Kini Angel dan kedua orang tuanya terduduk sambil menyantap sarapan pagi mereka bertiga.
“Bagaimana dengan sekolah kamu, Nak?” tanya ibu Angel, Choi Anneliez.
“Hum... Baik-baik aja kok, Ma,” jawab Angel sambil mengunyah rotinya.
“Kamu nggak ada masalah dengan sekolahmu?” tanya sang mama lagi.
“Gak ada,” jawab Angel lagi.
“Kalau ada masalah sama sekolah kamu, kamu bilang aja sama mama ataupun papa,” kata sang mama dengan nada suaranya yang begitu lembut.
Angel tersenyum tipis sambil membatin di dalam hatinya.
“Apaan mau bilang, bahkan aku aja kurang perhatian dari mama dan papa,” batin Angel sambil tersenyum kecut.
“Tapi papa lihat-lihat, kamu gak pernah sedikitpun pakai kartu ATM-mu. Kamu pernah pakai, sih. Tapi kamu make kartumu jarang banget,” sahut sang papa, Lay Hwang.
“Gimana mau pakai kartunya, orang semua belanjaan aku dibayar sama si Nick, itupun aku baru pakai kartunya kalau emang lagi butuh banget,” batin Angel lagi.
“Apa pakai kartu kamu dengan jarang itu bisa membuat kebutuhan kamu terpenuhi?” tanya Lay lagi.
“Bisa kok, Pa,” jawab Angel.
“Kenapa gak kamu pakai aja sesuka kamu aja? Biar nanti papa transfer lagi kalau kurang karena Mbanking-nya masuk ke dalam ponel papa,” kata Lay.
“Iya, Pa. Angel bakalan pakai kartunya kok,” jawabnya lembut sambil tersenyum tipis.
“Hum... Kalau ada apa-apa, bilang aja sama papa atau sama mama,” kata Lay dengan lembut.
“Ya...” jawab Angel pelan.
“Untuk hari ini, papa yang akan anterin kamu ke sekolah,”kata Lay.
“Beneran, Pa?!” Angel bertanya dengan antusias.
“Hum...” papa hanya berdehem.
“Asikkkkkk!”
Angel langsung tersenyum senang.
Ting!
Notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Angel sehingga Angel langsung melirik ponselnya.
‘My Daddy : Jam setengah delapan, gue jemput lo buat ke sekolah.’
Angel langsung mengerutkan keningnya saat membaca pesan singkat Nick.
“Loh... Nick mau jemput aku?!” tanya Angel di dalam hatinya sambil melirik Lay sekilas.
“Tapi, papa mau nganterin Angel,” lanjutnya lagi di dalam hati sambil membalas pesan Nick.
‘Angel Anneliese : Nggak usah daddy.”
‘Angel Anneliese : Hari ini Angel diantar sama papa buat ke sekolahnya.’
“Angel.”
“Ha?!”
“Udah selesai makannya?”
“Ah... Udah kok, Pa.”
“Ya udah, kita berangkat sekarang,” kata Lay lalu berdiri dari duduknya.
“Uhm..” Angel melirik mamanya. “Mama?” tanya Angel.
“Mama gak sama papa,” jawab Choi karena tahu maksud dari pertanyaan anaknya itu. “Soalnya mama baru masuk kerja jam sepuluh nanti. Kalau papa kamu tunggu mama, takutnya nanti papa kamu telat ke tempat kerjanya,” lanjutnya lagi.
“Ah... Oke deh,” gumam Angel pelan.
Sekitar beberapa menit, Angel dan papanya sudah sampai tujuan yang tak lain adalah sekolah Angel. Angel langsung bergegas turun dari mobil sang papa, sedangkan sang papa mulai menurunkan kaca mobilnya.
“Nanti kalau pulang, kamu nitip sama temanmu, yah? Soalnya papa ngantornya lama nantinya,” kata Lay kepada anaknya itu.
