Angel kini tengah berdiri di balkon apartemen milik Nick dengan kedua bola mata yang memandang dengan begitu kesal ke depan.
"Apa, sih?! Mana ada aku nyusahi?! Aku pergi pun nggak macam-macam karena palingan tidur doang. Udah, kan?! Itu aja dan nggak ada yang lainnya," ucap Angel dengan begitu kesal sambil menghentakkan kedua kakinya diatas lantai dengan begitu gemas.
Nick langsung menarik pinggang gadis mungil itu untuk masuk kembali ke dalam kamar dan berhasil membuat gadis mungil itu semakin merasa kesal.
"Apa, sihhhhh?! Ngapain main tarik-tarik aja?!"
Nick tersenyum miring lalu kemudian perlahan mengelus lembut leher Angel.
"Nanti lehernya berurat kalau teriak mulu," ucapnya dengan nada suara tenang.
Angel perlahan memejamkan matanya saat dia merasakan tangan kekar itu mengelus lembut lehernya.
Nick yang melihat respon sensual dari angel langsung mendecih sinis.
"Cih! Yang kayak gini mau datang ke bar?! Lehernya baru disentuh doang dan langsung perangsang kayak gitu," ucap Nick dengan nada meremehkannya.
Angel yang mendengarkan itu langsung dengan cepat membuka kedua bola matanya sambil menatap tajam pria itu, tetapi beberapa detik berikutnya dia kembali menatap lembut dan manja.
"Ihhhhhh! Nickkkkk!"
Nick tertawa pelan saat melihat tingkah konyol yang diperlihatkan Angel kepada dirinya, terus merengek layaknya anak kecil.
"Pokoknya Angel ikut sama kamu, yahhhhh!"
"Ck, masih dibahas aja masalah itu!"
"Ikut!"
Nick mengusap wajahnya dengan kasar dan perlahan menatap kedua bola mata indah itu dengan tatapannya yang begitu serius.
"Lo datang ke bar bahaya banget, Ngel. Lo nyusahi jadi cewek," ucapnya dengan lembut.
Angel menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban.
"Enggak ada nyusahin loh. Aku datang ke sana, terus aku natap kamu kerja dan kalaupun aku bosan, aku bisa minta manager kamu untuk buatin aku waffle atau tidur, kan?!" ucapnya dan berusaha untuk mencari alasan agar dia bisa ikut.
"Ck, karena hal itu, gue berasa bahaya kalau lo ikut sama gue!" tegas Nick, kesabarannya sudah perlahan habis.
"Memangnya bahaya bagian di mananya, coba?!" Angel bertanya dengan nada suaranya yang sudah naik satu oktaf.
Nick menggertakkan giginya dan rahangnya mulai mengeras, dia mulai emosi menahan tingkah Angel, tetapi sekuat tenaga dia tidak marah kepada sugar baby-nya itu.
"Lo tidur dan gue serius kerja. Kalau misalnya ada yang bohong lo karena gue serius buat kerja nanti, gimana jadinya?" Nick bertanya dengan nada suaranya yang mulai perlahan greget.
"Bukannya aku bisa teriak dan panggil kamu?!" tanya Angel menantang sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Tapi lo kalau tidur kayak orang mati aja! Bangunnya susah banget!" Nick mengusap wajahnya dengan begitu kasar.
Kedua bola mata pria itu sudah beralih untuk menatap tajam gadis mungil yang ada di depannya itu.
"Alasan apalagi yang mau keluar dari mulut lo?!" Nick bertanya dengan begitu geram.
Angel menghela napas panjang dan langsung menghamburkan pelukannya pada tubuh Nick sambil mengerucutkan bibirnya dengan begitu manja.
"Iya, deh. Angel nggak akan pergi," final Angel dengan nada suaranya yang pasrah karena dia sudah tidak bisa lagi untuk terus berdebat dan beradu argumen dengan Nick.
"Hum..." Nick hanya berdehem pelan sebagai jawaban sambil membalas pelukan Angel.
Angel hanya bisa pasrah begitu saja karena mengingat kalau pastinya dia tidak bisa melawan pria yang ada di dalam pelukannya itu.
***
Nick tengah menghisap rokoknya dengan begitu tenang sambil menatap langit malam dengan tatapannya yang begitu tajam.
