"Nick mana, sih?! Katanya mau datang ke sini. Ish... Apa dia bohong sama aku?!" tanya Angel, dia merasa bosan menunggu.
Sembari menunggu kedatangan Nick, Angel lebih memilih untuk meminum coffee-nya sambil menatap lurus ke depan.
Angel mengangkat cangkir coffee-nya dan detik berikutnya dia menghirup aroma coffee tersebut dengan dalam-dalam.
"Wuahhhh! Enak kali lah!" pekiknya sambil tertawa kecil.
Seseorang menghampiri Angel, lalu kemudian duduk di depan Angel sehingga membuat Angel langsung reflek mengangkat pandangannya.
Nick tengah duduk di depan Angel sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Daddyyyyyyyyy!"
Angel tersenyum lebar.
"Kenapa lama?" Nick menatap Angel dengan tajam.
Angel mengerucutkan bibirnya dengan lucu.
"Ih... Mana ada Angel lama?! Orang Angel cuma lari beberapa jam doang," jawabnya dengan manja.
"Lari atau makan?" Nick mengangkat alis kanannya dengan tinggi sambil menatap junk food yang ada di depan Angel.
Angel menyengir dengan begitu lebar sambil menampilkan deretan gigi putihnya.
"Uhm... Daddy mau?" tawar Angel sambil menyodorkan burger.
"Gak."
Angel yang melihat sikap ketus Nick langsung menatap daddy-nya itu dengan manja.
"Kamu marah sama aku?"
"Nggak."
"Terus?"
Nick langsung menatap tajam kedua bola mata Angel.
"Gue tunggui lo di apartemen, ternyata lo di sini lagi enak banget buat makan!" kesal Nick.
"Maaf ih... Namanya juga lupa," ucap Angel dengan polos, Nick hanya mendecih pelan.
"By the way... Kamu jangan lupa sama janji kamu, kalau nanti mau shopping bareng Angel."
Nick langsung memutar kedua bola matanya dengan malas saat mendengarkan penuturan dari Angel.
"Cih! Masalah shopping aja langsung ingat!" batin Nick.
"Nick, kamu kenapa cuma diam?! Jawab Angel ihhhhhh!"
"Iya."
"Nahkannnnnn! Ini baru daddy yang baik!"
Angel tertawa kecil sambil mengacungkan kedua jempol nya untuk Nick.
"Makan, Ngel. Nggak usah banyak cakap."
"Iya, daddy. Tapi daddy belum makan juga, kan? Mau Angel suap?"
"Gue gak suka junk food."
"Terus sukanya sama apa, dong? Di sini cuma ada junk food sama coffee."
"Nggak usah. Gue ke sini cuma buat jemput lo."
"Hum..."
Angel hanya berdehem singkat dan kembali memakan burger nya dengan tenang.
***
Angel dan Nick kini sudah berada di dalam mobil dan menuju tempat tujuan Angel yang tak lain adalah mall, sesuai dengan janji Nick untuk menemani Angel untuk shopping.
"Mau ke mall mana?" tanya Nick.
"Hummm... Ke mall yang terdekat aja, deh," jawab Angel setelah berpikir panjang.
"Enggak pakai lama," gumam Nick.
"Ishhhhh! Kan mau milih-milih dulu. Ya kali datang ke sana cuma sebentar doang! Harusnya datang ke sana itu butuh waktu lama!"
Angel mengerucutkan bibirnya.
"Gue nggak suka ramai, Ngel."
Angel yang mendengarkan jawaban klasik dari Nick langsung mengalihkan pandangannya untuk menatap keluar jendela mobil.
"Nggak suka aja terus. Angel sama dia kayak dikekang aja," batin Angel di dalam hatinya sambil menghela nafas pelan.
Nick yang merasakan atmosfer perubahan Angel langsung mengalihkan pandangannya untuk melirik Angel.
"Nggak ada acara ngambek, Ngel."
"Iya. Angel tahu."
Nick yang melihat respon Angel langsung menghembuskan nafasnya dengan begitu berat dan langsung menepikan mobilnya.
"..."
"Ngel..."
"..."
"Balik sini, Ngel."
"Gak."
"Angel Anneliese!"
"Ishhhhh!"
Angel langsung membalikkan badannya dengan cepat sambil menatap Nick dengan tatapannya yang sinis.