“Ya,” jawab Angel singkat.
“Yaudah gih, kamu masuk sekarang aja,” perintah Lay.
Angel menganggukkan kepalanya dengan singkat dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh sang papa.
Angel melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kelasnya dan langsung masuk ke dalam kelasnya saat sudah sampai di depan pintu kelasnya itu.
“Angelllllllll!” Evie berseru antusias saat melihat Angel masuk ke dalam kelas.
“Gak usah teriak, Vi, aku denger kok,” kata Angel malas, sedangkan Evie langsung menyengir.
“Kenapa?” tanya Angel yang baru saja duduk di samping Evie.
“Hari ini kita gak jadi upacara.”
“Loh?! Beneran?!”
“Ho’oh!”
“Kok bisa, sih?!”
“Gak tahu.”
Angel mendelik kesal.
“Ish... Kamu kasih info yang jelas dongggg! Jangan kasih info setengah-tengah kayak gini, kan nggak seru,” kata Angel kecewa.
“Yah... Kan gue tahunya cuma itu doang,” sungut Evie.
“By the way... Gue ada berita baru loh!” kata Evie lagi.
“Cih... Paling setengah-tengah lagi,” sinis Angel. “Gak usah deh,” lanjutnya lagi dengan malas.
“Nggak. Kali ini beda cerita pokoknya,” ucap Evie sambil senyum lebar.
“Apaan coba?”
“Nanti malam gue ada acara keluarga dan sepupu gue bakalan ulang tahun.”
“Terus, hubungannya sama aku apaan coba?”
“Ck, dengerin dulu lah!” kesal Evie.
“Iya... Iya... Aku dengerin,” Angel terkekeh.
“Otomatis gue diundang ke pestanya, kan?! So, pastinya gue pergi,” kata Evie bangga.
“Dan nggak ada hubungannya sama aku,” celetuk Angel.
“Angelll!!” kesal Evie, Angel menyengir.
“Pokoknya jangan disambung lagi,” kesal Evie.
“Iya, janji deh,” kata Angel pasrah.
Evie mendengkus kesal.
“Gue diundang kesana. Jadi, gue ngajak lo, itung-itung temenin gue lah,” kata Evie.
“Loh... Pacar kamu mana, Vie?!” tanya Angel heran.
“Dia sibuk,” ketus Evie.
“Kasihan kali,” ledek Angel.
Evie menatap Angel dengan tajam, sedangkan yang ditatap hanya tertawa deras.
“Memang pestanya dimana, sih?” tanya Angel penasaran.
“Nichje bar.”
Angel langsung membola kaget mendengarkan jawaban Evie.
“Bar?!”
“Hum...”
“Dan barnya itu Nichje bar?!”
“Iya, Ngel.
“...”
“Kenapa harus di Nichje bar, sih?! Kan, itu baarnya Nick,” batin Angel sambil mengigit bibir bawahnya. “Bisa marah dia kalau tahu aku datang ke bar,” lanjutnya lagi di dalam hati.
“Heung... Kayaknya aku gak bisa, Vie,” tolak Angel.
“Ck... Lo teman gue apa bukan, sih?!” tanya Evie sarkas.
“Ish... Kok malah maksa, sih?!” kesal Angel.
“Ya kali gue kesana sendiri, Ngel?! Kan, nggak bagus!” ucap Evie tak kalah kesal dari Angel.
“Masalahnya Angel gak bisa, Vie. Itu bar punya Nick dan pasti dia bakalan ada disana,” batin Angel sedih sambil menatap Evie.
“Tapi nggak enak sama Evie. Evie teman Angel, masa Angel nolak ajakannya, sih?” tanya Angel dengan bimbang di dalam hatinya.
Angel ekarang uring-uringan sendiri.
“Ngel.”
“Ha?!”
“Lo kenapa?” Evie mengernyitkan dahi.
“Kenapa apanya?” tanya Angel balik.