Seorang pria dengan badan tegasnya melangkahkan kakinya untuk berjalan mendekati Nick.
"Nick," panggilnya dan berhasil membuat Nick membalikkan badannya.
"Ada yang mau jumpa sama lo," ucap sahabat Nick yang sekaligus bartender di bar-nya, Abdharon Grishilde.
"Siapa?"
"Tamu VIP kemarin, sih."
Nick menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil menyunggingkan senyuman tipisnya.
Kedua bola matanya perlahan menatap rokoknya yang kini tinggal tersisa setengah bagian.
"Bagus kalau lo langsung terima aja tawarannya, Nick. Mumpung dia mau bayar besar dan bahkan bayarannya dia lebih besar dari harga aslinya," jelas Hilde.
Nick tersenyum tipis dan kembali menghisap rokoknya dan juga tidak lupa tatapannya kembali menatap tajam ke depan.
"Nick-"
"Kalau gue ladeni dia. Emangnya lo udah yakin banget kalau dia bisa memuaskan gue daripada baby gue?" tanya Nick usai memotong ucapan Hilde.
"Yah..." Hilde menatap sahabatnya itu dengan kecewa.
"Untuk masalah itu gue nggak tahu, sih. Gue nggak pernah coba soalnya," ucap Hilde sambil tersenyum tipis.
Nick menghembuskan nafasnya dengan kasar dan perlahan mematikan rokoknya dan tidak lupa dia membuangnya ke sembarang arah.
Nick menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang begitu kesal.
"Rela naik ke lantai dua cuma menyampaikan ini?!" Nick bertanya dengan tidak habis pikir.
Note : Lantai 2 yang ada di bar Nick, terkhusus untuk Nick dan juga teman-temannya tanpa ada pengunjung bar lain yang menggunakan lantai 2 itu.
"Hum... Mumpung bayarannya lumayan banyak, kan?" Hilde menaikkan alis kanan nya dengan tinggi.
Nick tersenyum sinis lalu kemudian melangkahkan kakinya untuk berjalan masuk dan tidak peduli dengan tawaran yang diberikan oleh sahabatnya itu.
"Nick! Ayolah..." rengek Hilde sambil mengikuti pria itu dari belakang.
"Emangnya jalang itu di mana sekarang?"
Hilde langsung tersenyum dengan begitu lebar saat mendengarkan pertanyaan yang dia tunggu-tunggu keluar dari mulut Nick.
"Dance floor," jawabnya singkat tetapi sudah bisa dimengerti oleh Nick.
Nick menghembuskan nafasnya kesal sambil menatap Hilde dengan tatapannya yang begitu datar.
"Lo cukup duduk di sofa, pas dekat dengan bartender, dia pasti langsung jumpa dengan lo," ucap Hilde.
Nick berdehem pelan dan kemudian melangkahkan kakinya untuk berjalan turun menuju lantai 1.
Hilde menggelengkan kepalanya perlahan saat dia melihat kepergian sahabatnya itu.
"Ck, dikasih daging segar yang pernah dirasain banyak orang dan juga banyak diincar orang-orang. Tapi, dia nggak pernah peduli hal itu dan lebih memilih daging kelinci yang nyatanya itu kecil banget," gumam Hilde sambil tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya untuk berjalan turun menuju lantai 1.
Kini Nick berjalan turun ke lantai 1, lebih tepatnya ke dance floor untuk bertemu tamu VIP yang dimaksud Hilde.Seketika Nick menghentikan langkahnya saat hampir sampai di depan sofa, matanya menatap serius ke arah depan.Nick melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap tajam ke depan dan detik berikutnya dia tersenyum tipis.Nick melangkahkan kakinya untuk berjalan pelan dan perlahan menurunkan pandangannya untuk menatap ke arah bawah, objek yang tengah berbaring di atas sofa.Jolie tersenyum menggoda dan perlahan dia terbangun dari posisinya untuk duduk dihadapan Nick."Gue udah lama datang ke bar ini cuma untuk cari pemiliknya doang," ucapnya.
