"Beb, kamu benar-benar mau melakukannya di sini?" Monica menahan gerakan jari Albert yang mencoba masuk dan mengorek belahan bibir bawah miliknya.
"Uhhm aku sudah nggak tahan, beb. Dimana saja, asalkan kamu pasangannya pagi ini. Aku akan membuat kamu puas sampai nggak bisa bangun," janji Albert saat akan mencetuskan aksi panasnya bersama dengan Monica. "Kamarku tidak jauh dari sini, Beb, kita lanjut di kamar saja, oke?" Albert sebenarnya ingin menolak apalagi sudah tanggung dengan jarinya yang mulai basah dengan cairan Monica yang sudah mulai menetes. "UMM, baiklah!" tidak mau lama lama, Albert mengakat tubuh mungil berisi nan seksi milik Monica. Jelas siapapun akan iri dan ngiler ngeliat tubuh Monica yang serba berisi. Meski tubuhnya kecil, itu padat dan berisi Brukk! Dengan langkah cepat dan detik berikutnya Albert sudah membuka pintu dan menutup pintu kamar Monica. "Ahh ummmm shhh!" Monica melenguh panjang saat tubuhnya di turunkan perlahan dan kini kakinya sedang dibuka lebar kembali oleh Albert. Laki-laki bertubuh kekar itu sedang melakukan aktivitas yang membuat Monica terbang dan berkali kali melenguh panjang. Albert sedang mencari titik dimana dia bisa melihat lubang kecil milik Monica yang makin lama dia tusuk dengan lidahnya makin meleleh seperti lelehan coklat panas. "Aahhh nikmat sekali sayang UMM shh keluarkan lebih banyak lagi sayang ummm," Albert pun melenguh dengan kasar dan terus menusuk, menghisap dan menarik narik benda kecil yang berada di dalam belahan nikmat milik Monica. "Ahh enak sayang terus yang dalam ahh ummm ahh!" Monica melenguh lagi sambil menurunkan gaunnya hingga perut dan jelas terekspos dua benda kenyal miliknya yang makin meruncing. Mendengar Monica makin melenguh juga suaranya makin bergelora, Albert membuka bajunya satu satu, dia juga berdiri dan menunjukkan terong gede, kuat dan terlihat mantap kalau menembus belahan bibir milik Monica. "Sudah siap, sayang ummm shh," Albert sudah mengarahkan terong gedong miliknya ke belahan bibir Monica yang sudah meleleh dengan cairannya. "Ummm puaskan aku, Albert UMM ahh ahhh!" persis seperti jalang yang siap dengan alat tempur, Monica semakin melebarkan kakinya dan menaruh di pundak Albert. Blast! Detik kemudian terong gedong itu sudah membenam penuh di belahan kenikmatan Monica. "Aahh ahh YESS ummm ahhh lebih dalam lagi sayang ummm!" sudah lolos lagi lenguhan itu dari bibir Monica nan seksi, Albert membekap mulutnya dengan ciumannya yang ganas. Dia benar-benar menikmati tubuh wanita seksi itu dengan memborbardirnya habis habisan. Di luar kamar Monica, Logan yang baru saja keluar kamar, telinganya tidak tuli. Dia mendengar suara rintihan di kamar adiknya. Mereka sudah sama sama dewasa dan Logan tidak akan mengganggu privasi itu karena dia juga tidak ingin seorangpun mengganggu saat dia sedang bersemedi menjauh dari para wanita liar seperti adiknya yang mengejar hanya untuk melampiaskan nafsu baik ke ranjangnya. Segera Logan masuk kamar kembali. Dia menutup pintunya rapat rapat dalam ruangan kamarnya yang selalu gelap. Tak ada reaksi atau hasratnya yang bangun saat mendengar suara tadi. Padahal kalau laki-laki normal, mendengar lenguhan panas seperti tadi pasti sudah mencari pelampiasan. Itu tidak pernah terjadi pada Logan. Terong gedongnya tidak pernah bersahabat untuk bangun dan meminta sesuatu yang mengganjal. Huh, apa aku harus periksa ke dokter? Tapi, bagaimana kalau dokter