Ann mencoba membangunkan Willy dalam efek mode on melamun. Tentu saja Willy masih tidak percaya dengan apa yang gadis itu katakan. Itu seperti dreams come true. Willy semakin percaya diri kalau teman barbarnya itu memiliki, ya paling tidak secuil perasaan yang sama untuknya. Setidaknya itu yang sedang Will pikirkan saat ini."Eh, iya, sorry, Anna. Gimana gimana?" Kelabakan juga Willy dibikinnya. Dia tidak ingin terciduk dan sampai diketahui kalau Willy menyimpan perasaan secara diam-diam."Gue bilang, iya, gue mau diperiksa. Tapi, lo nggak boleh kemana-mana. Lo harus ada di sisi gue. Gue nggak mau kalau sampai dokter masuk itu ngapa-ngapain gue. Pokoknya kalau ada hal yang buruk terjadi ama gue, lo yang harus bertanggung jawab ya Wil." Spontan saja Ann mengatakan hal itu. Mungkin dia tidak sedang berpikir normal, karena pikirannya saat ini tetap tertuju pada pinggangnya yang sakit."Iya, iya, Lo nggak usah khawatir. Yuk!" Willy membungkukkan tubuhnya dan mengangkat tubuh Anna kembali.
"Jangan khawatir, Buk, kan nona Bella berangkat sama tuan Willy. Kalau ada tuan Willy, Mbok yakin non Bella nggak akan kenapa-napa kok." Si Mbok berusaha meyakinkan agar nyonyanya sedikit lebih tenang. Tidak terlalu khawatir memikirkan kondisi putrinya saat ini. Meskipun memang pada kenyataannya emaknya Ann belum tahu kalau putrinya pergi kepeleset dari kamar mandi. "Gimana gak khawatir Mbok, kalau Bella kenapa-napa Aku bakal jadi sasaran bulan-bulanan dari tuan mu itu, Mbok tau kan gimana karakter papanya kan? Segala hal kalau ada sesuatu terutama mengenai Bella, dia pengennya sudah beres. Dia nggak akan menerima kekalahan atau melihat benda pusakanya kenapa-napa." Pastinya si Mbak tahu gimana kelakuan tuan dan nyonya terhadap nona semata wayang mereka. Mereka selalu menomor satukan dan memprioritaskan apapun tentang Anna. Terlebih lagi Ann bukan hanya anak semata wayang melainkan calon pewaris dari keluarga. "Mbok ngerti Bu, tapi Ibu harus yakin deh kalau sama tuan Willy, non Bel
"Diurut, Will? Ah, ini beneran Bella nggak apa apa kan Will? Itu kok sampai harus di urut juga? Padahal kamu bilang tadi baru balik dari rumah sakit," tampaknya Emaknya Ann masih belum percaya kalau Will benar-benar membawa putrinya ke rumah sakit."Beneran Tan, tadi Will beneran bawa Bella ke rumah sakit kok. Ada obat dari dokter nya kok. Sebentar ya Tan, Will ambil, kayaknya ketinggalan di dalam mobil!" Willy bergegas meninggalkan emaknya Ann saat dia merasa emaknya Ann menatapnya ragu."Aduh buset, emak gue curigaan bener deh. Segitu Willy ngomong bener aja nggak dipercaya apalagi kalo gue yang jelasin. Alamat gak akan dipercaya gue!" Batin Ann sedang bergemuruh dan sedikit cemas. Dia takut emaknya benar benar tidak percaya."Ini Tan, Tante boleh liat sendiri, ini resep dari dokter dan memang benar-benar baru diberikan hari ini. Juga rumah sakitnya juga, rumah sakit terdekat dari sini." Emaknya Ann sedang meneliti obat yang diberikan oleh Willy. Dan memang tidak dapat dihindari s