Nick kini berjalan ke arah parkiran, tetapi langkah kakinya terhenti karena seseorang menahan pergelangan tangannya dengan cepat."Lo mau ke mana?" tanya Hilde."Apart," jawabnya singkat."Sialan!" Hilde menghembuskan nafasnya dengan kasar."Lo tadi katanya mau lembur. Ngapain tiba-tiba mau balik ke apart?!""Gue nggak mood pas jumpa jodoh lo tadi.""Siapa, anjir?!" tanya Hilde bingung."Jolie," jawab Nick dengan tenang dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Hilde."Anj! Lo kalau bicara jangan semena-mena. Ya kali kalau dia jodoh gue! Bangsat lah!" kesal Hilde.Nick hanya tersenyum tipis dan kembali melangkahkan kakinya untuk berjalan menuju parkiran."Lo beneran nggak tinggal di sini?!" Hilde kembali memastikan.Nick tidak menggubris pertanyaan sahabatnya itu dan lebih memilih untuk melanjutka
Angel terduduk dengan cepat dan tidak lupa pandangannya langsung melirik ke arah samping."Ishhh! Kok masih tidur, sihhhh?!"Angel mengerucutkan bibirnya dan perlahan berjalan menuju kamar mandi.Angel membasuh wajahnya dan kembali menghampiri Nick yang masih tertidur pulas."Tidurnya pulas banget, sih. Kan, Angel nggak tega bangunin Daddy," gumamnya sambil mengerucutkan bibirnya."Daddy..." bisiknya pada daun telinga Nick."...""Daddy-nya Angelll! Sekarang udah pagi! Bangun, daddy..." bisiknya lagi dengan suara lembut."..."Angel langsung menghembuskan nafasnya dengan kesal dan mengerucutkan bibirnya."Daddyyyyyyyyy!!"Nick yang sudah mulai terganggu dengan suara Angel langsung membuka matanya.Nick perlahan memicingkan matanya."Jangan ganggu, Ngel. Gue la
Angel kini sudah berada di taman kompleks yang memang di sana banyak orang yang sedang jogging pagi.Sebenarnya Angel tidak terlalu suka berolahraga, apalagi berolahraga pagi seperti ini.Cuma saja Angel sedikit kesal dengan Nick, sehingga Angel lebih memilih berjalan sendiri karena merasa suntuk juga di apartemen."Kenapa Nick minta dingertiin terus sama Angel?! Padahal Nick sendiri nggak pernah ngertiin Angel! Angel cuma mau jalan-jalan sama seperti pasangan yang biasanya, berjalan santai di hari Minggu biar senang-senang," ucap Angel dengan kesal."Tapi dia lebih milih tidur!" lanjutnya lagi sambil memandang kesal ke depan."Oke! Angel tahu kalau Nick itu bekerja di saat malam dan pulang saat subuh. Tapi, dia bisa, kan, sekali-kali keluar jalan sama Angel?"Angel mengerucutkan bibirnya sambil terus berjalan dengan begitu kesal."Ishhhhhh! Mau cari daddy baru. Tap
"Nick mana, sih?! Katanya mau datang ke sini. Ish... Apa dia bohong sama aku?!" tanya Angel, dia merasa bosan menunggu.Sembari menunggu kedatangan Nick, Angel lebih memilih untuk meminum coffee-nya sambil menatap lurus ke depan.Angel mengangkat cangkir coffee-nya dan detik berikutnya dia menghirup aroma coffee tersebut dengan dalam-dalam."Wuahhhh! Enak kali lah!" pekiknya sambil tertawa kecil.Seseorang menghampiri Angel, lalu kemudian duduk di depan Angel sehingga membuat Angel langsung reflek mengangkat pandangannya.Nick tengah duduk di depan Angel sambil melipat kedua tangannya di depan dada."Daddyyyyyyyyy!"Angel tersenyum lebar."Kenapa lama?" Nick menatap Angel dengan tajam.Angel mengerucutkan bibirnya dengan lucu."Ih... Mana ada Angel lama?! Orang Angel cuma lari beberapa jam doang," jawabnya dengan manja."Lari atau makan?" Nick mengangkat alis kanannya dengan tinggi sambil menatap junk food yang ada di
