“Apa ada masalah?” tanya Deon yang pergi bersama Ayana.Dia dan Ayana sudah berada di mobil yang baru saja meninggalkan perusahaan.“Entah, aku pun tidak tahu. Mama hanya bilang jika ingin bertemu denganku untuk membicarakan sesuatu,” jawab Ayana sambil menoleh ke Deon.Deon mengangguk-angguk mendengar jawaban Ayana.“Aku merasa ada sesuatu. Mama sudah beberapa hari menghilang, bahkan benar-benar tak terlihat bersama Papa, kemudian mendadak menghubungi dan ingin bertemu, ini aneh menurutku,” ujar Ayana berpikir sambil memandang lurus ke depan.Deon melihat Ayana yang terlihat cemas, hingga kemudian membalas, “Sudah, jangan berpikiran negatif dulu. Mungkin saja mamamu hanya ingin bertemu.”Ayana menoleh Deon, lantas mengangguk dan berkata, “Semoga.”Deon mengusap rambut Ayana dengan lembut. Akhir-akhir ini Ayana memang selalu berpikiran negatif akan sesuatu yang dirasakan. Mungkin karena banyaknya hal buruk yang beberapa hari ini dilalui olehnya.Di sisi lain, Azlan pun pergi untuk men
“Ada apa sebenarnya, Ma?” Ayana mulai cemas karena Suci seolah ingin mengatakan sesuatu yang menyakitkan.Ayana yang awalnya sama sekali tak peduli ke sang mama, kini malah cemas meski tak menunjukkannya secara gamblang.“Iya benar, keputusan apa yang Mama maksud?” tanya Azlan yang ikut penasaran.“Mama sakit?” tanya Ayana.Ayana dan Azlan terlihat sangat mencemaskan Suci, hingga membuat wanita itu langsung tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Mama tidak sakit. Mama sehat, sangat sehat apalagi saat melihat kalian berdua dan bisa duduk bersama seperti ini,” jawab Suci.Ayana dan Azlan diam memandang Suci, sekarang yang bisa dilakukan adalah menunggu sang mama mengungkap maksud meminta keduanya datang.“Sebelumnya mama ingin minta maaf karena selama ini sudah mengabaikan kalian, bahkan tak pernah sama sekali memedulikan kalian sebagai seorang ibu. Jujur, mama sebenarnya sama sekali tidak siap menjadi seorang ibu, membuat mama bingung harus bagaimana dan bersikap seperti apa ke kalian
Azlan menarik tangan Ayana agar tidak terkena belati, tapi sayangnya ujung belati itu malah melesat tepat di perut sisi kanan Azlan.“Azlan!” Ayana sangat terkejut saat pelaku yang tak lain adalah Abigail, menusuk adiknya.Abigail sangat terkejut karena Azlan yang terkena tusuk. Dia begitu panik hingga melepas belati yang kini menancam di perut Azlan.Dua bodyguard yang melihat pun sangat syok, keduanya berlari cepat lantas meringkus Abigail.“Lepaskan!” Abigail berteriak keras, hingga membuat kegaduhan.Ayana menopang tubuh Azlan yang limbung, meski akhirnya terduduk di tanah dengan Azlan di pangkuan.“Azlan! Ya Tuhan.” Ayana melihat banyak cairan merah yang mengalir dari perut sang adik.“Panggil ambulance!” teriak Ayana mulai panik, bahkan air mata mulai berlinang dari pelupuk mata.Deon dan karyawannya pun terkejut melihat kegaduhan di luar, hingga melihat Ayana yang terduduk di lantai dengan Azlan yang terkapar dalam pangkuan.“Hubungi rumah sakit! Cepat!” perintah Deon ke Gery,
Deon sangat cemas karena Ayana memaksa untuk mendonorkan darah. Dia takut terjadi sesuatu ke istrinya, tapi juga tak bisa berbuat apa-apa karena Ayana memaksa.Kini Ayana masih berbaring di ranjang pesakitan setelah diambil darahnya untuk didonorkan ke Azlan.“Ay.” Deon benar-benar cemas karena istrinya terlihat lemah.“Aku baik-baik saja,” lirih Ayana, “apa perawat sudah membawa darahnya untuk Azlan?” tanya Ayana dengan kelopak mata setengah terpejam.“Sudah, kamu jangan cemas. Jika masih merasa lemah, istirahatlah.” Deon cemas dan takut terjadi sesuatu dengan istrinya.Ayana hanya mengangguk kecil, memejamkan mata tapi tidak terlelap.Di sisi lain. Firman langsung ke rumah sakit begitu dihubungi salah satu bodyguardnya. Dia sampai bersamaan dengan Suci yang juga baru sampai di rumah sakit setelah dihubungi Deon.Suci hanya menatap Firman tanpa ekspresi, dia baru saja akan sampai bandara, tapi kembali lagi karena mendapat informasi penusukan yang terjadi.Firman pun hanya memandang i