"Apa?!!!!"
"Lo bentak gue?" Nick mengangkat alisnya dengan tinggi.
Angel menghela nafas panjang.
"Habisnya bikin kesal terus," keluh Angel sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hah... Nggak pakai ngambek, Ngel."
"Gimana enggak ngambek coba?! Ya kali aja shopping cuma sebentar doang?!"
Nick memijat pelipisnya, kepalanya terasa begitu pusing untuk terus meladeni Angel yang keras kepala.
"Bukannya lo udah tahu sendiri, Ngel. Gue itu nggak suka dengan tempat ramai."
"Apa bedanya sama bar tempat kamu bekerja?!" tanya Angel dengan nada menantangnya.
Nick yang mendengarkan itu langsung mengusap tengkuknya.
"Itu beda cerita," jawabnya dengan sedikit kaku.
"Apaan?! Nggak ada bedanya!"
Nick menghela nafas kesal.
"Debat terus sama bocah," batin Nick.
"Iya. Kita bakalan lama."
Angel langsung tersenyum lebar saat mendengarkan penuturan dari Nick.
"Waktunya sampai jam enam sore, yah?!"
"Whatttt?!"
"Yes or yes?"
"Ngel-"
"Daddy..." Angel memasang tampang puppy eyes-nya.
"Oke! Terserah lo mau sampai kapan!" final Nick, dia sudah terlalu malas untuk terus berdebat.
"Nah kannnn! Ini baru namanya daddy baik!"
Angel langsung menghamburkan pelukannya pada tubuh Nick dengan begitu erat, sedangkan Nick tersenyum menyeringai.
"Dan ini nggak ada gratisnya, Sayang," bisik Nick sambil menjilat lembut daun telinga Angel, Angel yang tahu itu hanya tertawa pelan.
Nick yang melihat respon Angel langsung mengerutkan keningnya.
"Gimana mau nginep di apartemen? Bukannya Angel mau pulang karena mama sama papa udah balik dongggggg!" Angel melepaskan pelukannya.
"Wleggggggg!" ledek Angel sambil menjulurkan lidahnya kepada Nick.
Nick yang mendapatkan respon itu langsung menatap dengan begitu kesal pada Angel.
"Sabar daddy."
Angel tersenyum lebar, lalu kemudian perlahan mendekatkan wajahnya kepada Nick dan tidak lupa dia memberikan sebuah ciuman yang begitu lembut kepada Nick.
Nick yang mendapatkan ciuman itu langsung tersenyum tipis dan detik berikutnya dia menggigit bibir bawah Angel dengan begitu gemas sehingga membuat Angel langsung melepaskan ciuman mereka berdua secara paksa.
"HYAAAAAA! NICKKKKKK!"
Nick langsung tertawa dengan begitu keras saat melihat reaksi Angel, sedangkan Angel langsung menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam.
“Tumbenan banget lo mau jadi bartender, biasanya juga ogah banget buat jadi bartender,” ledek Hilde saat melihat bosnya itu sedang meracik minuman.“Lagi mood,” jawab Nick singkat.“Halah!” Hilde mendecih sinis. “Mood apaan? Bagus kalau lo ke dance floor aja, goyang-goyang disana bareng cewek-cewek jalang,” lanjut Hilde.Nick yang mendengarka itu hanya mendecih sinis sambil tersenyum sinis. Hilde memutar bola matanya dengan malas saat melihat reaksi Nick.“Ya kali gila... Pemilik bar jadi bartender. Gila banget nggak, sih?” ledek Hilde.“...” Nick hanya diam dan lebih memilih untuk meracik alkohol untuk tamu VIP-nya.“By the way Nick. Kenapa Angel nggak pernah datang ke bar lagi, sih?” tanya Hilde.Nick langsung menghentikan aktifitasnya untuk meracik alkohol dan menatap tajam tepat pada kedua bola mata Hilde.“