"Eh iya, tunggu sebentar ya, Will. Mbok belum datang. Sudah siang banget lagi. Lagian tadi kenapa Lo nggak beli sarapan juga," Anna merasa nggak enak karena memang Willy hanya mementingkan dia terlebih dahulu."Tadi gue belum laper, Ann. Lagian yang utama kan Lo dulu. Perut Lo harus terisi," ucap Willy lirih dan dia duduk di pinggir ranjang sebelah tangan Anna. Tanpa sadar, Ann malah menatap wajah Willy dengan intens. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Willy begitu perhatian padanya."Ya ampun Ann, combro, hihhhh … Lo kenapa lagi sih? Sekarang malah Lo ngeliatin muka Willy. Sialan. Kenapa juga nih jantung gue mendadak jedag jedug!" oceh Ann dalam hati yang tiba-tiba juga tidak bisa mengontrol hatinya. Jantungnya mulai berdetak cepat dan tidak teratur."Nih minum obatnya dulu," kata Will tiba-tiba lagi sudah menyodorkan satu persatu dari beberapa obat yang diberikan oleh dokter tadi. Kembali Ann menatap wajah Willy tanpa sadar."Kok bengong, ayo minum obatnya," tangan lain Willy men
Logan Mason berjalan gontai didampingi oleh Ronny yang sedang sibuk mengecek segala appointment juga berkas lewat benda pipih yang dibawanya. Mereka saat ini sedang berada di salah satu hotel bintang lima karena sang pembuat janji menginginkan pertemuannya di sana."Tuan, ibu Winda ingin membicarakan tentang perjanjian kita di dalam kamar yang sudah dipesannya. Apa Tuan yakin akan menemui dan menyetujui permintaannya sebelum kita tanda tangan," Ronny sedang membahas apapun yang tidak diinginkan tuannya. Dia tahu laki-laki pemilih dan serba banyak aturan itu akan paling malas berdekatan atau disentuh oleh seorang wanita.Apalagi Ronny tahu, Winda sang penanda tangan kontrak memang mengincarnya sejak lama."Suruh dua orang anak buah lagi untuk ikut dengan kita. Kita akan melakukan pertunjukan seperti biasa, jangan sampai dia tahu, kerjakan dengan rapi," ucap Logan sarkas dengan tatapan tajam.Tentu saja dia tidak akan mengizinkan siapapun untuk menyentuh atau berdekatan dengannya. Wan
Padahal Logan sedang mengatur siasat dengan Ronny, agar Ronny bisa leluasa menjalankan aksinya. Kalau Winda lengah, Ronny bebas melakukan rencananya. "Benarkah? Kau benar-benar mau menemaniku? Kau tidak sedang membohongiku kan? Aku benar-benar akan marah loh kalau kamu sampai berbohong. Kau tahu kan," Winda berbalik dan kembali melangkah mendekati Logan, Dia memberikan aura penekanan agar masa yang sedang diincarnya tidak melarikan diri."Memangnya kamu pernah mendengar kalau aku berbohong? Kita tanda tangan kontrak dulu dan setelah itu aku akan menemanimu. Tentu saja dengan catatan yang aku buat," Winda tersenyum dan menggeleng pelan. Tatapannya kini sedang tertuju dengan serius pada Logan, dia tahu kalau mangsanya tidak akan dengan mudah ditaklukan.Dengan begitu dia yakin kalau perkataannya tadi memang benar-benar ditujukan untuknya. Setidaknya Winda harus merasa menang satu langkah karena saat ini tanpa perlu dia bujuk, Logan dengan sendirinya menawarkan sesuatu yang menggiurkan,
Winda benar-benar keki terhadap Ronny. Dia benar-benar ingin menyingkirkan Ronny secepat mungkin dari kamar mereka. Winda merasa Ronny adalah pengganggu besar untuk apa yang sedang ingin dilakukannya. Winda memang berencana ingin menaklukkan Logan dengan cara yang sedikit berbeda. Dia yakin dengan memberikan Logan minuman berkadar alkohol akan membuat laki-laki tampan itu tidak sadarkan diri dan takluk padanya."Ah, baiklah kau cerewet dan pengganggu sekali. Aku akan tanda tangan, tapi setelah ini, kau keluarlah dari kamarku. Aku hanya ingin mengobrol berdua saja dengan bosmu, kamu mengerti?" Itu adalah secara halus dari Winda. Dia benar-benar menginginkan Ronny segera pergi dari kamarnya."Dengan senang hati, Bu Winda, saya akan menuruti semua perintah anda asalkan Bu Winda tanda tangan kontrak kami terlebih dahulu. Tuan pun pasti tidak ingin waktu berharganya diganggu karena kehadiran saya," Ronny sedang menjalankan perannya untuk membuat tekanan yang tidak terlihat seperti memaksa