malah mengejekku. Mengejek terong ku letoy? Benar-benar menyebalkan. Logan sedang memaki dirinya sendiri di dalam kamar. Sampai saat ini dia masih perjaka. Logan bukan tidak ingin menuntaskan hasratnya, tapi terongnya bahkan tidak bereaksi pada wanita yang telanjang di hadapannya sekalipun. Dia sudah frustasi. Akhirnya dia membanting tubuhnya ke kasur dan melanjutkan tidur. Logab pernah beberapa kali mencoba dengan membuat percobaan pada dirinya sendiri dengan menonton video syur dan panas. Yang isinya laki-laki dan wanita sedang bermain kuda kudaan. Namun, semua tidak ada reaksi pada terong gedong nya. Sepertinya terong gedong nya itu benar benar bermasalah. *** Willy terbangun. Biasanya dia tidak pernah terbangun seperti ini. Kali ini yang membuatnya terbangun karena dia sekarang sedang menginap dan berada satu kamar dengannya, wanita yang diam diam Willy sukai dan puja. Huh, gue bisa gila kalau begini. Si Ann kelewatan. Oceh Willy, dia benar-benar frustasi juga tidak bisa menahan air liurnya. Melihat posisi tidur Ann yang tengkurap dengan posisi kain penghalangnya tersingkap dengan bebas hingga menampilkan dua bongkahan bokong kenyal miliknya. Ann Ann, kalo gue gelap mata dan ga bisa tahan, sekarang Lo udah habis gue eksekusi. Kalo seandainya Lo tau gue nahan kayak apa tiap hari dekat Lo. Gue pengen meluk dan nyium bibir Lo dengan puas, Ann. Gue ingin merasakan semua. Batin Willy lagi dan kembali Willy dibuat panas oleh gaya tidur nya. Saat ini Dia sedang berbalik karena merasa terlalu lama tengkurap. Ann membalikkan tubuhnya dan lagi lagi pemandangan tak kasat mata itu makin membuat Willy gerah. Gaya tidur bebas nya bikin Willy panas dingin. Ann membuka dan melebarkan kedua kakinya hingga belahan itu terbuka seperti bakakak Hayam yang siap di gragot dan dinikmati. Willy terpaku sesaat melihat pemandangan gaya tidur Ann. Dia sedikit memejamkan mata dan berpikir mesum bisa sampai menyentuh kesana. “Argh! Gila Lo, Willy!” Willy berhasil sadar dengan pikiran gila juga mesumnya. Dia meremas wajahnya dengan kasar, bangkit dari sofa yang mengganggu kewarasannya. “Sialan. Gara gara Lo gue harus mandi pagi, Ann. Gue kalo nggak inget akan melakukannya tanpa paksaan, Lo udah habis sama gue, hmmm!!” Willy mandi pagi buta untuk menghilangkan segala panas yang mulai naik ke atas kepala juga terong gedong nya. Sebagai teman Willy tetap harus menjaga kepercayaan, sebagai laki-laki yang diam diam mencintai nya sejak beberapa tahun belakangan ini Willy harus bersabar. Willy akan meminta semua dan tetap berada di sisinya gadis itu secara perlahan. Apalagi Willy tahu, di kampus pun Ann meski terlihat tomboy banyak sekali laki laki yang ingin dekat. Tapi, Ann selalu tidak pernah menanggapi, semua laki-laki dianggapnya teman. Ceklek! Willy terkejut dan mundur satu langkah, saat membuka pintu sosok yang baru saja dihilangkan dengan air mandi muncul di hadapannya. Dengan mata terpejam, sepertinya Ann terbangun karena ingin ke kamar mandi. Bajunya yang kebesaran dengan posisi tidak mengenakan kain penghalang untuk kedua bongkahan kenyal itu membuat Willy gagal fokus lagi. Pasalnya, dua bongkahan kenyal itu seperti memanggilnya untuk meremas dan mencicipinya. Dua bongkahan itu jelas sedang meruncing di balik kaosnya yang tanpa kain penghalang. “Astaga, Ann, Lo benar-benar mau bikin gue mati berdiri. Baru aja pikiran gue hilangkan, sekarang wajah imut dan gemesin Lo lagi tidur