombol 45 saat Ann akan melakukannya. “Lantai 45 juga?” spontan Ann berkata sambil melirik ke arahnya.“Uhm, saya sungguh minta maaf untuk yang tadi,” laki-laki itu
“Aku gak bisa melakukannya Logan, aku mohon. Antarkan aku pulang. Aku harus segera pulang!” Ann menghentikan tubuh Logan yang mencoba menghimpitnya.“Aku akan mengantarkanmu pulang setelah kamu dan aku selesai sarapan!” seringai Logan, dia tak rela saat merasa enak dihentikan. Selama ini dia tidak pernah merasakan apapun pada wanita yang berusaha menggoda atau mendekatinya. Reaksinya malah terjadi pada Ann, meskipun gadis itu tidak menggoda, buat Logan gerakan dari matanya saja sudah membuat Logan kepanasan.“Sarapan? Ayo kita sarapan dan setelah itu kita pulang,” jawab Ann cepat, dia mengartikan sarapan yang sesungguhnya bukan sarapan yang sekarang ada di otak Logan. Logan tersenyum kecut saat mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Ann masih sepolos itu.“Sayang, please, kamu nggak bodoh kan? Sarapan yang aku maksud ini,” ucap Logan sambil menggerakkan bibirnya mengarah pada dua benda kenyal milik Ann juga belaan bibir Ann yang terasa basah dan membuatnya gak nyaman.“Aku janji akan
Logan membuka matanya lebih dulu. Dia melihat gadis di sampingnya dengan tatapan takjub. Tidak pernah sekalipun dia membayangkan akan ada peristiwa seperti ini dalam hidupnya. Ini adalah kebanggaan juga pencapaian terbesarnya.Tangannya perlahan membenarkan anak rambut milik Ann. Gadis itu masih terlelap dengan damai. Logan membelai kedua alis Ann secara bergantian, seolah dia memindai apapun tentang tubuhnya. Sedikitpun Logan tidak ingin melewatinya. Dari alis pindah ke hidung lalu perlahan membelai pipi gadisnya.Namun, getaran ponsel diatas meja samping ranjang Logan membuat posisinya berubah. Logan memiringkan tubuhnya, bangkit perlahan agar tidak mengusik Ann yang masih dalam buaian.Dia memandangi sesaat ponselnya, baginya beberapa detik itu membuat keningnya berkerut. Tidak pernah dalam jangka waktu satu tahun ini Logan mendapatkan panggilan tersebut.Logan merasa ada hal yang serius dan darurat ketika mendapatkan panggilan tersebut. Dia pun perlahan turun dan membawa ponselnya
“Kita ke apartemen Ronny, setelah itu kau boleh pulang?” perintah Logan saat pintu kemudi di tutup dan Ronny melihat dari spion.Tidak ada yang bicara, bahkan Logan terkesan enggan menatap Ann. Gadis itu hanya melirik dan tidak berani bicara. Dia masih bertanya-tanya apa yang akan dilakukan laki-laki itu. Melihat wajahnya yang dingin dan sulit ditebak sudah membuat Ann gelisah.“Ya ampun, Ann, sekali lagi Lo harus berurusan dengan cowok gila ini. Dia pasti minta gue ngelakuin yang aneh-aneh. Gimana ya? Apa gue kabur aja? Gue emang bisa berantem, tapi kalo di hadapkan dengan cowok yang bikin gue deg deg serr juga repot. Apalagi kalo dia udah natap gue, arrgghh mati gue?” Ann menjerit dengan hatinya, dia tanpa sadar terus menggigit bibirnya dan itu meski Logan tidak melihatnya secara langsung sudah membuat tangannya mengepal dengan kuat.Saat Logan menyadari mobilnya sudah berhenti dan berada dalam parkiran dan lift khususnya, dia segera keluar dan saat Ann membuka pintu, “Aarrgghh!!” J