“Hyuna! Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?” Azlan tak sabaran mendengar maksud ucapan Hyuna yang dijeas.Hyuna memutar otak. Dia menyesal karena terlalu emosi sampai keceplosan bicara.“Ya itu, aku hanya kesal dimanfaatkan orang tuaku setelah tahu kamu siapa. Meski aku ingin bersamamu, tapi cara mereka bersikap dan membuat keputusan sangat membuatku tidak senang.” Hyuna memberi alasan secara spontan yang melintas di kepala agar Azlan tak curiga.“Oh … seperti itu.” Azlan pun percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Hyuna.Hyuna pun lega karena Azlan percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.“Untuk saat ini, kita hanya bisa menjalani apa yang mereka putuskan. Tapi tenang saja, aku pasti akan memikirkan jalan terbaik untuk kita, yang terpenting sekarang kita bisa bersama dulu,” ujar Azlan sambil menggenggam telapak tangan Hyuna.Hyuna menatap Azlan yang tersenyum hangat kepadanya. Dia pun mengangguk mengiakan apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu.**Hari berikutnya, ra
“Lihat! Dia sudah kubesarkan, bahkan kudidik sampai bisa menjadi sekarang, lalu kini dia menusukku dari belakang! Menghancurkanku dan berniat merebut yang kumiliki dibantu orang lain!”Firman langsung mengamuk begitu sampai di ruang kerjanya. Bahkan dia meminta Azlan datang untuk memperlihatkan bagaimana sebenarnya kelakuan Ayana di mata Firman.Azlan hanya diam memandang sang papa, jelas dia paham bagaimana sifat ayahnya itu.“Dia layak mendapatkannya,” ujar Azlan dengan tenang.Firman menggebrak meja mendengar ucapan Azlan yang malah membela Ayana ketimbang dirinya.“Layak? Kamu bilang layak? Pemberontak seperti itu apa layak mendapatkan semua itu?” Firman bicara dengan amarah yang berapi-api.Azlan menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Ingat, Ayana dulu tak seperti itu. Bukan dia yang ingin memberontak, tapi Papa yang mendorongnya agar memberontak. Apa Papa pernah menyadari, jika sikap Papa selama ini tak adil kepadanya?”“Diam kamu!” bentak Firman tak terima, “kamu ingi
“Apa ada masalah?” tanya Deon yang pergi bersama Ayana.Dia dan Ayana sudah berada di mobil yang baru saja meninggalkan perusahaan.“Entah, aku pun tidak tahu. Mama hanya bilang jika ingin bertemu denganku untuk membicarakan sesuatu,” jawab Ayana sambil menoleh ke Deon.Deon mengangguk-angguk mendengar jawaban Ayana.“Aku merasa ada sesuatu. Mama sudah beberapa hari menghilang, bahkan benar-benar tak terlihat bersama Papa, kemudian mendadak menghubungi dan ingin bertemu, ini aneh menurutku,” ujar Ayana berpikir sambil memandang lurus ke depan.Deon melihat Ayana yang terlihat cemas, hingga kemudian membalas, “Sudah, jangan berpikiran negatif dulu. Mungkin saja mamamu hanya ingin bertemu.”Ayana menoleh Deon, lantas mengangguk dan berkata, “Semoga.”Deon mengusap rambut Ayana dengan lembut. Akhir-akhir ini Ayana memang selalu berpikiran negatif akan sesuatu yang dirasakan. Mungkin karena banyaknya hal buruk yang beberapa hari ini dilalui olehnya.Di sisi lain, Azlan pun pergi untuk men
“Ada apa sebenarnya, Ma?” Ayana mulai cemas karena Suci seolah ingin mengatakan sesuatu yang menyakitkan.Ayana yang awalnya sama sekali tak peduli ke sang mama, kini malah cemas meski tak menunjukkannya secara gamblang.“Iya benar, keputusan apa yang Mama maksud?” tanya Azlan yang ikut penasaran.“Mama sakit?” tanya Ayana.Ayana dan Azlan terlihat sangat mencemaskan Suci, hingga membuat wanita itu langsung tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Mama tidak sakit. Mama sehat, sangat sehat apalagi saat melihat kalian berdua dan bisa duduk bersama seperti ini,” jawab Suci.Ayana dan Azlan diam memandang Suci, sekarang yang bisa dilakukan adalah menunggu sang mama mengungkap maksud meminta keduanya datang.“Sebelumnya mama ingin minta maaf karena selama ini sudah mengabaikan kalian, bahkan tak pernah sama sekali memedulikan kalian sebagai seorang ibu. Jujur, mama sebenarnya sama sekali tidak siap menjadi seorang ibu, membuat mama bingung harus bagaimana dan bersikap seperti apa ke kalian