kayak begini bikin gue naik darah lagi.” Willy menepuk jidat lalu sekarang menyingkir dari hadapan Ann. Terong gedong nya tiba tiba sesak lagi dari balik celana."Dasar Ann gak ada otaknya. Bisa-bisanya dia berpakaian seperti itu di saat tidur, dia benar-benar tidak tahu kalau aku sudah panas dingin dibuatnya." Oceh Willy dihati. Dia emosi ketika Anna masuk ke dalam kamar mandi. Dia mengatur nafasnya agar terong gedongnya turun dan tidak ikutan naik.Brukk! Gedebruk! Terdengar suara bantingan keras dari kamar mandi. Willy kaget dan segera menyusul ke dalam kamar mandi. Dilihatnya Ann sudah jatuh duduk di dalam kamar mandi sambil ngelus ngelus pantatnya."Ann, kenapa lo? Lo jatuh? Kayak anak kecil aja lo." Tahu tahu Willy memaki, tapi dia segera mendekati dan membantunya berdiri."Anjay lo malah marahin gue, sakit tahu pantat gue!" Sengit Ann membalas sahutan dari Willy. Dia merasa pinggangnya benar-benar hancur karena kepleset di kamar mandi."Ngapain sih lo? Lagian bisa pakai jatoh segala. Makanya kalau bangun tidur itu mata lo melek dulu jangan bangun-bangun dan langsung jalan ke kamar mandi. Lo nggak lihat keselamatan lo. Ini benar-benar
"Will, lama banget sih lo, ngapain aja sih? Cepetan. Lo bego amat sih." Maki Anna tidak sabar saat ingin segera memakai perabotan untuk menutupi kedua benda kenyalnya."Sabar sih, Ann. Ini kan gue nggak tau Lo mau pake yang mana? Lagian Lo aja sih yang milih, kenapa harus gue!" oceh Willy, dia masih jetlag melihat semua perabotan milik teman barbarnya itu. Apalagi otot dan otaknya mulai tegang membayangkan hal lain dari perabotan yang akan dipakai teman barbarnya itu."Yaelah, itu kan warnanya sama semua. Lo ambil aja satu dan cepetan bantu gue buka baju, punggung gue sakit banget pas tangan gue naik keatas," Anna saat ini berbalik badan dan mencoba meloloskan kaos oblong kebesarannya dari kepala.Lalu sekarang secara perlahan punggung mulus miliknya terpampang jelas di mata Willy. Lagi lagi mata perjaka Willy ternodai, dia hanya bisa menahan terong gedongnya yang mulai sesak dibalik celana.Dia juga susah payah menelan air liurnya. Dia mencoba tetap fokus meskipun dari punggung mulus
"Nggak mau ah ribet!" Anna menolak usulan dari Willy untuk menulis secara bersama buat emaknya kalau kalau emaknya ke kamar mencarinya."Ya ampun, Ann, Lo jadi cewek males banget sih. Apa-apa nggak mau. Ini nggak mau itu nggak mau. Elo mah sama juga ngejerumusin gue. Menulis pesan sedikit mah nggak lama juga rugi kok, daripada khawatir atau lo mau dikasih hukuman sama dia nggak keluar rumah selama satu bulan." Anna memikirkan kembali apa yang diucapkan oleh Willy. Perkara tadi pulang telat aja gara-gara balapan liar emaknya udah nyap-nyap. Apalagi kalau dia menemukan kamar nya kosong, pasti tuduhannya macam-macam."Ya udah, gue bikin gue bikin. Elo nggak usah bawel deh kayak emak gue. Lama-lama lo udah mirip kayak dia. Gue bilang lo pergi aja deh ke kamar dia terus pinjam daster emak gue," Anna masih sewot saja kalo dia kalah adu bacot dengan Willy. Tapi, meskipun begitu, dia juga takut kalo ancaman emaknya beneran terjadi terus dia dilarang keluar rumah selama satu bulan. Anna tidak
