“Papamu tidak cerita apa yang ingin di lakukannya?” tanya Deon setelah pulang ke apartemen.“Tidak, aku tanya pun Papa hanya bilang tunggu saja saat rapat bulanan,” jawab Ayana.Deon penasaran kenapa Jonathan mengucapkan kalimat seperti itu.“Besok aku akan mengurus surat permintaan ke HRD untuk menjadikanmu karyawan perusahaan,” ucap Ayana memilih membahas hal lain.“Hm … akhirnya punya modal ijazah untuk bisa jadi orang kantoran,” balas Deon dengan nada candaan.Ayana tertawa kecil mendengar candaan kekasihnya itu, hingga kemudian bertanya, “Kamu benar-benar yakin mau jadi asistenku? Tidak malu karena bekerja menjadi bawahan istri?”Deon menaikkan satu sudut alis mendengar pertanyaan Ayana, hingga kemudian menjawab, “Untuk apa malu? Aku menjadi bawahanmu karena itu memang layak untukku. Tidak mungkin ‘kan lulusan baru langsung minta jabatan direktur.”Ayana kembali tertawa mendengar jawaban suaminya. Dia pun kemudian menatap Deon yang duduk bersebelahan dengan dirinya.“Memangnya, k
“Apa maksudmu, hah? Jangan mengada-ada kamu!”Rey menemui Abigail karena permintaan wanita itu. dia hendak memastikan apakah yang dikatakan Abigail benar.“Aku tidak mengada-ada, Rey. Kamu harus tanggung jawab. Aku benar-benar hamil anakmu.” Abigail menunjukkan foto USG.Rey mengambil foto USG dari tangan Abigail, tapi bukannya senang, Rey malah memandang kesal ke Abigail.“Kamu hanya ingin memanfaatkanku saja, kan? Kamu tahu, sejak kamu masuk dalam hidupku, semua berantakan. Karenamu aku tidak bisa menikahi Ayana, seharusnya aku bisa hidup enak sekarang, tapi karena rayuanmu, semuanya berantakan!” Rey membuang foto USG itu.Abigail memandang foto USG yang dibuang Rey. Dia tak percaya Rey akan bertindak demikian.“Kamu yang mau, jika kamu menolakku, aku pun takkan bersamamu. Pria memang munafik! Kamu mau di saat senang, tapi tak mau saat terjadi hal-hal seperti ini! Kamu menyalahkanku, padahal kamu sendiri yang berpikiran licik!” Abigail tidak menyangka jika Rey benar-benar akan membu
“Apa sudah mendingan?” tanya Deon setelah meletakkan kantong air hangat ke pinggang Ayana.Ayana berbaring miring memandang Deon, lantas menganggukkan kepala.“Lumayan,” jawab Ayana dengan suara lirih.Deon memegangi kantong itu agar menempel pas di pinggang Ayana. Bahkan dia membelai rambut istrinya agar merasa nyaman.“Sepertinya hamil di usiaku sekarang sangat tidak bagus,” gumam Ayana sambil memejamkan mata.Deon terkejut mendengar ucapan Ayana, hingga kemudian membalas, “Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Kamu hamil saja sudah sangat luar biasa bagiku, jadi jangan berpikir yang berlebihan.”Ayana membuka mata mendengar ucapan Deon, hingga memandang suaminya itu dengan seulas senyum.“Tapi serius, rasanya aku seperti lemas setiap waktu,” ujar Ayana kemudian.Deon menatap sedih mendengar Ayana yang mengeluh.“Istirahat saja dulu jika memang merasa lemas, akan aku tangani pekerjaanmu sesuai kemampuanku,” ujar Deon kemudian.Ayana hanya mengangguk, kembali memejamkan mata karena s
“Hyuna! Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?” Azlan tak sabaran mendengar maksud ucapan Hyuna yang dijeas.Hyuna memutar otak. Dia menyesal karena terlalu emosi sampai keceplosan bicara.“Ya itu, aku hanya kesal dimanfaatkan orang tuaku setelah tahu kamu siapa. Meski aku ingin bersamamu, tapi cara mereka bersikap dan membuat keputusan sangat membuatku tidak senang.” Hyuna memberi alasan secara spontan yang melintas di kepala agar Azlan tak curiga.“Oh … seperti itu.” Azlan pun percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Hyuna.Hyuna pun lega karena Azlan percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.“Untuk saat ini, kita hanya bisa menjalani apa yang mereka putuskan. Tapi tenang saja, aku pasti akan memikirkan jalan terbaik untuk kita, yang terpenting sekarang kita bisa bersama dulu,” ujar Azlan sambil menggenggam telapak tangan Hyuna.Hyuna menatap Azlan yang tersenyum hangat kepadanya. Dia pun mengangguk mengiakan apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu.**Hari berikutnya, ra
