“Ada apa?” tanya Azlan saat melihat Hyuna yang terlihat lemas.Hyuna terkejut mendengar pertanyaan Azlan. Siang itu dia menjemput Azlan setelah meminta izin Firman, tentu saja pengawal bayaran Firman tetap ikut keduanya. Mereka duduk di depan untuk mengawal serta memastikan Azlan tidak berbuat macam-macam.Hyuna melirik ke pengawal yang duduk di depan, hingga kemudian menggelengkana kepala.“Tidak ada, aku semalam baca buku sampai tengah malam, jadi sedikit mengantuk,” ujar Hyuna menjawab pertanyaan Azlan.Azlan membentuk huruf O dengan bibir sambil mengangguk-anggukan kepala, percaya dengan apa yang dikatakan Hyuna.Hyuna sendiri menatap Azlan yang sedang memperhatikan jalan, sejujurnya dia masih memikirkan soal ucapan orang tuanya tentang persekongkolan yang direncanakan Firman dan kedua orang tuanya.Hyuna tak memberitahu Azlan sebab memikirkan banyak konsekuensi, terutama hubungan mereka. Dia takut jika Azlan tahu, kemudian memberontak dan malah akan membuat Firman mengurungnya la
“Papa akan menaikkan jabatanku setelah masa percobaan selesai. Aku bingung, haruskah serius menjalani masa percobaan ini ataukah tak usah peduli agar tidak sesuai dengan keinginan Papa.”Azlan masih ragu dengan langkah yang akan diambilnya setelah berada di bawah pengawasan sang papa.Ayana menatap Azlan yang bimbang. Dia pun paham dengan apa yang dirasakan serta dicemaskan oleh adiknya itu.“Sebelum aku mengemukakan pendapatku. Aku mau tanya lebih dulu,” ucap Ayana.Azlan mengangguk mendengar ucapan kakaknya itu.“Apa tujuanmu sekarang setelah bisa bersama Hyuna?” tanya Ayana setelah Azlan mengizinkan dirinya bertanya.“Tentu saja ingin terus bisa bersama Hyuna,” jawab Azlan penuh keyakinan.Ayana tersenyum mendengar jawaba Azlan, hingga dia pun mulai mengemukakan penilaian dari sudut pandangnya.“Kamu ingin terus bersama Hyuna, maka kamu harus melampaui apa yang kamu bisa sekarang,” ujar Ayana sambil menatap Azlan begitu serius.Azlan tak paham dengan maksud Ayana. Dia pun memilih d
Ayana kembali memeluk Hyuna karena gadis itu menangis. Dia mengusap lembut punggung secara konstan untuk menenangkan.“Sudah, tidak apa. Ini bukan salahmu. Ini kesalahan para orang tua yang memanfaatkan kalian. Apa yang kalian lakukan juga rasakan tidak salah sama sekali. Keserakahan mereka saja yang membuatmu jadi merasa bersalah,” ucap Ayana mencoba menenagkan.Hyuna mencoba menahan air mata yang terus mengalir, dia tak ingin sampai Azlan melihatnya.“Jika Azlan tahu pun, aku yakin dia takkan menyalahkanmu. Tapi ….” Ayana menjeda ucapannya, kemudian melepas pelukan dan menatap Hyuna.Hyuna diam sambil memandang Ayana yang sedang ingin bicara.“Untuk saat ini, jangan beritahu dia soal ini. Aku tidak ingin dia salah langkah karena kondisinya yang labil. Biarkan semua berjalan seperti semula, berpura-pura saja dulu jika kamu tak mengetahui hal itu. Ini juga demi keberlangsungan hubungan kalian ke depannya,” ujar Ayana memberikan nasihat sesuai dengan sudut pandangnya.Hyuna mengangguk
Hari Deon dan Hyuna akan diwisuda pun tiba. Pagi itu Ayana sudah bersiap memakai pakaian bermotif yang kembar dengan Deon. “Lihat, menyisir rambut saja kamu tak bisa rapi,” protes Ayana saat melihat rambut suaminya yang disisir alakadarnya. “Kalau begitu rapikan,” balas Deon sambil duduk di tepian ranjang. Ayana hanya tersenyum mendengar ucapan suaminya. Dia mengambil sisir lantas menata rambut sang suami dengan rapi agar terlihat lebih tampan. “Sudah,” ujar Ayana sambil menatap hasil karyanya menata rambut sang suami. Deon tersenyum lebar, lantas satu tangan mengusap perut Ayana. “Bagaimana kabarnya dia di sana?” tanya Deon sambil merasakan perut Ayana yang sudah sedikit besar serta terasa keras. “Dia baik, bisa makan enak dengan tenang setiap hari membuatnya senang,” jawab Ayana diakhiri tawa kecil. Deon mengecup perut Ayana yang tertutup dress, lantas mendongak agar bisa memandang wajah sang istri. “Untung papanya pintar masak, jadi anaknya bisa makan enak terus,” balas Deo