Gadis itu bisa dikatakan makhluk yang paling gengsi. Dia pasti akan malu kalau sampai ada yang tahu dia jatuh di kamar mandi apalagi kepleset air bekas mandi Willy. Mau menyalahkan orang pun sekarang sudah tidak ada gunanya karena sudah terjadi. Gadis itu hanya bisa menerima dengan pasrah dan tidak marah meskipun sebenarnya dia gondok setengah mati.Willy hanya melirik Ann yang memejamkan matanya lagi. Setidaknya baju yang digunakan Ann kali ini lebih tidak menyesatkan matanya. Tapi, jika dilirik lagi, ada seberkas senyuman mengalun indah di bibir Willy, ternyata dia lebih menyukai sosok Ann yang tidak banyak bicara dan berpenampilan layaknya gadis belia seumuran saat ini ketimbang dia harus mengenakan jaket kulit serba hitam mirip Catwoman saat di jalanan."Ya tuhan , Ann, Lo tuh manis banget kalo begini. Nggak akan ada orang yang tau kelakuan tuh 180 derajat bedanya kalo Lo lagi pake motor balap Lo. Gue lebih senang sosok Lo yang kayak gini!" Batin Willy sedang berbisik kembali. Di
Annabella hampir saja tidak bisa mengendalikan perasaannya yang tiba-tiba datang tanpa diundang."Anjayyyyyy, gue kenapa sih? Kok jadi tiba tiba begitu sama Willy. Uh, pasti ada yang salah nih sama otak gue. Gue yakin ini akibat gue kepleset di kamar mandi tadi," Annabella masih saja merutuki juga memaki sikap bodohnya. Gadis Itu masih tidak tahu dengan getaran dadakannya itu. Meski tergambar jelas, dia benar-benar tidak mengetahuinya karena memang dia belum pernah merasa jatuh cinta."Gue udah daftarin. Lo tunggu sebentar ya, dokternya masih dalam perjalanan. Apa Lo mau sesuatu? Kita kan tadi belum sempat sarapan pas berangkat," Willy yakin, teman barbarnya itu pasti kelaparan. Willy tidak ingin kalau gadis itu mereog tiba-tiba karena menahan lapar.Meski tadi mereka sudah pagi buta sarapan nasi goreng yang dibuatkan mbok, tetap saja itu hanya porsi untuk mengganjal perut. Tidak ada yang tahu kecuali Willy kalau porsi makan gadis itu super besar berbeda dengan ukuran tubuh mungilnya
"Anjayyyyyy, dia bilang gue lalat pengganggu? Dia gila ya, dasar cowok bego, sialan!" Maki Anna di dalam hati dan matanya tetap sewot menatap laki-laki yang gak jelas di hadapannya itu."Heh, gue bukan sampah ya main sembarangan Lo buang buang. Gue ini anak orang, kalo ngomong diayak Lo. Pake ayakan yang gede, trus Lo liat tuh muka lo yang gede di depan kaca. Lo nggak buta kan? Masa cewek cantik begini Lo kira sampah! Sialan Lo!" Ocehan Anna tambah nggak jelas dan dia terus memaki sambil berkacak pinggang menatap judes laki-laki di hadapannya. Padahal jelas-jelas pinggang Anna sudah nyut-nyutan karena menahan sakit akibat terpeleset di kamar mandi rumahnya.Tapi, di luar dugaan laki-laki itu malah melengos dan berbalik badan akan pergi. Dia seakan tidak peduli oleh cacian yang keluar dari mulut gadis itu."Dasar sial. Apes banget gue, pas banget Willy nggak ada, gue malah ketemu cowok rese dan nggak jelas kayak tadi," Anna mengamuk, masih saja ngoceh, padahal laki-laki itu sudah perg
Logan masih melotot melihat kepergian gadis yang dianggapnya sampah itu. Tanpa sadar kakinya ikut melangkah. Ronny mengerutkan keningnya. Dia benar-benar tidak menyangka akan ada reaksi langka dari tuannya. Bahkan mungkin tuannya sudah dianggap manusia purba yang masuk museum nasional karena tidak pernah bersikap seperti itu."Tu–Tuan, maaf, Tuan Logan anda mau kemana?" Ronny menyusul dan mengingatkan, "Tuan, saya hanya mengingatkan, Tuan ada janji dengan Bu Winda …," kembali Ronny mengingat dan mengekor tuannya.Lalu Ronny menyentuh lengan tuannya, mencoba mengingatkan dan membuat tuannya sadar. Ronny merasa tuannya seperti terkena guna guna gadis sampah yang baru ditemuinya beberapa menit tadi.Logan menghentikan langkahnya. Dia kini sadar sepenuhnya. Apa yang dia lakukan saat tadi seperti berada diluar kesadarannya."Argh! Sial sekali. Ada apa denganmu, Logan? Kau bertingkah seperti orang gila. Kau bahkan ingin tahu kemana gadis sampah itu pergi. Benar-benar memalukan, Logan. Ini s
