Author POV
"Permisi Nona..." Ted melambaikan tangannya pada seorang pegawai kafe yang sempat Lylia ajak bicara malam itu.
"Ya? Ada yang bisa saya bantu Pak?" Tanyanya.
"Dimana gadis yang bertugas di situ?" Tanya Ted menunjuk mesin kopi yang biasa Lylia pakai.
Lylia POV"Baby.." Suara parau dan berat Daddy membangunkanku.Aku membuka mata dan kudapati diriku sedang tidur di bawah kasur dengan mata sembabku. Lagi-lagi aku tertidur setelah puas menangis dan meronta. Kutatap wajah Daddy yang melihatku tanpa ekspresi itu. Ia ingin membantuku duduk namun kutepis tangannya yang ingin menyentuhku."Makan dulu." Ucapnya membawakanku makanan dan di simpannya di nakas samping kasur.Aku hanya menatap makan malamku berupa sekotak fast food lengkap dengan minuman sodanya, tapi nafsu makanku tidak ada. Aku hanya mendiamkannya dan memalingkan wajahku melihat ke arah luar jendela besar dan membelakangi Daddy.Daddy ikut mendiamkanku dan memilih duduk di samping kasur. Pakaiannya tampak santai, sepertinya ia juga akan menginap di kamar ini."Kenapa?" Tanyaku tiba-tiba."Kenapa Daddy melakukan ini padaku?" Tambahku.Daddy masih memilih diam dan malah merebahkan tubuhnya di kasur dengan memiringkan tubuhnya menatapku.Aku menatapnya tidak suka."Kau bilang ka
Author POVTed benar-benar bertahan untuk terjaga sepanjang malam. Ia terus menunggu kepulangan Adiknya yang tidak kunjung datang itu. Kini ia tampak sangat khawatir dengan kondisi Lylia yang tidak kunjung ketemu hingga matahari menyapa matanya yang lelah. Ponselnya yang berdering keras menyadarkannya dari semua pikiran jeleknya."Bagaimana Jean?" Tanyanya yang mengetahui siapa yang menghubunginya."Aku baru mau nanya Kakak. Apa Sky benar-benar tidak pulang?""Tidak, Jean. Sepertinya kita harus mengecek kantor orang itu hari ini." Ucap Ted."Baik Kak. Aku akan ikut menemanimu." Balas Sheena."Okay, aku akan datang menjemputmu sejam lagi." Balas Ted mematikan sambungan....Ted membawa mobil mewahnya menuju ke gedung pencakar langit yang dekat dengan tempat Lylia dan Sheena bekerja. Sheena duduk di kursi penumpang tepat di sampingnya, masih sibuk dengan ponselnya dan mencoba untuk menelepon nomor baru Lylia yang tidak kunjung aktif juga."Kita langsung ketemu Tuan Dante saja ya Kak.
Dante POVKini tidak ada teriakan sama sekali. Hari ini begitu tenang. Sangat berbeda dengan kemarin. Tidak ada perlawanan atau jeritan meminta tolong yang terdengar dari kamar itu. Kubawakan sarapan yang sudah kusiapkan hari ini ke dalam kamarnya. Lagi-lagi gadis itu duduk meringkuh di karpet bawah, bukannya tertidur santai di atas kasur."Baby.. Sarapanmu." Ucapku duduk di samping kasur dan meletakkan sarapannya di nakas samping tempat tidur.Dia terdiam tidak membalas atau sekedar berbalik. Aku tidak suka sifat acuhnya itu. Tapi selama dia
Dante POV Meetingpentingku akhirnya berjalan dengan lancar dan selesai persis sebelum jam istirahat kantorku dimulai. Aku segera berjalan menuju ke lobby dan melihat mobillku sudah menungguku di depan pintu utama. Tapi sesampainya di depan pintu lift aku dikejutkan dengan kehadiran Bobby yang membawa sekotak hadiah dan sebuket bunga. "Hei mau kemana kawan? Aku baru saja mau menemuimu." Ucapnya santai. Ah- kedatangannya sungguh tidak pas!
Author POV Bobby sedikit kaget mendengar Ted berani mengucapkan nama Dante secara frontal seperti itu. Ia mengangguk perlahan. "Apa ada yang salah?" Tanya Bob melihat ekspresi Ted berubah serius seketika. "Paman, Lylia tidak pulang dari kemarin! Biasanya dia akan selalu pulang larut malam karena kerjaannya. Tapi sampai siang ini aku tidak mendapatkan kabarnya." Jelas Ted setengah panik. Bobby menger
Dante POVAku pulang dengan sebuket bunga dan sekotak kado yang Bob bawakan khusus untuk gadisku. Kubuka pintu kamarku dan berjalan masuk mendekati Lylia yang sedang duduk di karpet masih di tempat yang sama, menghadap ke arah luar jendela besar dan membelakangiku."Baby, Daddy pulang..." Sapaku.Dia masih diam tidak membalasnya."Aku membawakan kado dari paman Bobmu, dia baru pulang dan membelikanmu oleh-oleh. Ini..." Ucapku yang berjalan mendekatinya.Ia berbalik dengan mengacungkan tangannya yang sedang memegang pecahan piring yang kubawakan tadi pagi untuknya. Matanya menatapku dengan penuh rasa takut dan cemas. Bibirnya bergetar pelan dan ia terlihat seperti sedang menahan nafasnya.Langkahku berhenti seketika."Baby..." Tegurku.Ia menggigit bibir bawahnya."Lepas... Lepaskan aku, Daddy." Pintanya.Aku menurunkan semua buket bunganya ke tempat tidur dan kado dari Bobby ke atas karpet. Ekspresiku seketika berubah menjadi sangat serius, bahkan terkesan sedang kesal akibat ulah gadi
Author POVDinginnya malam dan sepinya kondisi istana tidak membuat Harley berleha-leha begitu saja. Ia tetap melaksanakan kegiatannya memantau para pekerja di istana besar keluarga Prime ini agar tetap melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Ketidakmampuan dan kegagalan merupakan hal yang tidak bisa ia toleransi. Ia tidak ingin membuat sang tuan rumah kecewa lagi atas kinerjanya.BRUK!!Telinganya dengan jelas bisa mendengar suara aneh barusan. Harley mengikuti instingnya untuk tidak mendekati suara tersebut, melainkan mulai berjalan cepat ke arah ruang CCTV dan menegur setiap penjaga yang sedang bertugas malam ini untuk meningkatkan pengawasannya. Benar saja, tidak lama ia berlalu dari para penjaga itu, beberapa orang bertubuh sama besarnya dengan para bodygurd Dante merengsek masuk ke dalam gedung utama."HEY!!!" Teriak para bodyguard Dante sebelum mereka maju dan menembaki para penyusup yang juga ikut maju dan membalas tembakan mereka.Perkelahianpun dan tembak-tembakanpu
Author POVLylia membuka matanya dengan sangat hati-hati saat-sinar matahari menerpa kepalanya yang sedang dibuai mimpi indah. Ia sadar seseorang sedang menyentuh kakinya yang sedang terborgol. Pandangannya segera menuju ke arah bawah dan mendapati Dante sedang mengoleskan sejenis krim ke kakinya yang lecet dan sedikit membengkak dengan sangat fokus. Entah kenapa melihat hal itu membuat jantung Lylia sedikit berdetak malu."Da-""Jangan bergerak sayang. Tetaplah rebahan seperti tadi." Sela Dante saat Lylia berusaha duduk.