"Dasar wanita busuk. Mana sudi aku bercinta dengan wanita murahan sepertimu!" Logan menutup rapat pintu kamar hotel Winda dan meninggalkan Winda dengan dua orang suruhan yang sudah diatur Ronny. Tepatnya mereka memang anak buah Logan yang khusus ditugaskan untuk job seperti itu."Anda tidak apa-apa, Tuan?" Ronny menatap sesaat tuannya yang akan masuk ke dalam mobil."Sepertinya kita kembali ke apartemen saja, aku tidak mau sampai dilihat orang rumahku dalam kondisi menyebalkan seperti ini. Aku ingin membersihkan diriku dulu. Ini sangat bau dan tidak enak," ucap Logan merasa jijik dengan dirinya sendiri karena sudah dekat dekat dengan Winda.Ronny tahu pasti sangat sulit sekali untuk Tuannya bertemu dengan wanita tadi apalagi Tuan disentuh dan digoda seperti itu dari jarak dekat. Itu kenyataan yang luar biasa untuk Ronny tuannya tidak mencekik wanita tadi."Baik Tuan saya akan menjalankan mobil lebih cepat," Ronny memberikan isyarat untuk Tuannya saat membukakan pintu untuk tuannya s
"Dasar wanita busuk. Mana sudi aku bercinta dengan wanita murahan sepertimu!" Logan menutup rapat pintu kamar hotel Winda dan meninggalkan Winda dengan dua orang suruhan yang sudah diatur Ronny. Tepatnya mereka memang anak buah Logan yang khusus ditugaskan untuk job seperti itu."Anda tidak apa-apa, Tuan?" Ronny menatap sesaat tuannya yang akan masuk ke dalam mobil."Sepertinya kita kembali ke apartemen saja, aku tidak mau sampai dilihat orang rumahku dalam kondisi menyebalkan seperti ini. Aku ingin membersihkan diriku dulu. Ini sangat bau dan tidak enak," ucap Logan merasa jijik dengan dirinya sendiri karena sudah dekat dekat dengan Winda.Ronny tahu pasti sangat sulit sekali untuk Tuannya bertemu dengan wanita tadi apalagi Tuan disentuh dan digoda seperti itu dari jarak dekat. Itu kenyataan yang luar biasa untuk Ronny tuannya tidak mencekik wanita tadi."Baik Tuan saya akan menjalankan mobil lebih cepat," Ronny memberikan isyarat untuk Tuannya saat membukakan pintu untuk tuannya s
Winda benar-benar keki terhadap Ronny. Dia benar-benar ingin menyingkirkan Ronny secepat mungkin dari kamar mereka. Winda merasa Ronny adalah pengganggu besar untuk apa yang sedang ingin dilakukannya. Winda memang berencana ingin menaklukkan Logan dengan cara yang sedikit berbeda. Dia yakin dengan memberikan Logan minuman berkadar alkohol akan membuat laki-laki tampan itu tidak sadarkan diri dan takluk padanya."Ah, baiklah kau cerewet dan pengganggu sekali. Aku akan tanda tangan, tapi setelah ini, kau keluarlah dari kamarku. Aku hanya ingin mengobrol berdua saja dengan bosmu, kamu mengerti?" Itu adalah secara halus dari Winda. Dia benar-benar menginginkan Ronny segera pergi dari kamarnya."Dengan senang hati, Bu Winda, saya akan menuruti semua perintah anda asalkan Bu Winda tanda tangan kontrak kami terlebih dahulu. Tuan pun pasti tidak ingin waktu berharganya diganggu karena kehadiran saya," Ronny sedang menjalankan perannya untuk membuat tekanan yang tidak terlihat seperti memaksa