“Tumbenan banget lo mau jadi bartender, biasanya juga ogah banget buat jadi bartender,” ledek Hilde saat melihat bosnya itu sedang meracik minuman.“Lagi mood,” jawab Nick singkat.“Halah!” Hilde mendecih sinis. “Mood apaan? Bagus kalau lo ke dance floor aja, goyang-goyang disana bareng cewek-cewek jalang,” lanjut Hilde.Nick yang mendengarka itu hanya mendecih sinis sambil tersenyum sinis. Hilde memutar bola matanya dengan malas saat melihat reaksi Nick.“Ya kali gila... Pemilik bar jadi bartender. Gila banget nggak, sih?” ledek Hilde.“...” Nick hanya diam dan lebih memilih untuk meracik alkohol untuk tamu VIP-nya.“By the way Nick. Kenapa Angel nggak pernah datang ke bar lagi, sih?” tanya Hilde.Nick langsung menghentikan aktifitasnya untuk meracik alkohol dan menatap tajam tepat pada kedua bola mata Hilde.“
Kini Angel dan kedua orang tuanya terduduk sambil menyantap sarapan pagi mereka bertiga.“Bagaimana dengan sekolah kamu, Nak?” tanya ibu Angel, Choi Anneliez.“Hum... Baik-baik aja kok, Ma,” jawab Angel sambil mengunyah rotinya.“Kamu nggak ada masalah dengan sekolahmu?” tanya sang mama lagi.“Gak ada,” jawab Angel lagi.“Kalau ada masalah sama sekolah kamu, kamu bilang aja sama mama ataupun papa,” kata sang mama dengan nada suaranya yang begitu lembut.Angel tersenyum tipis sambil membatin di dalam hatinya.“Apaan mau bilang, bahkan aku aja kurang perhatian dari mama dan papa,” batin Angel sambil tersenyum kecut.“Tapi papa lihat-lihat, kamu gak pernah sedikitpun pakai kartu ATM-mu. Kamu pernah pakai, sih. Tapi kamu make kartumu jarang banget,” sahut sang papa, Lay Hwang.“Gimana mau pakai kartunya, orang semua belanjaan aku dibaya
Angel kini sudah berada di dalam mobil Nick menuju perjalanan pulang ke apartemennya.Nick sekilas melirik Angel yang sedaritadi hanya terdiam dan tidak berbicara sedikitpun.“Tumben banget bocah sebiji ini diem,” batin Nick.“Ngel,” panggil Nick.“Ha?!” Angel langsung menatap Nick dengan cepat.“Tumben banget diem dan nggak banyak bicara.”“Ah... Lagi nggak mau bicara aja, Dad. Takut Angel ganggu daddy buat nyetirnya,” jawab Angel sambil tersenyum lembut.Nick menatap Angel beberapa detik untuk memperhatikan mimik wajah curiga wanita itu, hingga pada akhirnya Nick menghembuskan nafasnya dengan panjang.“Mau kemana dulu?” tanya Nick tiba-tiba.“Ha?!”Nick langsung menepikan mobilnya.“Kok berhenti?” tanya Angel heran sambil menatap Nick.Nick membalas tatapan Angel.
Sekolah, 17:23 -"Lo tadi bilang kalau hari ini lo mau pulang bareng gue, kan?" tanya Evie sambil melirik ke arah Angel yang tengah memasukkan beberapa alat tulisnya ke dalam tas.Angel hanya menganggukkan kepalanya sambil berdeham malas sebagai jawaban."Tumben sekali kamu menawarkan aku untuk pulang bersama. Apa kamu sudah sadar kalau aku tidak sebodoh dengan apa yang kamu pikirkan?" tanya Angel dengan sinis dan menyindir sambil melirik ke arah sahabatnya.Evie hanya bisa tertawa bodoh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Bukannya gue nggak tahu kalau lo ternyata tahu yang sebenarnya. Tapi, gue cuma berusaha buat lo biar lo bisa dekat dan kembali lagi sama Nick," ujar Evie tanpa rasa takutnya.Angel memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan penuturan dari sahabatnya itu."Aku tahu kalau kamu melakukan semua itu hanya untuk bonus mu yang bertambah tinggi, kan? Aku tahu kalau pria tua itu menjanjikan ka