Ann mencoba membangunkan Willy dalam efek mode on melamun. Tentu saja Willy masih tidak percaya dengan apa yang gadis itu katakan. Itu seperti dreams come true. Willy semakin percaya diri kalau teman barbarnya itu memiliki, ya paling tidak secuil perasaan yang sama untuknya. Setidaknya itu yang sedang Will pikirkan saat ini."Eh, iya, sorry, Anna. Gimana gimana?" Kelabakan juga Willy dibikinnya. Dia tidak ingin terciduk dan sampai diketahui kalau Willy menyimpan perasaan secara diam-diam."Gue bilang, iya, gue mau diperiksa. Tapi, lo nggak boleh kemana-mana. Lo harus ada di sisi gue. Gue nggak mau kalau sampai dokter masuk itu ngapa-ngapain gue. Pokoknya kalau ada hal yang buruk terjadi ama gue, lo yang harus bertanggung jawab ya Wil." Spontan saja Ann mengatakan hal itu. Mungkin dia tidak sedang berpikir normal, karena pikirannya saat ini tetap tertuju pada pinggangnya yang sakit."Iya, iya, Lo nggak usah khawatir. Yuk!" Willy membungkukkan tubuhnya dan mengangkat tubuh Anna kembali.
“Jadi sudah tidak ada lagi yang kamu sembunyikan dariku? Hmm?!” Logan sudah merasa puas telah memberikan hukuman pada Ann.Gadis itu sedang menarik nafasnya atas hukuman yang diberikan oleh Logan.“I–iya, tolong jangan ganggu aku. Aku mau tidur!” Suara Ann lirih dan hampir tidak terdengar.“Bisa gawat kalo dia tahu gue suka balapan dan olahraga berat itu,” otak Ann sedang berpikir ulang untuk menceritakan masalah sisi lain tentang dirinya yang berbeda. An tidak ingin Logan juga terkejut kembali atau berpikir yang aneh-aneh lagi tentang dirinya. Sampai hari ini Ann masih bisa menyembunyikan semua. Bahkan orang tuanya pun nggak pernah tahu kalau dia suka balapan liar dan olahraga boxing.“Kamu istirahat sebentar lagi ya, aku mau mandi dan mengecek segalanya. Ronny akan segera mengurus keperluan kita hari ini,” meski mata Ann tertutup, telinga yang mendengar, namun keningnya jadi berkerut mendengar ucapan Logan.“Memangnya hari ini kita mau kemana?” Kata Ann bersuara lirih.“Orang tua
“Lepaskan aku, Mario!” Monica menatap kesal lawan dihadapannya. Tangannya hampir mendekati wajah Mario, namun lelaki itu menangkapnya dengan cepat.“Kamu mau kemana? Urusan kita belum selesai, hah! Bukannya tadi kau bilang akan melakukan apapun yang aku minta,” Mario mengingatkan janji Monica sebelum mereka masuk ke ruang pertemuan keluarga.“Semua sudah gak berlaku. Aku gak mau lagi kamu sentuh. Kita sudah melunasi hutang masing-masing. Jadi, jangan ganggu aku lagi!” Monica tegas menolak permintaan orang tuanya, dia tidak mau di jodohkan dengan Mario.Monica sedang berpikir keras bagaimana orang tuanya bisa bertemu dengan Mario. Dia tidak bisa membayangkan apa saja yang sudah diceritakan Mario kepada orang tuanya. Monica masih mengira semua yang terjadi adalah rencana Mario. Tidak mungkin orang tuanya bisa bertemu dengan Mario begitu saja. Monica merasa Mario sudah menyelidiki latar belakangnya.“Hah, enak saja mau pergi. Awalnya aku memang sempat menolak permintaan tuan Mason yang