Padahal Logan sedang mengatur siasat dengan Ronny, agar Ronny bisa leluasa menjalankan aksinya. Kalau Winda lengah, Ronny bebas melakukan rencananya. "Benarkah? Kau benar-benar mau menemaniku? Kau tidak sedang membohongiku kan? Aku benar-benar akan marah loh kalau kamu sampai berbohong. Kau tahu kan," Winda berbalik dan kembali melangkah mendekati Logan, Dia memberikan aura penekanan agar masa yang sedang diincarnya tidak melarikan diri."Memangnya kamu pernah mendengar kalau aku berbohong? Kita tanda tangan kontrak dulu dan setelah itu aku akan menemanimu. Tentu saja dengan catatan yang aku buat," Winda tersenyum dan menggeleng pelan. Tatapannya kini sedang tertuju dengan serius pada Logan, dia tahu kalau mangsanya tidak akan dengan mudah ditaklukan.Dengan begitu dia yakin kalau perkataannya tadi memang benar-benar ditujukan untuknya. Setidaknya Winda harus merasa menang satu langkah karena saat ini tanpa perlu dia bujuk, Logan dengan sendirinya menawarkan sesuatu yang menggiurkan,
Logan Mason berjalan gontai didampingi oleh Ronny yang sedang sibuk mengecek segala appointment juga berkas lewat benda pipih yang dibawanya. Mereka saat ini sedang berada di salah satu hotel bintang lima karena sang pembuat janji menginginkan pertemuannya di sana."Tuan, ibu Winda ingin membicarakan tentang perjanjian kita di dalam kamar yang sudah dipesannya. Apa Tuan yakin akan menemui dan menyetujui permintaannya sebelum kita tanda tangan," Ronny sedang membahas apapun yang tidak diinginkan tuannya. Dia tahu laki-laki pemilih dan serba banyak aturan itu akan paling malas berdekatan atau disentuh oleh seorang wanita.Apalagi Ronny tahu, Winda sang penanda tangan kontrak memang mengincarnya sejak lama."Suruh dua orang anak buah lagi untuk ikut dengan kita. Kita akan melakukan pertunjukan seperti biasa, jangan sampai dia tahu, kerjakan dengan rapi," ucap Logan sarkas dengan tatapan tajam.Tentu saja dia tidak akan mengizinkan siapapun untuk menyentuh atau berdekatan dengannya. Wan
"Eh iya, tunggu sebentar ya, Will. Mbok belum datang. Sudah siang banget lagi. Lagian tadi kenapa Lo nggak beli sarapan juga," Anna merasa nggak enak karena memang Willy hanya mementingkan dia terlebih dahulu."Tadi gue belum laper, Ann. Lagian yang utama kan Lo dulu. Perut Lo harus terisi," ucap Willy lirih dan dia duduk di pinggir ranjang sebelah tangan Anna. Tanpa sadar, Ann malah menatap wajah Willy dengan intens. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Willy begitu perhatian padanya."Ya ampun Ann, combro, hihhhh … Lo kenapa lagi sih? Sekarang malah Lo ngeliatin muka Willy. Sialan. Kenapa juga nih jantung gue mendadak jedag jedug!" oceh Ann dalam hati yang tiba-tiba juga tidak bisa mengontrol hatinya. Jantungnya mulai berdetak cepat dan tidak teratur."Nih minum obatnya dulu," kata Will tiba-tiba lagi sudah menyodorkan satu persatu dari beberapa obat yang diberikan oleh dokter tadi. Kembali Ann menatap wajah Willy tanpa sadar."Kok bengong, ayo minum obatnya," tangan lain Willy men
"Diurut, Will? Ah, ini beneran Bella nggak apa apa kan Will? Itu kok sampai harus di urut juga? Padahal kamu bilang tadi baru balik dari rumah sakit," tampaknya Emaknya Ann masih belum percaya kalau Will benar-benar membawa putrinya ke rumah sakit."Beneran Tan, tadi Will beneran bawa Bella ke rumah sakit kok. Ada obat dari dokter nya kok. Sebentar ya Tan, Will ambil, kayaknya ketinggalan di dalam mobil!" Willy bergegas meninggalkan emaknya Ann saat dia merasa emaknya Ann menatapnya ragu."Aduh buset, emak gue curigaan bener deh. Segitu Willy ngomong bener aja nggak dipercaya apalagi kalo gue yang jelasin. Alamat gak akan dipercaya gue!" Batin Ann sedang bergemuruh dan sedikit cemas. Dia takut emaknya benar benar tidak percaya."Ini Tan, Tante boleh liat sendiri, ini resep dari dokter dan memang benar-benar baru diberikan hari ini. Juga rumah sakitnya juga, rumah sakit terdekat dari sini." Emaknya Ann sedang meneliti obat yang diberikan oleh Willy. Dan memang tidak dapat dihindari s