Besoknya -Sekolah, 12:36 -"Ngel, mau ke kantin bareng gue enggak?" tanya Evie.Angel yang memasukkan semua alat tulisnya di dalam tas langsung mengalihkan pandangannya ke arah Evie."Uhm ... Aku mau kerjakan beberapa soal dulu baru mau ke kantin, Vie. Lagi pula, aku belum ada rasa lapar sedikitpun," jawab Angel lembut."Ya udah deh kalau gitu. Gue nungguin lo aja dulu buat kerja soalnya, habis itu kita ke kantin sama-sama," ujar Evie.Angel menatap ke arah Evie dengan sebelah alis yang terangkat."Tumben banget kamu asal terima saja, Vie. Biasanya kamu enggak bisa banget kalau aku tolak kamu untuk ke kantin. Ada apa ini?" tanya Angel curiga.Evie memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan pertanyaan curiga dari Angel."Jadi, di sini gue salah lagi, anjir?! Gue nolak mau lo salah. Gue terima mau lo, salah juga. Serba salah banget gue!" kesal Evie.Angel terkekeh."Habisnya aku cuma he
Sekolah, 16:26 -Bryan tengah berjalan di koridor sekolah sambil memegang tas ranselnya. Ada sedikit luka pada bagian punggungnya sehingga dia tak bisa memakai tas ranselnya dengan baik.Bryan meringis pelan saat merasakan ngilu pada punggungnya, tetapi dia berusaha meredam suara ringisannya walaupun kadang tanpa sadar dia meringis pelan.Saat dia hendak keluar dari pintu utama sekolah, dia tak sengaja bertemu dengan Angel."Sore, Angel!" sapa Bryan dengan ramahnya kepada Angel.Angel yang tengah memegang setumpuk buku paket langsung menghentikan langkah kakinya dan tersenyum ramah ke arah Bryan."Selamat sore juga, Bry," sapa Angel balik."Lo kenapa enggak balik? Sekolah udah mulai mau sepi nih," tanya Bryan.Bryan heran, biasanya Angel akan pulang lebih cepat bersama Evie kalau sudah selesai bel berbunyi."Ah ... Aku mau ke perpustakaan dulu, Bry," jawab Angel sambil mengangkat buku paket yang dia pegang.
Beberapa hari berlalu. Semua sibuk di keadaan mereka masing-masing.Angel yang sibuk di dunia sekolahnya yang satu bulan lagi akan berakhir. Evie yang sibuk sekolah di pagi hari hingga siang hari dan berakhir bekerja di malam harinya. Hilde yang sibuk bekerja sebagai bartender terpercaya Nick hampir dua puluh empat jam. Sedangkan Nick, dia sangat sibuk untuk meminta maaf kepada Angel, walau dia tahu kalau bukan dia yang bersalah di sini."Ngel ... Lo mau balik sama gue nanti pas lo pulang sekolah?" tawar Nick."Enggak usah," jawab Angel datar.Nick menghela napas panjang, Angel benar-benar berbeda dari sebelumnya. Angel sangat dingin kepadanya, padahal wanita itu dulunya sangat cerewet kepadanya. Tapi, kenapa sekarang malah berbanding terbalik?"Jadi, lo mau pulang sekolah sama siapa?" tanya Nick."Sama Evie," jawab Angel datar."Bukannya Evie-""Aku tahu kalau kamu yang meminta Evie untuk tidak pulang sekolah bersama denganku.