“Ayahnya Azlan sepertinya benar-benar ingin menjauhkan Ayana dari Azlan,” bisik Hyuna saat duduk di samping Deon.“Hm … aku bisa melihatnya.” Deon menoleh ke belakang, melihat ke meja Ayana juga orang tua Hyuna bergantian.“Aku tidak tahu lagi harus bagaimana menjalani hubungan kami. Berpacaran tapi dibayangi oleh orang tua itu tidak mengenakkan. Kamu bayangkan saja, tiap kami ingin pergi berdua, atau ingin makan berdua, selalu ada bodyguard yang mengawal. Kami sama sekali tak memiliki kebebasan seperti dulu,” ujar Hyuna yang mengungkap keluh kesahnya ke Deon.Deon menghela napas kasar. Dia pun tidak bisa apa-apa untuk membantu Hyuna dan Azlan.“Aku ingin sekali kabur saja,” ujar Hyuna kemudian sambil menoleh Deon.“Jangan seperti itu, kabur bukanlah sebuah solusi,” balas Deon sambil memandang Hyuna.“Lalu bagaimana? Menjalin hubungan tapi tetap dikekang, ini sangat tidak nyaman,” ujar Hyuna dengan tatapan penuh keputusasaan.“Bersabarlah, akan kubicarakan masalah ini dengan Ayana. Ja
“Biar aku yang bawa, kamu duduk saja. Istirahat.”“Tidak apa, ini piring terakhir kok,” ujar Shirly yang tangannya dihalangi Gery.“Sudah tidak usah. Kamu duduk saja, biar aku yang membereskan sisanya,” ujar Gery.Gery mencegah Shirly yang ingin membawa piring berisi makanan yang baru saja dimasaknya.Shirly tetap bekerja di kafe, tapi pekerjaannya dikurangi karena kondisinya yang tak stabil semenjak masuk rumah sakit.Gery sendiri lebih sering menyuruh Shirly duduk di belakang kasir, lantas menyerahkan pekerjaan melayani pengunjung ke dua pelayan lain.Hari itu mereka tetap buka, tapi sekalian menyiapkan sambutan untuk Deon yang hari ini diwisuda. Ayana yang meminta Gery untuk menyiapkan menu spesial agar nantinya bisa dinikmati bersama.Gery mengambil piring yang ada di meja, lantas membawanya ke depan.Shirly pun tak bisa menolak perintah Gery, sehingga dia memilih mengikuti apa yang dikatakan oleh pria itu.“Apa semuanya sudah siap di lantai dua?” tanya Gery ke Alan, salah satu ka
“Kenapa kalian tiba-tiba membahas soal pertunangan?” Hyuna melayangkan protes ketika baru saja sampai rumah.Kedua orang tua Hyuna sangat terkejut mendengar protes dari gadis itu.“Bukankah kamu juga ingin menikah dengannya? Kenapa protes?” Ibu Hyuna sudah tak senang dengan sikap putrinya sejak makan tadi.“Memang aku ingin bersama Azlan, tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya memutuskan kapan kami bertunangan dan menikah!” amuk Hyuna.“Hentikan tingkahmu ini! Kamu sudah beberapa hari ini bersikap menjengkelkan, kalau ada masalah bicara! Jangan hanya mengamuk tak jelas seperti itu!” bentak Ibu Hyuna membalas amukan gadis itu.“Tentu ada masalah! Masalah itu kalian. Sungguh aku tak menyangka kalian ….” Hyuna menjeda ucapannya, satu telapak tangan mengepal erat, sampai dipukulkan ke udara.“Aku kecewa kepada kalian, setelah aku begitu bangga menyebut kalian orang tuaku!”Setelah mengatakan itu, Hyuna tak pergi ke kamarnya tapi memilih keluar rumah kemudian masuk mobil dan meninggalkan
“Papamu tidak cerita apa yang ingin di lakukannya?” tanya Deon setelah pulang ke apartemen.“Tidak, aku tanya pun Papa hanya bilang tunggu saja saat rapat bulanan,” jawab Ayana.Deon penasaran kenapa Jonathan mengucapkan kalimat seperti itu.“Besok aku akan mengurus surat permintaan ke HRD untuk menjadikanmu karyawan perusahaan,” ucap Ayana memilih membahas hal lain.“Hm … akhirnya punya modal ijazah untuk bisa jadi orang kantoran,” balas Deon dengan nada candaan.Ayana tertawa kecil mendengar candaan kekasihnya itu, hingga kemudian bertanya, “Kamu benar-benar yakin mau jadi asistenku? Tidak malu karena bekerja menjadi bawahan istri?”Deon menaikkan satu sudut alis mendengar pertanyaan Ayana, hingga kemudian menjawab, “Untuk apa malu? Aku menjadi bawahanmu karena itu memang layak untukku. Tidak mungkin ‘kan lulusan baru langsung minta jabatan direktur.”Ayana kembali tertawa mendengar jawaban suaminya. Dia pun kemudian menatap Deon yang duduk bersebelahan dengan dirinya.“Memangnya, k