"Jangan khawatir, Buk, kan nona Bella berangkat sama tuan Willy. Kalau ada tuan Willy, Mbok yakin non Bella nggak akan kenapa-napa kok." Si Mbok berusaha meyakinkan agar nyonyanya sedikit lebih tenang. Tidak terlalu khawatir memikirkan kondisi putrinya saat ini. Meskipun memang pada kenyataannya emaknya Ann belum tahu kalau putrinya pergi kepeleset dari kamar mandi. "Gimana gak khawatir Mbok, kalau Bella kenapa-napa Aku bakal jadi sasaran bulan-bulanan dari tuan mu itu, Mbok tau kan gimana karakter papanya kan? Segala hal kalau ada sesuatu terutama mengenai Bella, dia pengennya sudah beres. Dia nggak akan menerima kekalahan atau melihat benda pusakanya kenapa-napa." Pastinya si Mbak tahu gimana kelakuan tuan dan nyonya terhadap nona semata wayang mereka. Mereka selalu menomor satukan dan memprioritaskan apapun tentang Anna. Terlebih lagi Ann bukan hanya anak semata wayang melainkan calon pewaris dari keluarga. "Mbok ngerti Bu, tapi Ibu harus yakin deh kalau sama tuan Willy, non Bel
Ann mencoba membangunkan Willy dalam efek mode on melamun. Tentu saja Willy masih tidak percaya dengan apa yang gadis itu katakan. Itu seperti dreams come true. Willy semakin percaya diri kalau teman barbarnya itu memiliki, ya paling tidak secuil perasaan yang sama untuknya. Setidaknya itu yang sedang Will pikirkan saat ini."Eh, iya, sorry, Anna. Gimana gimana?" Kelabakan juga Willy dibikinnya. Dia tidak ingin terciduk dan sampai diketahui kalau Willy menyimpan perasaan secara diam-diam."Gue bilang, iya, gue mau diperiksa. Tapi, lo nggak boleh kemana-mana. Lo harus ada di sisi gue. Gue nggak mau kalau sampai dokter masuk itu ngapa-ngapain gue. Pokoknya kalau ada hal yang buruk terjadi ama gue, lo yang harus bertanggung jawab ya Wil." Spontan saja Ann mengatakan hal itu. Mungkin dia tidak sedang berpikir normal, karena pikirannya saat ini tetap tertuju pada pinggangnya yang sakit."Iya, iya, Lo nggak usah khawatir. Yuk!" Willy membungkukkan tubuhnya dan mengangkat tubuh Anna kembali.
Logan masih melotot melihat kepergian gadis yang dianggapnya sampah itu. Tanpa sadar kakinya ikut melangkah. Ronny mengerutkan keningnya. Dia benar-benar tidak menyangka akan ada reaksi langka dari tuannya. Bahkan mungkin tuannya sudah dianggap manusia purba yang masuk museum nasional karena tidak pernah bersikap seperti itu."Tu–Tuan, maaf, Tuan Logan anda mau kemana?" Ronny menyusul dan mengingatkan, "Tuan, saya hanya mengingatkan, Tuan ada janji dengan Bu Winda …," kembali Ronny mengingat dan mengekor tuannya.Lalu Ronny menyentuh lengan tuannya, mencoba mengingatkan dan membuat tuannya sadar. Ronny merasa tuannya seperti terkena guna guna gadis sampah yang baru ditemuinya beberapa menit tadi.Logan menghentikan langkahnya. Dia kini sadar sepenuhnya. Apa yang dia lakukan saat tadi seperti berada diluar kesadarannya."Argh! Sial sekali. Ada apa denganmu, Logan? Kau bertingkah seperti orang gila. Kau bahkan ingin tahu kemana gadis sampah itu pergi. Benar-benar memalukan, Logan. Ini s