“Lihat! Dia sudah kubesarkan, bahkan kudidik sampai bisa menjadi sekarang, lalu kini dia menusukku dari belakang! Menghancurkanku dan berniat merebut yang kumiliki dibantu orang lain!”Firman langsung mengamuk begitu sampai di ruang kerjanya. Bahkan dia meminta Azlan datang untuk memperlihatkan bagaimana sebenarnya kelakuan Ayana di mata Firman.Azlan hanya diam memandang sang papa, jelas dia paham bagaimana sifat ayahnya itu.“Dia layak mendapatkannya,” ujar Azlan dengan tenang.Firman menggebrak meja mendengar ucapan Azlan yang malah membela Ayana ketimbang dirinya.“Layak? Kamu bilang layak? Pemberontak seperti itu apa layak mendapatkan semua itu?” Firman bicara dengan amarah yang berapi-api.Azlan menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Ingat, Ayana dulu tak seperti itu. Bukan dia yang ingin memberontak, tapi Papa yang mendorongnya agar memberontak. Apa Papa pernah menyadari, jika sikap Papa selama ini tak adil kepadanya?”“Diam kamu!” bentak Firman tak terima, “kamu ingi
“Apa ada masalah?” tanya Deon yang pergi bersama Ayana.Dia dan Ayana sudah berada di mobil yang baru saja meninggalkan perusahaan.“Entah, aku pun tidak tahu. Mama hanya bilang jika ingin bertemu denganku untuk membicarakan sesuatu,” jawab Ayana sambil menoleh ke Deon.Deon mengangguk-angguk mendengar jawaban Ayana.“Aku merasa ada sesuatu. Mama sudah beberapa hari menghilang, bahkan benar-benar tak terlihat bersama Papa, kemudian mendadak menghubungi dan ingin bertemu, ini aneh menurutku,” ujar Ayana berpikir sambil memandang lurus ke depan.Deon melihat Ayana yang terlihat cemas, hingga kemudian membalas, “Sudah, jangan berpikiran negatif dulu. Mungkin saja mamamu hanya ingin bertemu.”Ayana menoleh Deon, lantas mengangguk dan berkata, “Semoga.”Deon mengusap rambut Ayana dengan lembut. Akhir-akhir ini Ayana memang selalu berpikiran negatif akan sesuatu yang dirasakan. Mungkin karena banyaknya hal buruk yang beberapa hari ini dilalui olehnya.Di sisi lain, Azlan pun pergi untuk men
“Ada apa sebenarnya, Ma?” Ayana mulai cemas karena Suci seolah ingin mengatakan sesuatu yang menyakitkan.Ayana yang awalnya sama sekali tak peduli ke sang mama, kini malah cemas meski tak menunjukkannya secara gamblang.“Iya benar, keputusan apa yang Mama maksud?” tanya Azlan yang ikut penasaran.“Mama sakit?” tanya Ayana.Ayana dan Azlan terlihat sangat mencemaskan Suci, hingga membuat wanita itu langsung tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Mama tidak sakit. Mama sehat, sangat sehat apalagi saat melihat kalian berdua dan bisa duduk bersama seperti ini,” jawab Suci.Ayana dan Azlan diam memandang Suci, sekarang yang bisa dilakukan adalah menunggu sang mama mengungkap maksud meminta keduanya datang.“Sebelumnya mama ingin minta maaf karena selama ini sudah mengabaikan kalian, bahkan tak pernah sama sekali memedulikan kalian sebagai seorang ibu. Jujur, mama sebenarnya sama sekali tidak siap menjadi seorang ibu, membuat mama bingung harus bagaimana dan bersikap seperti apa ke kalian
Azlan menarik tangan Ayana agar tidak terkena belati, tapi sayangnya ujung belati itu malah melesat tepat di perut sisi kanan Azlan.“Azlan!” Ayana sangat terkejut saat pelaku yang tak lain adalah Abigail, menusuk adiknya.Abigail sangat terkejut karena Azlan yang terkena tusuk. Dia begitu panik hingga melepas belati yang kini menancam di perut Azlan.Dua bodyguard yang melihat pun sangat syok, keduanya berlari cepat lantas meringkus Abigail.“Lepaskan!” Abigail berteriak keras, hingga membuat kegaduhan.Ayana menopang tubuh Azlan yang limbung, meski akhirnya terduduk di tanah dengan Azlan di pangkuan.“Azlan! Ya Tuhan.” Ayana melihat banyak cairan merah yang mengalir dari perut sang adik.“Panggil ambulance!” teriak Ayana mulai panik, bahkan air mata mulai berlinang dari pelupuk mata.Deon dan karyawannya pun terkejut melihat kegaduhan di luar, hingga melihat Ayana yang terduduk di lantai dengan Azlan yang terkapar dalam pangkuan.“Hubungi rumah sakit! Cepat!” perintah Deon ke Gery,