“Hum... Lo kayak riiih sendiri,” jawab Evie.
“Ng... Nggak kok.”
“Jadi nggak temanin gue?”
“Iya...” jawab Angel ragu.
Evie langsung tersenyum lebar dan menghamburkan pelukannya pada tubuh Angel.
“Sayang Angel pokoknya!” pekik Evie bahagia.
Angel mengutuk dirinya sendiri di dalam hati.
“Kok di-iya in, sih?!” tanya Angel di dalam hatinya sambil menggigit bibir bawahnya.
“Gimana kalau Nick tahu?! Matilah aku, mampus!” lanjutnya lagi di dalam hati.
Evie perlahan melepaskan pelukannya pada tubuh Angel.
“Gue jemput lo jam delapan malam nanti, tunggu gue di apart lo pokoknya,” final Evie.
“Tapi kita disana gak akan lama, kan? Kita cuma sebentar, kan?” tanya Angel.
“Iya, Ngel,” jawab Evie sambil tersenyum lebar.
Angel hanya menghela nafas lega.
“Gak janji, soalnya udah lama gue gak main di dunia hiburan malam,” lanjut Evie di dalm hatinya sambil menyengir lebar.
Angel kini sudah berada di dalam mobil Nick menuju perjalanan pulang ke apartemennya.Nick sekilas melirik Angel yang sedaritadi hanya terdiam dan tidak berbicara sedikitpun.“Tumben banget bocah sebiji ini diem,” batin Nick.“Ngel,” panggil Nick.“Ha?!” Angel langsung menatap Nick dengan cepat.“Tumben banget diem dan nggak banyak bicara.”“Ah... Lagi nggak mau bicara aja, Dad. Takut Angel ganggu daddy buat nyetirnya,” jawab Angel sambil tersenyum lembut.Nick menatap Angel beberapa detik untuk memperhatikan mimik wajah curiga wanita itu, hingga pada akhirnya Nick menghembuskan nafasnya dengan panjang.“Mau kemana dulu?” tanya Nick tiba-tiba.“Ha?!”Nick langsung menepikan mobilnya.“Kok berhenti?” tanya Angel heran sambil menatap Nick.Nick membalas tatapan Angel.
“Bro!”Nick langsung melirik Hilde dengan malas.“Hari ini ada bocah yang ulang tahun dan katanya mau pesan bagian balkon. Dia mau booking bagian balkon sama mau pakai kolam yang ada di lantai dua,” jelas Hilde.“Ck... Dan lo nanya sama gue?” tanya Nick datar saat setelah dia mendecih sinis.“Iya lah, gue nanya sama lo!” jawab Hilde. “Boleh, kan?” tanya Hilde sambil menaik turunkan alisnya secara bergantian.“Lo tahu dengan jawaban gue, kan?” tanya Nick sinis.“Iya?” jawab Hilde dengan sedikit ragu.“Gak!” tegas Nick, dia langsung berjalan pergi menjauhi Hilde.“Astaga Nickkkk!” rengek Hilde sambil mengekori Nick dari belakang.Nick langsung menghentikan langkahnya saat dia mendengarkan reng
Angel yang tadinya tidur dengan santai langsung terbangun dengan cepat dari posisi berbaringnya dan berubah menjadi posisi duduk dengan tegak, dia tiba-tiba teringat sesuatu yang penting."Astagaaaa! Aku lupa sama Evie! Pasti dia bakalan cariin aku!"Angel menggigit bibir bawahnya karena merasa begitu khawatir dan tidak lupa dia memukul kepalanya dengan kesal."Kenapa aku bisa lupa sama dia cobak?! Aduh!"Angel mengitari pandangannya kesana-kemari atau lebih tepatnya dia sedang mencari sesuatu yang tak lain adalah alat komunikasinya, handphone."Ponsel aku di mana? Perasaan aku tadi simpannya di area sini deh. Kenapa malah nggak ada?!"Angel terus bergerak ke sana kemari untuk mencari keberadaan ponselnya dan tidak lupa dia mengacak-acak rambutnya dengan begitu frustasi."Mana enggak ada jam di sini lagi!" Angel kembali mengeluh karena di dalam ruangan itu tidak ada