“Umm … Logan ini sangat enak tolong jangan berhenti!” pinta Ann saat merasakan Logan berusaha keras memompa pinggulnya naik turun sambil tangannya meremas dua bongkahan kenyal miliknya bergantian dengan mulut Logan yang men hisap nya.“UM ah kamu benar-benar nikmat sayang. Aku sayang padamu umm ah!”Hentakan makin kuat dan membuat Ann meremas sprei sambil pinggangnya juga ikut memutar terus mengikuti ritme yang Logan berikan.Tubuh mereka sudah saling berpeluh.Ann tidak menyangka akan melakukan ini setelah mendapatkan izin dari orang tuanya. Pertemuan yang tidak sengaja dengan Logan malah berbuah seperti ini.Logan mengecup kening Ann setelah melakukan pelepasan beberapa kali dan Ann ambruk dalam pelukannya.“Sebentar-sebentar, aku mau tanya!”Ann sedikit menjauhkan tubuhnya.“Hmm, tanyalah. Aku siap menjawab, tapi jangan menjauhiku!”Logan menolak keras dan menarik kembali tubuh Ann kedalam dekapannya.Logan sudah merasakan dunia Ann miliknya. Jadi, tidak akan membiarkan gadis itu w
Mario sedang asik mengelus paha Monica. Tapi, Monica terus menghindar karena takut ketahuan oleh keluarganya.“A–aku, Mah? Dengan siapa?” Monica benar-benar terkejut karena dia berpikir malam ini hanya acara makan malam keluarga tanpa ada unsur lainnya.Dan seketika otak Mario langsung mengerti. Dia menaikkan sudut bibirnya. Seringai nya cukup terlihat jelas dimata Monica.“Gila yang benar aja, jangan bilang gue di jodohin Ama dia?” Oceh hati Monica dan di sambut dengan senyuman oleh Mario.Begitulah perasaan Monica yang tidak jauh beda dengan Ann yang terpaku seperti orang bodoh saat orang tuanya menjelaskan semua.“Kalau begitu, apa boleh aku mengobrol dan meluangkan waktu lebih banyak dengan calon istriku?” ucap Logan dan deg Ann kalang-kabut mendengar kata istri dari mulut Logan.“Tentu saja, Logan, uhmm … tapi, kasih kami jawaban pasti dulu, kamu bersedia kan menerima Ann sebagai istrimu,” kini Erika yang menghentikan duduk Logan yang terlihat bersiap mendorong kursi yang diduduk
“Bella, sebelah sini!” Ann menutup teleponnya setelah melihat sang ibu melambaikan tangan padanya. Dan tatapan Logan pun tertuju ke arahnya.“Ada apa ini? Kenapa mereka ada disini juga?” batin Logan bingung saat melihat ibunya Erika dan Bardo Mason ayahnya ada di belakang wanita yang melambaikan tangan ke arah Ann. Logan melihat si ayah tampak berbicara dengan serius.Ann segera membungkuk saat dia berhadapan dengan mereka.“Nah ini dia, Erika, putri semata wayangku. Dia cantik kan?” ucap ibu Ann seraya menarik dan memperkenalkannya pada seorang wanita paruh baya, namun masih terlihat anggun dan elegan.“Hmm, aku yakin dia memang cocok, Nathalie” tegasnya dan Logan langsung mengernyit ketika mendengarnya. Ibu Ann menggandeng dan memperkenalkan Ann padanya.“Beri salam pada tante Erika, Bel,” ucap ibu seolah menarik lengan Ann untuk berjabat tangan.Ann yang belum mengerti apa yang terjadi dia hanya mengikuti arahan ibunya untuk berjabat tangan.“Oh, ha–hai tan–te, aku, Annabella, ta
Ann berjalan sambil memeriksa ponselnya. Dia melihat kembali pesan yang dikirimkan oleh ibunya.“Lantai 45, ruang VVIP Rose,” oceh Ann saat membaca ulang pesan dan bruk, Ann tanpa sadar menabrak seseorang.“Aw!” ringgis Ann sambil memegangi dahinya yang terbentuk dada seseorang.“Kamu tidak apa-apa?” Ann menarik wajahnya ke arah suara, seorang laki-laki bersetelan jas sudah berdiri di hadapannya. Sepertinya dia juga terlihat terburu-buru seperti Ann.“Maaf, saya tidak sengaja, saya tidak melihat jalan!” Ann yang langsung membungkukkan tubuhnya karena merasa bersalah.“Um, sebenarnya tidak juga, saya juga memang sedikit terburu-buru,” ucapnya yang Ann dan laki-laki itu seperti berlomba sampai di depan lift. Dan bunyi pintu lift terbuka, Ann segera melangkah lebih dulu juga diikuti oleh laki-laki tadi.Laki-laki itu menekan tombol 45 saat Ann akan melakukannya. “Lantai 45 juga?” spontan Ann berkata sambil melirik ke arahnya.“Uhm, saya sungguh minta maaf untuk yang tadi,” laki-laki itu