Kini Angel dan kedua orang tuanya terduduk sambil menyantap sarapan pagi mereka bertiga.“Bagaimana dengan sekolah kamu, Nak?” tanya ibu Angel, Choi Anneliez.“Hum... Baik-baik aja kok, Ma,” jawab Angel sambil mengunyah rotinya.“Kamu nggak ada masalah dengan sekolahmu?” tanya sang mama lagi.“Gak ada,” jawab Angel lagi.“Kalau ada masalah sama sekolah kamu, kamu bilang aja sama mama ataupun papa,” kata sang mama dengan nada suaranya yang begitu lembut.Angel tersenyum tipis sambil membatin di dalam hatinya.“Apaan mau bilang, bahkan aku aja kurang perhatian dari mama dan papa,” batin Angel sambil tersenyum kecut.“Tapi papa lihat-lihat, kamu gak pernah sedikitpun pakai kartu ATM-mu. Kamu pernah pakai, sih. Tapi kamu make kartumu jarang banget,” sahut sang papa, Lay Hwang.“Gimana mau pakai kartunya, orang semua belanjaan aku dibaya
Angel kini sudah berada di dalam mobil Nick menuju perjalanan pulang ke apartemennya.Nick sekilas melirik Angel yang sedaritadi hanya terdiam dan tidak berbicara sedikitpun.“Tumben banget bocah sebiji ini diem,” batin Nick.“Ngel,” panggil Nick.“Ha?!” Angel langsung menatap Nick dengan cepat.“Tumben banget diem dan nggak banyak bicara.”“Ah... Lagi nggak mau bicara aja, Dad. Takut Angel ganggu daddy buat nyetirnya,” jawab Angel sambil tersenyum lembut.Nick menatap Angel beberapa detik untuk memperhatikan mimik wajah curiga wanita itu, hingga pada akhirnya Nick menghembuskan nafasnya dengan panjang.“Mau kemana dulu?” tanya Nick tiba-tiba.“Ha?!”Nick langsung menepikan mobilnya.“Kok berhenti?” tanya Angel heran sambil menatap Nick.Nick membalas tatapan Angel.
“Bro!”Nick langsung melirik Hilde dengan malas.“Hari ini ada bocah yang ulang tahun dan katanya mau pesan bagian balkon. Dia mau booking bagian balkon sama mau pakai kolam yang ada di lantai dua,” jelas Hilde.“Ck... Dan lo nanya sama gue?” tanya Nick datar saat setelah dia mendecih sinis.“Iya lah, gue nanya sama lo!” jawab Hilde. “Boleh, kan?” tanya Hilde sambil menaik turunkan alisnya secara bergantian.“Lo tahu dengan jawaban gue, kan?” tanya Nick sinis.“Iya?” jawab Hilde dengan sedikit ragu.“Gak!” tegas Nick, dia langsung berjalan pergi menjauhi Hilde.“Astaga Nickkkk!” rengek Hilde sambil mengekori Nick dari belakang.Nick langsung menghentikan langkahnya saat dia mendengarkan reng
Angel yang tadinya tidur dengan santai langsung terbangun dengan cepat dari posisi berbaringnya dan berubah menjadi posisi duduk dengan tegak, dia tiba-tiba teringat sesuatu yang penting."Astagaaaa! Aku lupa sama Evie! Pasti dia bakalan cariin aku!"Angel menggigit bibir bawahnya karena merasa begitu khawatir dan tidak lupa dia memukul kepalanya dengan kesal."Kenapa aku bisa lupa sama dia cobak?! Aduh!"Angel mengitari pandangannya kesana-kemari atau lebih tepatnya dia sedang mencari sesuatu yang tak lain adalah alat komunikasinya, handphone."Ponsel aku di mana? Perasaan aku tadi simpannya di area sini deh. Kenapa malah nggak ada?!"Angel terus bergerak ke sana kemari untuk mencari keberadaan ponselnya dan tidak lupa dia mengacak-acak rambutnya dengan begitu frustasi."Mana enggak ada jam di sini lagi!" Angel kembali mengeluh karena di dalam ruangan itu tidak ada