Angel kini tengah berbicara dengan seseorang atau lebih tepatnya dia sedang ber teleponan dengan Evie."Halo, Vie.""Lo di mana, Ngel? Gue cari di lantai 2 bar. Tapi... Lo nggak ada di sana.""O... Ouh... Sekarang aku lagi di kamar. Aku pulang cepat karena Mama juga nyariin.""Bullshit lo! Mama sama papa lo baru aja telepon gue dan nanya tentang lo di mana!"Evie menggeram rendah di seberang sana saat mendengarkan kebohongan dari angel."What?! Dia nelpon kamu?!""Iya.""Dia ambil nomor kamu dari mana?!"Evie memutar kedua bola matanya dengan malas."Ck... Nggak usah basa-basi. Bilang sekarang kalau lo lagi di mana, sih?!""Di-""Udah dulu deh. Gue mau lanjut party lagi," potong Evie."Lo tenang aja kalau mama atau papa lo lagi nelpon sama gue. Gue bakalan bilang ka
"Eh... Lo udah datang aja," sapa Hilde sambil tersenyum lebar di saat Nick memasuki apartemennya."Baik hati kali lah, mau datang ke apartemen bawahan," ledek Hilde.Nick memutar kedua bola matanya dengan malas."Mau gue buati minum?! Atau makan?! Atau lo mau gue raciki alkohol?!" tawar Hilde atau lebih tepatnya berpura-pura menjadi pemilik apartemen yang baik.Nick langsung menatap Hilde dengan sinis.Hilde terkekeh meledek."Ah... Gue tahu. Lo mau gue buati atau racikin alkohol, kan? Win-""Gue udah bilang sama lo, Anjing! Jangan izini orang ke lantai dua! Dan lo masih izini bangsat!" tegas Nick, dia emosi dan kesal."Ah... Itu anu-""Bacot lo!" potong Nick sinis."Hyaaaa! Please Nick! Tolong jangan pecat gue. Lo jangan lupa kalau kita udah temenan dari lama! Ya kali lo mau pecat gue!" pinta Hilde sambil memasang wajah memelasnya."Seandainya Angel kemarin nggak ada di sana, lo jadi gelandangan hari ini," ucap Nick
"Aku kesel sama kamu karena terlalu berpikiran negatif sama sugar baby dan sugar daddy, apalagi daddykink!" sinisnya lagi."Gue cuma memastikan, Ngel. Gue takut kalau masa muda lo harus rusak cuma karena jadi simpanan doang kayak gitu," ucap Evie serius.Angel tiba-tiba menghentikan langkahnya dan dia langsung bergeming di tempatnya seketika saat mendengarkan penuturan dari Evie."Lo tahu, kan, kalau gue sayang banget sama lo karena cuma lo teman gue, cuma lo sahabat gue. Jangan sampai lo rusak karena Mama lo pasti nganggep gue kurang seru buat lo sampai rusak," ucap Evie sambil menatap sahabatnya itu dengan tersenyum miris, dia tidak ingin apabila persahabatannya dengan Angel harus rusak."Angel bisa jaga diri," ucap Angel ketus."Ck... Iya, yang bisa jaga diri," gumam Evie datar."Maaf udah bikin lo marah, sorry," ucap Evie yang tiba-tiba meminta maaf kepada Angel.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Nick sebelumnya, bahwa dia berjanji kalau dia akan mengajak baby girl-nya itu untuk berjalan-jalan."Ck... Gue gak tahu, Ngel, sama jalan pikiran lo. Gue ada 6 mobil mewah dan lo lebih milih buat jalan!" kesal Nick, jangan lupakan ekspresi wajahnya yang begitu kesal."Kan, enak, daddy. Jangan gunai mobil," ucap Angel sambil terkekeh kecil."Ck... Gue risih, Ngel. Di sini banyak orang lihati gue," ucap Nick malas, dia mengedarkan pandangannya untuk memperhatikan seluruh pandangan mata orang yang ada di pinggir jalan itu.Banyak yang memperhatikan wajah tampan dan penuh dominasi milik Nick dengan tatapan kagum dan juga memuja. Ah... Jangan lupakan tatapan yang terlihat begitu lapar dari kedua bola mata seluruh wanita yang juga ikut berkeliaran kesana kemari.