Azlan menarik tangan Ayana agar tidak terkena belati, tapi sayangnya ujung belati itu malah melesat tepat di perut sisi kanan Azlan.“Azlan!” Ayana sangat terkejut saat pelaku yang tak lain adalah Abigail, menusuk adiknya.Abigail sangat terkejut karena Azlan yang terkena tusuk. Dia begitu panik hingga melepas belati yang kini menancam di perut Azlan.Dua bodyguard yang melihat pun sangat syok, keduanya berlari cepat lantas meringkus Abigail.“Lepaskan!” Abigail berteriak keras, hingga membuat kegaduhan.Ayana menopang tubuh Azlan yang limbung, meski akhirnya terduduk di tanah dengan Azlan di pangkuan.“Azlan! Ya Tuhan.” Ayana melihat banyak cairan merah yang mengalir dari perut sang adik.“Panggil ambulance!” teriak Ayana mulai panik, bahkan air mata mulai berlinang dari pelupuk mata.Deon dan karyawannya pun terkejut melihat kegaduhan di luar, hingga melihat Ayana yang terduduk di lantai dengan Azlan yang terkapar dalam pangkuan.“Hubungi rumah sakit! Cepat!” perintah Deon ke Gery,
Deon sangat cemas karena Ayana memaksa untuk mendonorkan darah. Dia takut terjadi sesuatu ke istrinya, tapi juga tak bisa berbuat apa-apa karena Ayana memaksa.Kini Ayana masih berbaring di ranjang pesakitan setelah diambil darahnya untuk didonorkan ke Azlan.“Ay.” Deon benar-benar cemas karena istrinya terlihat lemah.“Aku baik-baik saja,” lirih Ayana, “apa perawat sudah membawa darahnya untuk Azlan?” tanya Ayana dengan kelopak mata setengah terpejam.“Sudah, kamu jangan cemas. Jika masih merasa lemah, istirahatlah.” Deon cemas dan takut terjadi sesuatu dengan istrinya.Ayana hanya mengangguk kecil, memejamkan mata tapi tidak terlelap.Di sisi lain. Firman langsung ke rumah sakit begitu dihubungi salah satu bodyguardnya. Dia sampai bersamaan dengan Suci yang juga baru sampai di rumah sakit setelah dihubungi Deon.Suci hanya menatap Firman tanpa ekspresi, dia baru saja akan sampai bandara, tapi kembali lagi karena mendapat informasi penusukan yang terjadi.Firman pun hanya memandang i
“Aku ingin bercerai darimu, harusnya pengacarku yang memberitahumu, tapi karena sudah terlanjur ada kejadian seperti ini, lebih baik aku memberitahumu lebih dulu.”Firman menatap Suci dengan rasa tak percaya. Dia benar-benar tak menyangka jika pada akhirnya Suci akan memilih bercerai.“Seharusnya aku mengambil keputusan ini sejak lama, semenjak kamu sama sekali tak memiliki perasaan kepadaku, kecuali hanya nafsu dan saling bergantung dalam bisnis keluarga. Tapi tak apa, aku tak menyesalinya. Meski ini terlambat, tapi aku lega sudah membuat keputusan ini,” ujar Suci lagi menjelaskan jika keputusannya agar Firman tak salah paham.Firman hanya diam mendengar ucapan Suci. Pria itu memilih kembali memandang lurus ke pintu.“Aku akan di sini sampai Azlan sembuh, tidak ada yang bisa mencegah atau melarangku merawatnya termasuk kamu. Setelah itu aku akan pergi, agar kamu bisa hidup sesuai dengan yang kamu harapkan,” ujar Suci yang bicara dengan begitu tegas.“Itu hakmu,” balas Firman singkat
Rey pergi ke depan karena ada yang mencari, hingga betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang mencarinya.“Ada apa ini?” tanya Rey panik tapi berusaha bersikap tenang.“Pak Reynaldi, kami mendatangi Anda untuk meminta keterangan. Ini surat tugas kami, kami harap Anda bisa bekerjasama dengan mau ikut ke kantor polisi.” Salah satu polisi memberikan tugas yang dibawa.Rey sangat terkejut, hingga berpikir jika polisi datang karena masalah penusukan yang dilakukan Abigail.“Apa ini masalah kasus yang menjerat Abigail? Maaf, saya tidak terlibat sama sekali dengannya, jadi saya tidak bisa memberikan keterangan apa pun,” ujar Rey menolak dibawa ke kantor polisi.“Jika memang Anda tidak terlibat, lebih baik Anda bekerjasama dengan ikut kami. Jika Anda menolak, maka Anda berusaha menghalangi proses hukum.”Rey sangat terkejut mendengar ucapan polisi itu, hingga akhirnya dengan terpaksa ikut bersama dua polisi itu.Sesampainya di kantor polisi, Rey pun langsung dimintai keterangan atas tinda