Angel kini tengah berbicara dengan seseorang atau lebih tepatnya dia sedang ber teleponan dengan Evie."Halo, Vie.""Lo di mana, Ngel? Gue cari di lantai 2 bar. Tapi... Lo nggak ada di sana.""O... Ouh... Sekarang aku lagi di kamar. Aku pulang cepat karena Mama juga nyariin.""Bullshit lo! Mama sama papa lo baru aja telepon gue dan nanya tentang lo di mana!"Evie menggeram rendah di seberang sana saat mendengarkan kebohongan dari angel."What?! Dia nelpon kamu?!""Iya.""Dia ambil nomor kamu dari mana?!"Evie memutar kedua bola matanya dengan malas."Ck... Nggak usah basa-basi. Bilang sekarang kalau lo lagi di mana, sih?!""Di-""Udah dulu deh. Gue mau lanjut party lagi," potong Evie."Lo tenang aja kalau mama atau papa lo lagi nelpon sama gue. Gue bakalan bilang ka
"Eh... Lo udah datang aja," sapa Hilde sambil tersenyum lebar di saat Nick memasuki apartemennya."Baik hati kali lah, mau datang ke apartemen bawahan," ledek Hilde.Nick memutar kedua bola matanya dengan malas."Mau gue buati minum?! Atau makan?! Atau lo mau gue raciki alkohol?!" tawar Hilde atau lebih tepatnya berpura-pura menjadi pemilik apartemen yang baik.Nick langsung menatap Hilde dengan sinis.Hilde terkekeh meledek."Ah... Gue tahu. Lo mau gue buati atau racikin alkohol, kan? Win-""Gue udah bilang sama lo, Anjing! Jangan izini orang ke lantai dua! Dan lo masih izini bangsat!" tegas Nick, dia emosi dan kesal."Ah... Itu anu-""Bacot lo!" potong Nick sinis."Hyaaaa! Please Nick! Tolong jangan pecat gue. Lo jangan lupa kalau kita udah temenan dari lama! Ya kali lo mau pecat gue!" pinta Hilde sambil memasang wajah memelasnya."Seandainya Angel kemarin nggak ada di sana, lo jadi gelandangan hari ini," ucap Nick
"Aku kesel sama kamu karena terlalu berpikiran negatif sama sugar baby dan sugar daddy, apalagi daddykink!" sinisnya lagi."Gue cuma memastikan, Ngel. Gue takut kalau masa muda lo harus rusak cuma karena jadi simpanan doang kayak gitu," ucap Evie serius.Angel tiba-tiba menghentikan langkahnya dan dia langsung bergeming di tempatnya seketika saat mendengarkan penuturan dari Evie."Lo tahu, kan, kalau gue sayang banget sama lo karena cuma lo teman gue, cuma lo sahabat gue. Jangan sampai lo rusak karena Mama lo pasti nganggep gue kurang seru buat lo sampai rusak," ucap Evie sambil menatap sahabatnya itu dengan tersenyum miris, dia tidak ingin apabila persahabatannya dengan Angel harus rusak."Angel bisa jaga diri," ucap Angel ketus."Ck... Iya, yang bisa jaga diri," gumam Evie datar."Maaf udah bikin lo marah, sorry," ucap Evie yang tiba-tiba meminta maaf kepada Angel.
Sekolah, 17:23 -"Lo tadi bilang kalau hari ini lo mau pulang bareng gue, kan?" tanya Evie sambil melirik ke arah Angel yang tengah memasukkan beberapa alat tulisnya ke dalam tas.Angel hanya menganggukkan kepalanya sambil berdeham malas sebagai jawaban."Tumben sekali kamu menawarkan aku untuk pulang bersama. Apa kamu sudah sadar kalau aku tidak sebodoh dengan apa yang kamu pikirkan?" tanya Angel dengan sinis dan menyindir sambil melirik ke arah sahabatnya.Evie hanya bisa tertawa bodoh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Bukannya gue nggak tahu kalau lo ternyata tahu yang sebenarnya. Tapi, gue cuma berusaha buat lo biar lo bisa dekat dan kembali lagi sama Nick," ujar Evie tanpa rasa takutnya.Angel memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan penuturan dari sahabatnya itu."Aku tahu kalau kamu melakukan semua itu hanya untuk bonus mu yang bertambah tinggi, kan? Aku tahu kalau pria tua itu menjanjikan ka