"Ck... Barang bawaan lo, repoti," sinis Nick sambil memutar kedua bola matanya dengan malas."Hyaaaa! Apaan?! Mau tengkar daddy?!" tanya Angel ganas."Cih... Sok iya tengkar," gumam Nick, lalu kemudian mendecih sarkas.Angel yang tidak sengaja mendengarkan itu langsung menjulurkan lidahnya dengan maksud dia yang meledek Nick."Random lo," sinis Nick.Bukannya menjawab kalimat sarkas dari Nick, Angel malah langsung menghamburkan pelukannya pada tubuh sang dominan."Gue nyetir, Ngel. Bahaya.""Gak. Kamu mahir nyetir. Kamu nggak akan buat aku luka!""Having sex, mau?""Apaan?!"Angel langsung melayangkan sebuah pukulan pada lengan Nick saat mendengarkan tawaran yang diberikan oleh pria itu untuk dirinya."No having sex!" pekik Angel sambil memasang tampang kesalnya.Nick langsung terke
Sekolah, 17:23 -"Lo tadi bilang kalau hari ini lo mau pulang bareng gue, kan?" tanya Evie sambil melirik ke arah Angel yang tengah memasukkan beberapa alat tulisnya ke dalam tas.Angel hanya menganggukkan kepalanya sambil berdeham malas sebagai jawaban."Tumben sekali kamu menawarkan aku untuk pulang bersama. Apa kamu sudah sadar kalau aku tidak sebodoh dengan apa yang kamu pikirkan?" tanya Angel dengan sinis dan menyindir sambil melirik ke arah sahabatnya.Evie hanya bisa tertawa bodoh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Bukannya gue nggak tahu kalau lo ternyata tahu yang sebenarnya. Tapi, gue cuma berusaha buat lo biar lo bisa dekat dan kembali lagi sama Nick," ujar Evie tanpa rasa takutnya.Angel memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan penuturan dari sahabatnya itu."Aku tahu kalau kamu melakukan semua itu hanya untuk bonus mu yang bertambah tinggi, kan? Aku tahu kalau pria tua itu menjanjikan ka
Besoknya -Sekolah, 12:36 -"Ngel, mau ke kantin bareng gue enggak?" tanya Evie.Angel yang memasukkan semua alat tulisnya di dalam tas langsung mengalihkan pandangannya ke arah Evie."Uhm ... Aku mau kerjakan beberapa soal dulu baru mau ke kantin, Vie. Lagi pula, aku belum ada rasa lapar sedikitpun," jawab Angel lembut."Ya udah deh kalau gitu. Gue nungguin lo aja dulu buat kerja soalnya, habis itu kita ke kantin sama-sama," ujar Evie.Angel menatap ke arah Evie dengan sebelah alis yang terangkat."Tumben banget kamu asal terima saja, Vie. Biasanya kamu enggak bisa banget kalau aku tolak kamu untuk ke kantin. Ada apa ini?" tanya Angel curiga.Evie memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan pertanyaan curiga dari Angel."Jadi, di sini gue salah lagi, anjir?! Gue nolak mau lo salah. Gue terima mau lo, salah juga. Serba salah banget gue!" kesal Evie.Angel terkekeh."Habisnya aku cuma he
Sekolah, 16:26 -Bryan tengah berjalan di koridor sekolah sambil memegang tas ranselnya. Ada sedikit luka pada bagian punggungnya sehingga dia tak bisa memakai tas ranselnya dengan baik.Bryan meringis pelan saat merasakan ngilu pada punggungnya, tetapi dia berusaha meredam suara ringisannya walaupun kadang tanpa sadar dia meringis pelan.Saat dia hendak keluar dari pintu utama sekolah, dia tak sengaja bertemu dengan Angel."Sore, Angel!" sapa Bryan dengan ramahnya kepada Angel.Angel yang tengah memegang setumpuk buku paket langsung menghentikan langkah kakinya dan tersenyum ramah ke arah Bryan."Selamat sore juga, Bry," sapa Angel balik."Lo kenapa enggak balik? Sekolah udah mulai mau sepi nih," tanya Bryan.Bryan heran, biasanya Angel akan pulang lebih cepat bersama Evie kalau sudah selesai bel berbunyi."Ah ... Aku mau ke perpustakaan dulu, Bry," jawab Angel sambil mengangkat buku paket yang dia pegang.