“Aku ingin bercerai darimu, harusnya pengacarku yang memberitahumu, tapi karena sudah terlanjur ada kejadian seperti ini, lebih baik aku memberitahumu lebih dulu.”Firman menatap Suci dengan rasa tak percaya. Dia benar-benar tak menyangka jika pada akhirnya Suci akan memilih bercerai.“Seharusnya aku mengambil keputusan ini sejak lama, semenjak kamu sama sekali tak memiliki perasaan kepadaku, kecuali hanya nafsu dan saling bergantung dalam bisnis keluarga. Tapi tak apa, aku tak menyesalinya. Meski ini terlambat, tapi aku lega sudah membuat keputusan ini,” ujar Suci lagi menjelaskan jika keputusannya agar Firman tak salah paham.Firman hanya diam mendengar ucapan Suci. Pria itu memilih kembali memandang lurus ke pintu.“Aku akan di sini sampai Azlan sembuh, tidak ada yang bisa mencegah atau melarangku merawatnya termasuk kamu. Setelah itu aku akan pergi, agar kamu bisa hidup sesuai dengan yang kamu harapkan,” ujar Suci yang bicara dengan begitu tegas.“Itu hakmu,” balas Firman singkat
Rey pergi ke depan karena ada yang mencari, hingga betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang mencarinya.“Ada apa ini?” tanya Rey panik tapi berusaha bersikap tenang.“Pak Reynaldi, kami mendatangi Anda untuk meminta keterangan. Ini surat tugas kami, kami harap Anda bisa bekerjasama dengan mau ikut ke kantor polisi.” Salah satu polisi memberikan tugas yang dibawa.Rey sangat terkejut, hingga berpikir jika polisi datang karena masalah penusukan yang dilakukan Abigail.“Apa ini masalah kasus yang menjerat Abigail? Maaf, saya tidak terlibat sama sekali dengannya, jadi saya tidak bisa memberikan keterangan apa pun,” ujar Rey menolak dibawa ke kantor polisi.“Jika memang Anda tidak terlibat, lebih baik Anda bekerjasama dengan ikut kami. Jika Anda menolak, maka Anda berusaha menghalangi proses hukum.”Rey sangat terkejut mendengar ucapan polisi itu, hingga akhirnya dengan terpaksa ikut bersama dua polisi itu.Sesampainya di kantor polisi, Rey pun langsung dimintai keterangan atas tinda
“Kamu hanya ingin memfitnahku!” Rey tidak terima karena kini malah dijadikan tersangka, padahal datang untuk memberikan keteranan saja.“Kamu yang membuatku seperti ini, Rey. Salahmu membuangku, padahal aku tahu semua rahasiamu. Jika aku harus mendekam di penjara, maka kamu juga.” Abigail tersenyum miring ke Rey.Mungkin Abigail gila, daripada dirinya dipenjara sendiri atau terlunta-lunta tak jelas, membuatnya berpikir untuk menyeret Rey ikut serta dalam lubang neraka yang tak sengaja diciptakan.“Kamu!” Rey berdiri dan hendak menyerang Abigail, tapi polisi langsung menahannya.Polisi lain datang ke ruangan tempat Rey dan Abigail berada untuk melaporkan apa yang baru saja ditugaskan.“Saya sudah menghubungi saudari Ayana, beliau akan segera datang kemari.”Polisi yang menangani kasus Abigail pun mengangguk, kemudian meminta polisi itu pergi.“Sekarang kita tunggu, apakah yang dituduhkan oleh saudari Abigail benar adanya.”Abigail duduk dengan kedua tangan terborgol. Dia menatap santai
“Azlan.” Hyuna terlihat begitu bersemangat ketika melihat kelopak mata Azlan yang bergerak.Hyuna duduk di kursi samping ranjang, terus memantau Azlan agar menjadi pertama yang melihat Azlan bangun.Suci pun langsung berdiri begitu mendengar Hyuna menyebut nama Azlan, apalagi putranya itu kini mulai menggerakkan kelopak mata.Azlan mulai menggerakkan kelopak mata perlahan. Dia merasa mata begitu lengket hingga sangat sulit untuk dibuka.Hyuna begitu lega akhirnya bisa melihat Azlan sadar. Dia sampai menggenggam telapak tangan Azlan erat.“Eugh .. kelopak mataku terasa berat,” gumam Azlan yang belum berhasil membuka mata.“Pelan-pelan saja, mungkin karena efek obat bius, sehingga kamu susah membuka mata,” ucap Suci.Azlan mengangguk pelan. Tubuhnya begitu berat, bahkan rasanya seperti baru saja dihajar hingga terasa nyeri, padahal seingatnya dia hanya terkena tusukan.Azlan akhirnya bisa membuka mata setelah beberapa saat berusaha. Wajah pertama yang dilihatnya adalah Hyuna. Dia meliha