Besoknya -Sekolah, 12:36 -"Ngel, mau ke kantin bareng gue enggak?" tanya Evie.Angel yang memasukkan semua alat tulisnya di dalam tas langsung mengalihkan pandangannya ke arah Evie."Uhm ... Aku mau kerjakan beberapa soal dulu baru mau ke kantin, Vie. Lagi pula, aku belum ada rasa lapar sedikitpun," jawab Angel lembut."Ya udah deh kalau gitu. Gue nungguin lo aja dulu buat kerja soalnya, habis itu kita ke kantin sama-sama," ujar Evie.Angel menatap ke arah Evie dengan sebelah alis yang terangkat."Tumben banget kamu asal terima saja, Vie. Biasanya kamu enggak bisa banget kalau aku tolak kamu untuk ke kantin. Ada apa ini?" tanya Angel curiga.Evie memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan pertanyaan curiga dari Angel."Jadi, di sini gue salah lagi, anjir?! Gue nolak mau lo salah. Gue terima mau lo, salah juga. Serba salah banget gue!" kesal Evie.Angel terkekeh."Habisnya aku cuma he
Sekolah, 16:26 -Bryan tengah berjalan di koridor sekolah sambil memegang tas ranselnya. Ada sedikit luka pada bagian punggungnya sehingga dia tak bisa memakai tas ranselnya dengan baik.Bryan meringis pelan saat merasakan ngilu pada punggungnya, tetapi dia berusaha meredam suara ringisannya walaupun kadang tanpa sadar dia meringis pelan.Saat dia hendak keluar dari pintu utama sekolah, dia tak sengaja bertemu dengan Angel."Sore, Angel!" sapa Bryan dengan ramahnya kepada Angel.Angel yang tengah memegang setumpuk buku paket langsung menghentikan langkah kakinya dan tersenyum ramah ke arah Bryan."Selamat sore juga, Bry," sapa Angel balik."Lo kenapa enggak balik? Sekolah udah mulai mau sepi nih," tanya Bryan.Bryan heran, biasanya Angel akan pulang lebih cepat bersama Evie kalau sudah selesai bel berbunyi."Ah ... Aku mau ke perpustakaan dulu, Bry," jawab Angel sambil mengangkat buku paket yang dia pegang.
Beberapa hari berlalu. Semua sibuk di keadaan mereka masing-masing.Angel yang sibuk di dunia sekolahnya yang satu bulan lagi akan berakhir. Evie yang sibuk sekolah di pagi hari hingga siang hari dan berakhir bekerja di malam harinya. Hilde yang sibuk bekerja sebagai bartender terpercaya Nick hampir dua puluh empat jam. Sedangkan Nick, dia sangat sibuk untuk meminta maaf kepada Angel, walau dia tahu kalau bukan dia yang bersalah di sini."Ngel ... Lo mau balik sama gue nanti pas lo pulang sekolah?" tawar Nick."Enggak usah," jawab Angel datar.Nick menghela napas panjang, Angel benar-benar berbeda dari sebelumnya. Angel sangat dingin kepadanya, padahal wanita itu dulunya sangat cerewet kepadanya. Tapi, kenapa sekarang malah berbanding terbalik?"Jadi, lo mau pulang sekolah sama siapa?" tanya Nick."Sama Evie," jawab Angel datar."Bukannya Evie-""Aku tahu kalau kamu yang meminta Evie untuk tidak pulang sekolah bersama denganku.