Beberapa hari berlalu. Semua sibuk di keadaan mereka masing-masing.Angel yang sibuk di dunia sekolahnya yang satu bulan lagi akan berakhir. Evie yang sibuk sekolah di pagi hari hingga siang hari dan berakhir bekerja di malam harinya. Hilde yang sibuk bekerja sebagai bartender terpercaya Nick hampir dua puluh empat jam. Sedangkan Nick, dia sangat sibuk untuk meminta maaf kepada Angel, walau dia tahu kalau bukan dia yang bersalah di sini."Ngel ... Lo mau balik sama gue nanti pas lo pulang sekolah?" tawar Nick."Enggak usah," jawab Angel datar.Nick menghela napas panjang, Angel benar-benar berbeda dari sebelumnya. Angel sangat dingin kepadanya, padahal wanita itu dulunya sangat cerewet kepadanya. Tapi, kenapa sekarang malah berbanding terbalik?"Jadi, lo mau pulang sekolah sama siapa?" tanya Nick."Sama Evie," jawab Angel datar."Bukannya Evie-""Aku tahu kalau kamu yang meminta Evie untuk tidak pulang sekolah bersama denganku.
20:31 -Langkah kaki seseorang baru saja terdengar pada kedua daun telinga Angel.Malam ini terasa begitu sunyi bagi Angel. Ya, walaupun kadang semasa hidupnya, Choi sang mama selalu giat bekerja dan pulang dikala subuh. Tapi, memang suasana kali ini sangat berbeda bagi Angel. Apalagi, papa Angel juga bahkan tak tinggal satu atap lagi dengan dirinya. Pihak keluarga papa Angel, lebih tepatnya sepupu papa Angel memaksa agar papa Angel kembali ke rumahnya saja dibandingkan tinggal di satu atap yang sama dengan Angel.Alasan keluarga papa Angel sangat klasik.Angel anak durhaka.Angel anak yang tidak tahu diuntungkan.Yang paling sering diingat oleh Angel yang tak lain adalah hal yang menyakitkan bagi Angel, mereka menganggap kalau Angel-lah yang merupakan seorang pembunuh di sini.Uhm ... Untuk masalah Evie yang tinggal di apartemen Angel. Evie sudah tidak tinggal di apartemen Angel, karena dia sudah memiliki pekerjaan sen
07:23 AM -"Wah! Langsung masuk sekolah aja lo, Ngel?! Gue kan udah bilang, lo enggak usah masuk sekolah dulu!" seru Evie kesal.Angel tersenyum tipis."Mana bisa kalau aku enggak masuk sekolah cepat, Vie. Apa kabar sama nilai aku?" gumam Angel.Evie menghela napas panjang."Kan, guru tahu kalau lo enggak masuk sekolah karena masih berduka cita sama kepergian mama lo," kata Evie pelan.Angel menggelengkan kepalanya."Enggak, Vie. Kematian mama aku enggak boleh jadi alasan buat aku down kayak gini. Kematian mama aku bukan alasan yang bagus, Vie," jawab Angel lembut.Evie mendengkus lalu menganggukkan kepalanya karena tak bisa melawan Angel.Evie memeluk Angel dengan lembut dan berharap kalau dia bisa membuat sahabatnya itu sedikit merasa sembuh dan tenang dari permasalahannya."Yang lo bilang emang benar banget, Ngel. Jangan down cuma gara-gara masalah kayak gini. Gue tahu kalau lo anaknya baik dan enggak