“Aku gak bisa melakukannya Logan, aku mohon. Antarkan aku pulang. Aku harus segera pulang!” Ann menghentikan tubuh Logan yang mencoba menghimpitnya.“Aku akan mengantarkanmu pulang setelah kamu dan aku selesai sarapan!” seringai Logan, dia tak rela saat merasa enak dihentikan. Selama ini dia tidak pernah merasakan apapun pada wanita yang berusaha menggoda atau mendekatinya. Reaksinya malah terjadi pada Ann, meskipun gadis itu tidak menggoda, buat Logan gerakan dari matanya saja sudah membuat Logan kepanasan.“Sarapan? Ayo kita sarapan dan setelah itu kita pulang,” jawab Ann cepat, dia mengartikan sarapan yang sesungguhnya bukan sarapan yang sekarang ada di otak Logan. Logan tersenyum kecut saat mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Ann masih sepolos itu.“Sayang, please, kamu nggak bodoh kan? Sarapan yang aku maksud ini,” ucap Logan sambil menggerakkan bibirnya mengarah pada dua benda kenyal milik Ann juga belaan bibir Ann yang terasa basah dan membuatnya gak nyaman.“Aku janji akan
Logan membuka matanya lebih dulu. Dia melihat gadis di sampingnya dengan tatapan takjub. Tidak pernah sekalipun dia membayangkan akan ada peristiwa seperti ini dalam hidupnya. Ini adalah kebanggaan juga pencapaian terbesarnya.Tangannya perlahan membenarkan anak rambut milik Ann. Gadis itu masih terlelap dengan damai. Logan membelai kedua alis Ann secara bergantian, seolah dia memindai apapun tentang tubuhnya. Sedikitpun Logan tidak ingin melewatinya. Dari alis pindah ke hidung lalu perlahan membelai pipi gadisnya.Namun, getaran ponsel diatas meja samping ranjang Logan membuat posisinya berubah. Logan memiringkan tubuhnya, bangkit perlahan agar tidak mengusik Ann yang masih dalam buaian.Dia memandangi sesaat ponselnya, baginya beberapa detik itu membuat keningnya berkerut. Tidak pernah dalam jangka waktu satu tahun ini Logan mendapatkan panggilan tersebut.Logan merasa ada hal yang serius dan darurat ketika mendapatkan panggilan tersebut. Dia pun perlahan turun dan membawa ponselnya
“Kita ke apartemen Ronny, setelah itu kau boleh pulang?” perintah Logan saat pintu kemudi di tutup dan Ronny melihat dari spion.Tidak ada yang bicara, bahkan Logan terkesan enggan menatap Ann. Gadis itu hanya melirik dan tidak berani bicara. Dia masih bertanya-tanya apa yang akan dilakukan laki-laki itu. Melihat wajahnya yang dingin dan sulit ditebak sudah membuat Ann gelisah.“Ya ampun, Ann, sekali lagi Lo harus berurusan dengan cowok gila ini. Dia pasti minta gue ngelakuin yang aneh-aneh. Gimana ya? Apa gue kabur aja? Gue emang bisa berantem, tapi kalo di hadapkan dengan cowok yang bikin gue deg deg serr juga repot. Apalagi kalo dia udah natap gue, arrgghh mati gue?” Ann menjerit dengan hatinya, dia tanpa sadar terus menggigit bibirnya dan itu meski Logan tidak melihatnya secara langsung sudah membuat tangannya mengepal dengan kuat.Saat Logan menyadari mobilnya sudah berhenti dan berada dalam parkiran dan lift khususnya, dia segera keluar dan saat Ann membuka pintu, “Aarrgghh!!” J