20:31 -Langkah kaki seseorang baru saja terdengar pada kedua daun telinga Angel.Malam ini terasa begitu sunyi bagi Angel. Ya, walaupun kadang semasa hidupnya, Choi sang mama selalu giat bekerja dan pulang dikala subuh. Tapi, memang suasana kali ini sangat berbeda bagi Angel. Apalagi, papa Angel juga bahkan tak tinggal satu atap lagi dengan dirinya. Pihak keluarga papa Angel, lebih tepatnya sepupu papa Angel memaksa agar papa Angel kembali ke rumahnya saja dibandingkan tinggal di satu atap yang sama dengan Angel.Alasan keluarga papa Angel sangat klasik.Angel anak durhaka.Angel anak yang tidak tahu diuntungkan.Yang paling sering diingat oleh Angel yang tak lain adalah hal yang menyakitkan bagi Angel, mereka menganggap kalau Angel-lah yang merupakan seorang pembunuh di sini.Uhm ... Untuk masalah Evie yang tinggal di apartemen Angel. Evie sudah tidak tinggal di apartemen Angel, karena dia sudah memiliki pekerjaan sen
07:23 AM -"Wah! Langsung masuk sekolah aja lo, Ngel?! Gue kan udah bilang, lo enggak usah masuk sekolah dulu!" seru Evie kesal.Angel tersenyum tipis."Mana bisa kalau aku enggak masuk sekolah cepat, Vie. Apa kabar sama nilai aku?" gumam Angel.Evie menghela napas panjang."Kan, guru tahu kalau lo enggak masuk sekolah karena masih berduka cita sama kepergian mama lo," kata Evie pelan.Angel menggelengkan kepalanya."Enggak, Vie. Kematian mama aku enggak boleh jadi alasan buat aku down kayak gini. Kematian mama aku bukan alasan yang bagus, Vie," jawab Angel lembut.Evie mendengkus lalu menganggukkan kepalanya karena tak bisa melawan Angel.Evie memeluk Angel dengan lembut dan berharap kalau dia bisa membuat sahabatnya itu sedikit merasa sembuh dan tenang dari permasalahannya."Yang lo bilang emang benar banget, Ngel. Jangan down cuma gara-gara masalah kayak gini. Gue tahu kalau lo anaknya baik dan enggak
Evie dan Angel tengah duduk di depan peti mati yang berisikan mama Angel yang sudah tak bernyawa.Para pelayat dengan pakaian serba hitam mereka juga duduk untuk mengirimkan doa kepada mama Angel yang sudah tak bernyawa itu.Angel terus menangis atas kepergian mamanya yang tidak diduga-duga itu, tetapi berbeda dengan Evie, dia malah bertanya-tanya di dalam hatinya."Apa Nick benar-benar setega itu sampai rela membunuh mama Angel hanya karena dia yang ingin bersatu dengan Angel tapi tak direstui."Kalau Evie pikirkan hal itu, dia merasa kalau Nick tak segila itu hanya untuk mendapatkan restu saja. Membunuh? Sungguh gila kalau memang Nick memiliki niat bejat seperti itu kepada mama Angel dari awal."Ngel, lo yang sabar, yah," kata Evie dengan lembutnya kepada Angel.Angel menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil terus menangis dan memegang peti mati sang mama."Gimana aku enggak nangis, Vie. Mama aku meninggal dan papa
Evie membalikkan badannya sambil menatap wanita yang tidak jauh dari hadapannya."Hey! Lo lagi?" seru Evie.Wanita itu menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menjawab pertanyaan Evie."Duduk dulu gih," tawar Evie."Makasih," jawab si wanita mungil dengan lembut.Wanita itu duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Evie. Kursi kosong itu biasanya diisi oleh Angel, tetapi kali ini kursi kosong itu diisi oleh wanita mungil, polos dan sama sekali tidak Evie kenali."Lo mau pesan apa? Nanti biar gue yang pesanin," kata Evie menawarkan.Wanita itu terkekeh kecil."Buat apa mesenin aku, sih? Kan, aku punya kaki sendiri. Emangnya, apa guna kakiku?" kata si wanita mungil.Evie tertawa pelan."Lo gemesin banget deh!" puji Evie.Wanita itu terkekeh."Ah iya. Aku ke sana buat pesan makan dulu, yah!" seru wanita mungil itu."Uhm ... Iya," gumam Evie.Wanita mungil itu berdiri, lalu menuju salah
Brak!Hilde menutup telinganya dengan kedua tangan berototnya usai mendengarkan vas bunga itu berakhir pecah di belakangnya.Prang!Sekali lagi retakan itu kembali menggema di kedua telinga Hilde, membuat pria itu menggeram rendah sambil menghembuskan napas dengan kasar."Sialan ..." umpat Hilde pelan karena kakacauan itu.Hilde mengarahkan pandangannya untuk menatap seluruh kekacauan yang ada di dalam apartemen mewahnya.Televisi yang sudah pecah layarnya.Vas bunga yang sudah hancur tak bisa diperbaiki.Piring kaca yang pecah tak terbentuk berserakan kesana kemari di atas lantai.Bahkan, meja kaca di ruang tamu patah menjadi dua bagian.Oh sial! Berapa kerugian Hilde saat ini di dalam apartemennya?"Apart gue hancur macam kapal pecah ..." lirih Hilde sambil mengusap wajahnya dengan kasar.Hilde melirik ke arah si pelaku yang tengah mengatur deru napasnya. Sang pelaku bersikap santai dan tenang