Evie dan Angel tengah duduk di depan peti mati yang berisikan mama Angel yang sudah tak bernyawa.Para pelayat dengan pakaian serba hitam mereka juga duduk untuk mengirimkan doa kepada mama Angel yang sudah tak bernyawa itu.Angel terus menangis atas kepergian mamanya yang tidak diduga-duga itu, tetapi berbeda dengan Evie, dia malah bertanya-tanya di dalam hatinya."Apa Nick benar-benar setega itu sampai rela membunuh mama Angel hanya karena dia yang ingin bersatu dengan Angel tapi tak direstui."Kalau Evie pikirkan hal itu, dia merasa kalau Nick tak segila itu hanya untuk mendapatkan restu saja. Membunuh? Sungguh gila kalau memang Nick memiliki niat bejat seperti itu kepada mama Angel dari awal."Ngel, lo yang sabar, yah," kata Evie dengan lembutnya kepada Angel.Angel menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil terus menangis dan memegang peti mati sang mama."Gimana aku enggak nangis, Vie. Mama aku meninggal dan papa
Evie membalikkan badannya sambil menatap wanita yang tidak jauh dari hadapannya."Hey! Lo lagi?" seru Evie.Wanita itu menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menjawab pertanyaan Evie."Duduk dulu gih," tawar Evie."Makasih," jawab si wanita mungil dengan lembut.Wanita itu duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Evie. Kursi kosong itu biasanya diisi oleh Angel, tetapi kali ini kursi kosong itu diisi oleh wanita mungil, polos dan sama sekali tidak Evie kenali."Lo mau pesan apa? Nanti biar gue yang pesanin," kata Evie menawarkan.Wanita itu terkekeh kecil."Buat apa mesenin aku, sih? Kan, aku punya kaki sendiri. Emangnya, apa guna kakiku?" kata si wanita mungil.Evie tertawa pelan."Lo gemesin banget deh!" puji Evie.Wanita itu terkekeh."Ah iya. Aku ke sana buat pesan makan dulu, yah!" seru wanita mungil itu."Uhm ... Iya," gumam Evie.Wanita mungil itu berdiri, lalu menuju salah
Brak!Hilde menutup telinganya dengan kedua tangan berototnya usai mendengarkan vas bunga itu berakhir pecah di belakangnya.Prang!Sekali lagi retakan itu kembali menggema di kedua telinga Hilde, membuat pria itu menggeram rendah sambil menghembuskan napas dengan kasar."Sialan ..." umpat Hilde pelan karena kakacauan itu.Hilde mengarahkan pandangannya untuk menatap seluruh kekacauan yang ada di dalam apartemen mewahnya.Televisi yang sudah pecah layarnya.Vas bunga yang sudah hancur tak bisa diperbaiki.Piring kaca yang pecah tak terbentuk berserakan kesana kemari di atas lantai.Bahkan, meja kaca di ruang tamu patah menjadi dua bagian.Oh sial! Berapa kerugian Hilde saat ini di dalam apartemennya?"Apart gue hancur macam kapal pecah ..." lirih Hilde sambil mengusap wajahnya dengan kasar.Hilde melirik ke arah si pelaku yang tengah mengatur deru napasnya. Sang pelaku bersikap santai dan tenang