20:31 -Langkah kaki seseorang baru saja terdengar pada kedua daun telinga Angel.Malam ini terasa begitu sunyi bagi Angel. Ya, walaupun kadang semasa hidupnya, Choi sang mama selalu giat bekerja dan pulang dikala subuh. Tapi, memang suasana kali ini sangat berbeda bagi Angel. Apalagi, papa Angel juga bahkan tak tinggal satu atap lagi dengan dirinya. Pihak keluarga papa Angel, lebih tepatnya sepupu papa Angel memaksa agar papa Angel kembali ke rumahnya saja dibandingkan tinggal di satu atap yang sama dengan Angel.Alasan keluarga papa Angel sangat klasik.Angel anak durhaka.Angel anak yang tidak tahu diuntungkan.Yang paling sering diingat oleh Angel yang tak lain adalah hal yang menyakitkan bagi Angel, mereka menganggap kalau Angel-lah yang merupakan seorang pembunuh di sini.Uhm ... Untuk masalah Evie yang tinggal di apartemen Angel. Evie sudah tidak tinggal di apartemen Angel, karena dia sudah memiliki pekerjaan sen
07:23 AM -"Wah! Langsung masuk sekolah aja lo, Ngel?! Gue kan udah bilang, lo enggak usah masuk sekolah dulu!" seru Evie kesal.Angel tersenyum tipis."Mana bisa kalau aku enggak masuk sekolah cepat, Vie. Apa kabar sama nilai aku?" gumam Angel.Evie menghela napas panjang."Kan, guru tahu kalau lo enggak masuk sekolah karena masih berduka cita sama kepergian mama lo," kata Evie pelan.Angel menggelengkan kepalanya."Enggak, Vie. Kematian mama aku enggak boleh jadi alasan buat aku down kayak gini. Kematian mama aku bukan alasan yang bagus, Vie," jawab Angel lembut.Evie mendengkus lalu menganggukkan kepalanya karena tak bisa melawan Angel.Evie memeluk Angel dengan lembut dan berharap kalau dia bisa membuat sahabatnya itu sedikit merasa sembuh dan tenang dari permasalahannya."Yang lo bilang emang benar banget, Ngel. Jangan down cuma gara-gara masalah kayak gini. Gue tahu kalau lo anaknya baik dan enggak
Evie dan Angel tengah duduk di depan peti mati yang berisikan mama Angel yang sudah tak bernyawa.Para pelayat dengan pakaian serba hitam mereka juga duduk untuk mengirimkan doa kepada mama Angel yang sudah tak bernyawa itu.Angel terus menangis atas kepergian mamanya yang tidak diduga-duga itu, tetapi berbeda dengan Evie, dia malah bertanya-tanya di dalam hatinya."Apa Nick benar-benar setega itu sampai rela membunuh mama Angel hanya karena dia yang ingin bersatu dengan Angel tapi tak direstui."Kalau Evie pikirkan hal itu, dia merasa kalau Nick tak segila itu hanya untuk mendapatkan restu saja. Membunuh? Sungguh gila kalau memang Nick memiliki niat bejat seperti itu kepada mama Angel dari awal."Ngel, lo yang sabar, yah," kata Evie dengan lembutnya kepada Angel.Angel menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil terus menangis dan memegang peti mati sang mama."Gimana aku enggak nangis, Vie. Mama aku meninggal dan papa
Evie membalikkan badannya sambil menatap wanita yang tidak jauh dari hadapannya."Hey! Lo lagi?" seru Evie.Wanita itu menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menjawab pertanyaan Evie."Duduk dulu gih," tawar Evie."Makasih," jawab si wanita mungil dengan lembut.Wanita itu duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Evie. Kursi kosong itu biasanya diisi oleh Angel, tetapi kali ini kursi kosong itu diisi oleh wanita mungil, polos dan sama sekali tidak Evie kenali."Lo mau pesan apa? Nanti biar gue yang pesanin," kata Evie menawarkan.Wanita itu terkekeh kecil."Buat apa mesenin aku, sih? Kan, aku punya kaki sendiri. Emangnya, apa guna kakiku?" kata si wanita mungil.Evie tertawa pelan."Lo gemesin banget deh!" puji Evie.Wanita itu terkekeh."Ah iya. Aku ke sana buat pesan makan dulu, yah!" seru wanita mungil itu."Uhm ... Iya," gumam Evie.Wanita mungil itu berdiri, lalu menuju salah
Brak!Hilde menutup telinganya dengan kedua tangan berototnya usai mendengarkan vas bunga itu berakhir pecah di belakangnya.Prang!Sekali lagi retakan itu kembali menggema di kedua telinga Hilde, membuat pria itu menggeram rendah sambil menghembuskan napas dengan kasar."Sialan ..." umpat Hilde pelan karena kakacauan itu.Hilde mengarahkan pandangannya untuk menatap seluruh kekacauan yang ada di dalam apartemen mewahnya.Televisi yang sudah pecah layarnya.Vas bunga yang sudah hancur tak bisa diperbaiki.Piring kaca yang pecah tak terbentuk berserakan kesana kemari di atas lantai.Bahkan, meja kaca di ruang tamu patah menjadi dua bagian.Oh sial! Berapa kerugian Hilde saat ini di dalam apartemennya?"Apart gue hancur macam kapal pecah ..." lirih Hilde sambil mengusap wajahnya dengan kasar.Hilde melirik ke arah si pelaku yang tengah mengatur deru napasnya. Sang pelaku bersikap santai dan tenang